Tulisan Al Fatihah Yg Benar
الفاتحة al-Fatihah Pembukaan |
|
---|---|
|
|
Klasifikasi | Makkiyah |
Label lain |
Fatihatul Kitab,[1] Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’ul Masani,[2] al-Kanz,[1] al-Wafiyah,[1] al-Kafiyah,[1] al-Asas,[1] asy-Syafiyah,[3] al-Hamd,[1] as-Shalah,[1] al-Ruqyah,[1] asy-Syukru,[1] ad-Du’au,[1] asy-Syifa,[1] al-Waqiyah,[1] |
Juz | Juz 1, Hizb 1 |
Jumlah ruku | 1 |
Jumlah ayat | 7 |
Jumlah kata | 25 |
Jumlah lambang bunyi | 139 |
Surah Al-Fatihah
(bahasa Arab:
الفاتحة,
translit.
al-fātiḥah
,
har.‘pembukaan’
IPA:
[ʔal faːtiħah]) merupakan surah pertama n domestik al-Qur’an. Surah ini diturunkan di Makkah sehingga tergolong surah makiyah dan terdiri bersumber tujuh ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan eksemplar di antara surah-surah yang cak semau kerumahtanggaan Al-Qur’an. Surah ini memuat doa kerjakan memohon petunjuk dan belas kasih sering kepada Allah.[4]
Surah ini disebut Al-Fatihah (Perkenalan awal) karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran, serta dinamakan
Ummul Qur’an
(أمّ القرءان; induk al-Alquran) atau
Ummul Kitab
(أمّ الكتاب; indung Al-Kitab) karena ialah emak semenjak semua isi Al-Quran. Selain itu, surah ini dinamakan pula
As Sab’ul matsaany
(السبع المثاني; tujuh nan iteratif-ulang) karena kuantitas ayatnya nan sapta dan dibaca berulang-ulang dalam salat.
Ki akal manah
[sunting
|
sunting mata air]
Diriwayatkan berpokok hadis, Surah Al-Fatihah terbagi menjadi dua, yaitu separuh adegan purwa untuk Allah dan separuh bagian kedua bakal hamba-hamba-Nya.[5]
Terdapat perbedaan pendapat apakah
Bismillah
ialah ayat mula-mula Surah al-Fatihah, atau ayat tidak bernomor.[6]
Surah ini diawali dengan memuji Allah (Alhamdulillah) dan menyatakan bahwa Allah ialah Tuhan seru sekalian alam (ayat 1/2),[7]
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (ayat 2/3),[8]
dan Anda-lah yang tanggulang Tahun Pembalasan (ayat 3/4).[9]
Pada akhirnya, imam empat mazhab Sunni terbagi menjadi beberapa pendapat:
- Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa salat tidak sah bila tak membaca basmalah karena basmalah merupakan kalimat kudus nan diucapkan maka itu Tuhan seorang dalam surah Al-Fatihah.
- Mazhab Maliki berpendapat bahwa basmalah tidak pertalian diucapkan oleh Yang mahakuasa dalam surah Al-Fatihah. Hal ini dianggap bertabiat makruh; tak kena dosa tetapi juga tak dapat pahala.
- Mazhab Hanafi dan Hanbali menyetujui mazhab Maliki bahwa basmalah tidak pernah diucapkan Allah dalam surah Al-Fatihah, semata-mata mereka mengambil posisi tengah (tepatnya samar) dengan mandu mengucapkan Bismillah secara pelan saja.[10]
Tiga ayat terakhir merupakan seketul episode hamba, dimulai dengan “Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu-lah, kami memohon pertolongan” (ayat 4/5), kemudian memohon bikin menunjukkan siratalmustakim (perkembangan yang lurus), yakni jalan yang diberikan telah diberikan nikmat (ayat 5-6/6-7).[11]
Sejumlah pemikir Muslim meyakini bahwa orang Yahudi dan Nasrani yaitu model dari orang-orang yang dimurkai dan sosok-orang sesat jalan, berjajaran.[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
Yang lain memandang ini sebagai aduan terhadap semua orang Yahudi dan Nasrani dari masa ke masa.[20]
[21]
[22]
Temporer itu, yang enggak berpendapat bahwa ayat ini merujuk puas semua orang secara umum tanpa memandang keramaian tertentu.[23]
[24]
[25]
[26]
[27]
[28]
[29]
Teks
[sunting
|
sunting sumber]
Surah Al-Fatihah |
||
---|---|---|
(1) Dengan nama Allah Nan Maha Pengasih, Maha Penyayang |
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ![]() |
|
(2) Segala apa puji untuk Allah, Yang mahakuasa seluruh alam, |
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ![]() |
|
(3) Nan Maha Pemurah, Maha Pemurah, |
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ![]() |
|
(4) Pemilik hari pembalasan. |
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ![]() |
|
(5) Saja kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami minta pertolongan. |
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ![]() |
|
(6) Tunjukilah kami jalan yang harfiah |
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ![]() |
|
(7) (yaitu) jalan orang-cucu adam nan sudah Beliau beri nikmat kepadanya; bukan (kronologi) mereka yang dimurkai, dan bukan (lagi perkembangan) mereka yang sesat. |
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ![]() |
|
—Qur’an Al-Fatihah:1-7 |
Dalam salat
[sunting
|
sunting sumber]
Al-Fatihah adalah semata surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap bukan sahih apabila pembacanya tidak mengaji surah ini.[30]
Privat hadis dinyatakan bahwa salat yang tidak disertai al-Fatihah ialah salat nan “buntung” dan “tidak teladan”.[31]
Walau begitu, situasi tersebut tidak berlaku bagi individu yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam titah tak disebutkan bahwa basyar yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan mengaji:
- “Maha Suci Almalik, segala puji hak Allah, tidak ada tuhan kecuali Yang mahakuasa, Almalik Maha Besar, bukan ada daya dan kekuatan kecuali karena sambung tangan Sang pencipta.“[32]
Privat pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan “Amin” dan kemudian membaca ayat ataupun surah al-Qur’an (lega rakaa’at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua n domestik salat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur’an. Sementara itu sreg rakaat ketiga sebatas keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[33]
Disebutkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Rasul Muhammad yakni dengan menjatah jeda sreg setiap ayat hingga selesai membacanya,[34]
umpama:
-
Bismillāhir rahmānir rahīm
(selang antara)
Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn
(selang antara)
Arrahmānir rahīm
(selang antara)
Māliki yaumiddīn
(jeda) dan selanjutnya.
Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat
Maliki yaumiddīn
dengan
ma
pendek dibaca
Māliki yaumiddīn
dengan
ma
tahapan.[35]
Kerumahtanggaan salat, Al-Fatihah lazimnya diakhiri dengan introduksi “Aamiin”. “Aamiin” intern salat Jahr biasanya didahului oleh imam dan kemudian diikuti oleh makmum. Pembacaan “Aamiin” diharuskan dengan suara keras dan tahapan.[36]
Privat hadits disebutkan bahwa makmum harus mengucapkan “aamiin” karena malaikat sekali lagi mengucapkannya, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa “aamiin” diucapkan apabila imam mengucapkannya.[37]
Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat ada yang membacanya keras dan suka-suka yang lirih. Kejadian itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat privat salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (tertera Al-Fatihah dan surah-surah lain) pecah awal hingga akhir salat, disebut Salat Sir (membaca sonder celaan). Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar di mana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terletak pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara persisten. Salat Jahr contohnya adalah salat Fajar, salat Maghrib, dan salat Isya’. Dalam salat Jahr yang berkumpulan, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sementara itu bilamana itu, makmum tak diperbolehkan mengimak bacaan Imam karena boleh mengganggu teks Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila rohaniwan tidak mengeraskan suaranya.[37]
Sementara dalam Salat Lail, pustaka Al-Fatihah diperbolehkan membaca gentur dan diperbolehkan lirih, peristiwa ini seperti yang tertera n domestik hadits:
-
“Rasulullah berbicara, “Wahai Duli Bakar, saya sudah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan pustaka lirih.” Duli Bakar menjawab, “Duhai Rasulullah, Dzat yang aku bisiki sudah mendengar.” Anda berbicara kepada Umar, “Aku sudah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan teks yang keras.” Jawabnya, “Wahai Rasulullah, aku membangunkan orang yang terlelap dan mengintimidasi setan.” Nabi Muhammad bercakap, “Wahai Serdak Bakar, keraskan rendah suaramu.” Kepada Umar anda bertutur, “Lirihkan kurang suaramu.”
[38]
Privat Salat, pembacaan Surah Al-Fatihah sifatnya terbiasa bagi imam, makmum atau orang yang salat terkoteng-koteng. Pembacaan Surah Al-Fatihah merupakan salah satu syarat sah n domestik salat. Pengecualian pembacaan Surah Al-Fatihah dengan salat yang dianggap baku berlaku bagi makmum masbuk yang sekadar mendapati imam detik rukuk.[39]
Pembacaan Surah Al-Fatihah di dalam salat harus tepat pada posisi takut. Salat dianggap tidak sahih momen Surah Al-Fatihah menginjak dibaca momen menengah menuju berdiri puas rakaat baru. Pembacaan Surah Al-Fatihah secara keliru sampai mengingkari makna juga membuat salat menjadi tak resmi. Kejadian ini juga berlaku saat pembacaannya mengabaikan pelecok satu huruf maupun tasydid.[40]
Asal usul
[sunting
|
sunting sendang]
Rukyat nan sepan umum mengenai asal usul surah ini terbit berpunca riwayat Abdullah bin Abbas (raḍiyallāhu ‘anhu) bahwa surah ini termasuk dalam kelompok Makiyah, kendati ada yang meyakini apakah surah itu Madaniyah, ataupun bahkan diturunkan di kedua kota.[41]
Para ulama sepakat bahwa surah ini merupakan surah mula-mula nan diturunkan secara lengkap kepada Utusan tuhan Muhammad.[4]
Penamaan
[sunting
|
sunting sendang]
Etiket surah ini, yang berfaedah “Pembukaan”, maksudnya merupakan surah permulaan nan unjuk dalam Mus’haf, dibacakan setiap rakaat
salat. Akar susu alas kata jenama surah ini adalah F-N-Ḥ (ف ت ح), yang penting “membuka” ataupun “menaklukkan”.[4]
[42]
Selain dinamai Al-Fatihah (Pembukaan), surah ini sering juga disebut
Fātiḥatul Kitāb
(Pembukaan Kitab),
Al-Ḥamd
(Barang apa Puji),
Aṣ-Ṣalah
(Salat),
Ummul-Kitāb
(Indung Kitab),
Ummul Qur’ān
(Induk Al-Qur’an),[43]
As-Sab’ul Maṡani
(Tujuh nan Diulang berasal Surah 15:87),[44]
asy-Syifa’
(Pembeli),[45]
[46]
Al-Wafiyah
(Yang Cermin),
al-Kanz
(Suplai Nan Deras),
asy-Syafiyah
(Nan Memulihkan),
al-Kafiyah
(Yang Mencukupi),
al-Asas
(Kiat),
ar-Ruqyah
(Mantra),
asy-Syukru
(Syukur),
ad-Du’au
(Do’a), dan
al-Waqiyah
(Nan Mereservasi berpokok Kesesatan).[1]
Lihat juga
[sunting
|
sunting sumber]
- Al-Fatihah dalam majemuk bahasa
Referensi
[sunting
|
sunting sumber]
Tulisan kaki
[sunting
|
sunting sumber]
-
^
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
“Banyak merek untuk sebutan Surah al-Fatihah”,
Hidayah, Februari 2009 -
^
Departemen Agama RI (1987). situasi 3 -
^
Hamzah (2003). hal 47 -
^
a
b
c
Maududi, Sayyid Abul Ala.
Tafhim Al Quran. Diarsipkan berbunga varian asli sungkap 2022-07-28. Diakses tanggal
2013-06-17
.
-
^
Ibn al-Hajjaj, Abul Hussain Orang islam (2007).
Legal Muslim – 7 Volumes.
1. Darussalam. hlm. 501–503. ISBN 978-9960991900.
-
^
Mubarakpuri, Safiur Rahman (2000).
Kata tambahan Ibn Kathir (10 Volumes; Abridged). Darussalam. hlm. 25. ISBN 9781591440208.
[The scholars] disagree over whether [Bismillah] is a separate Ayah before every Surah, or if it is an Ayah, or a part of an Ayah, included in every Surah where the Bismillah appears in its beginning. […] The opinion that Bismillah is an Ayah of every Surah, except [At-Tawbah], was attributed to (the Companions) Ibn ‘Abbas, Ibn ‘Umar, Ibn Az-Zubayr, Serdak Hurayrah and ‘Ali. This opinion was also attributed to the Tabi’in ‘Ata’, Tawus, Sa’id bin Jubayr, Makhul and Az-Zuhri. This is also the view of ‘Abdullah kedelai Al-Mubarak, Ash-Shaf i’i, Ahmad bin Hanbal, (in one report from him) Ishaq polong Rahwayh, and Serbuk ‘Ubayd Al-Qasim bin Salam. On the other hand, Malik, Abu Hanifah and their followers said that Bismillah is not an Ayah in Al-Fatihah or any other Surah. Dawud said that it is a separate Ayah in the beginning of every Surah, titinada part of the Surah itself, and this opinion was also attributed to Ahmad bin Hanbal. Malik, Abu Hanifah and their followers said that Bismillah is titinada an Ayah in Al-Fatihah or any other Surah. Dawud said that it is a separate Ayah in the beginning of every Surah, not part of the Surah itself, and this opinion was also attributed to Ahmad kedelai Hanbal.
-
^
Mubarakpuri, Safiur Rahman (2000).
Tafsir Ibn Kathir (10 Volumes; Abridged). Darussalam. hlm. 33–37. ISBN 9781591440208.
-
^
Mubarakpuri, Safiur Rahman (2000).
Kata tambahan Ibn Kathir (10 Volumes; Abridged). Darussalam. hlm. 30–33, 37. ISBN 9781591440208.
-
^
Mubarakpuri, Safiur Rahman (2000).
Tafsir Ibn Kathir (10 Volumes; Abridged). Darussalam. hlm. 39–42. ISBN 9781591440208.
-
^
Video youtube dari Imam bandarsah di Jeddah nan menyatakan bahwa basmalah tidak ada di surat Al Faatihah. -
^
Mubarakpuri, Safiur Rahman (2000).
Tafsir Ibn Kathir (10 Volumes; Abridged). Darussalam. hlm. 42–55. ISBN 9781591440208.
-
^
Leaman, Oliver (2006). Leaman, Oliver, ed.
The Qur’an: an Encyclopedia. Routledge. hlm. 614. ISBN 0-415-32639-7. Diarsipkan berasal versi tahir tanggal 2022-03-28. Diakses sungkap
2020-11-05
.
The Prophet interpreted those who incurred God’s wrath as the Jews and the misguided as the Christians.
-
^
Ayoub, Mahmoud M. (January 1984).
The Qur’an and Its Interpreters: v.1: Vol 1. State University of New York Press. hlm. 49. ISBN 978-0873957274. Diarsipkan berpokok versi nirmala tanggal 2022-03-28. Diakses terlepas
2020-11-05
.
Most commentators have included the Jews among those who have “incurred” divine wrath and the Christians among those who have “gone astray”.(Tabari, I, pp. 185-195; Zamakhshari, I, p. 71)
-
^
Ibn Kathir. “The Quran Commentaries for 1.7 Al Fatiha (The opening)”.
QuranX. Diarsipkan berbunga versi tulus tanggal 29 May 2022. Diakses tanggal
24 January
2022.
-
^
Al-Amin Ash-Shanqit, Muhammad (10 October 2012). “Tafsir of Chapter 001: Surah al-Fatihah (The Opening)”.
Sunnah Online. Diarsipkan mulai sejak varian asli sungkap 31 May 2022. Diakses tanggal
24 January
2022.
-
^
Al Kindari, Fahad (6 June 2007).
The greatest recitation of Surat al-Fatiha. Sweden Dawah Kendaraan Production (on behalf of High Quality & I-Kendaraan); LatinAutor – Warner Chappell. Diarsipkan mulai sejak varian asli terlepas 2022-11-17. Diakses tanggal
20 December
2022.
The saying of the Exalted, ‘not the Path of those who have earned Your Anger, nor of those that went astray’: the majority of the scholars of tafseer said that ‘those who have earned Your Anger’ are the Jews, and ‘those that went astray’ are the Christians, and there is the hadeeth of the Messenger of Allaah (SAW) reported from Adee bin Haatim (RA) concerning this. And the Jews and the Christians even though both of them are misguided and both of them have Allaah’s Anger on them – the Anger is specified to the Jews, even though the Christians share this with them because the Jews knew the truth and rejected it and deliberately came with falsehood, so the Anger (of Allah being upon them) was the description most befitting them. And the Christians were ignorant, not knowing the truth, so misguidance was the description most befitting them. So with this the saying of Allaah, ‘so they have drawn on themselves anger upon anger’ (2:90) clarifies that the Jews are those that ‘have earned your Anger’. And likewise His sayings, ‘Say: shall I inform you of something worse than that, regarding the recompense from Allaah: those (Jews) who incurred the Curse of Allaah and His Anger’ (5:60)
-
^
“Surah Al-Fatihah, Chapter 1”.
al-islam.org. 23 January 2022. Diarsipkan dari varian nirmala tanggal 8 December 2022. Diakses terlepas
11 December
2022.
Some of the commentators believe that / dallin / ‘those gone astray’ refers to the misguided of the Christians; and / maqdubi ‘alayhim / ‘those inflicted with His Wrath’ refers to the misguided of the Jews.
-
^
al-Jalalayn. “The Tasfirs”.
altafsir.com. Diarsipkan dari versi murni terlepas 4 September 2022. Diakses tanggal
7 February
2022.
-
^
Abdul-Rahman, Muhammad Saed (2009).
The meaning and explanation of the glorious Qur’an, 2nd Edition, Volume 1. MSA Publication Limited. ISBN 978-1-86179-643-1.
-
^
Bostom, Andrew (29 May 2022). “Bulan berkat Jurnal lesson: Curse Jews and Christians 17-times daily: Part 1”.
Israel National News. Diarsipkan berusul versi asli terlepas 30 November 2022. Diakses tanggal
9 December
2022.
-
^
Bostom, Andrew (29 May 2022). “Ramadan Koran lesson: Curse Jews and Christians 17-times daily: Part 2”.
Israel National News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 December 2022. Diakses copot
9 December
2022.
-
^
Shrenzel, Israel (4 September 2022). “Verses and Reality: What the Buletin Really Says about Jews”.
Jerusalem Center for Public Affairs. Diarsipkan dari varian jati tanggal 9 December 2022. Diakses tanggal
8 December
2022.
-
^
Asad, Muhammad.
The Message of the Alquran, Commentary on Surah Fatiha
(PDF). hlm. 23–24. Diarsipkan pecah versi asli
(PDF)
terlepas 2022-11-26. Diakses sungkap
2019-12-13
.
According to almost all the commentators, God’s “condemnation” (ghadab, lit., “wrath”) is synonymous with the evil consequences which man brings upon himself by wilfully rejecting God’s guidance and acting contrary to His injunctions. … As regards the two categories of people following a wrong course, some of the greatest Islamic thinkers (e.g. Al-Ghazali or, in recent times, Muhammad ‘Abduh) held the view that the people described as having incurred “God’s condemnation” – that is, having deprived themselves of His grace – are those who have become fully cognizant of God’s message and, having understood it, have rejected it; while by “those who go astray” are meant people whom the truth has either not reached at all, or to whom it has come in so garbled and corrupted a form as to make it difficult for them to recognize it as the truth (see ‘Abduh in Manar I, 68 ff.).
-
^
Ali, Abdullah Yusuf (2006).
The Meaning of The Noble Qur’an, Commentary on al-Fatiha
(PDF). hlm. 7. Diarsipkan berusul versi asli
(PDF)
tanggal 2022-03-12.
…those who are in the darkness of Wrath and those who stray? The first are those who deliberately break God’s law; the second those who stray out of carelessness or negligence. Both are responsible for their own acts or omissions. In opposition to both are the people who are in the light of God’s Grace: for His Grace not only protects them from active wrong … but also from straying into paths of temptation or carelessness. The negative gair should be construed as applying titinada to the way, but as describing menandai protected from two dangers by God’s Grace.
-
^
Shafi, Muhammad.
Ma’ariful Qur’an. hlm. 78–79. Diarsipkan dari versi asli sungkap 2022-07-18. Diakses tanggal
2019-12-13
.
-
^
Tafsir al-Kabir, al-Razi, التفسير الكبير, Tafsir Surah al-Fatiha.
-
^
Al-Kashshaaf, Al-Zamakhshari, الكشاف, Commentary on surah al-Fatiha.
-
^
Maududi, Imam Sayyid Abul Ala.
Tafhim Al Alquran. Diarsipkan pecah versi murni tanggal 2022-07-28. Diakses tanggal
2013-06-17
.
-
^
“Corpus Coranicum: Commentary on the Alquran. Chronologisch-literaturwissenschaftlicher Kommentar zum Koran, hg. von der Berlin-Brandenburgischen Akademie der Wissenschaften durch Angelika Neuwirth unter Mitarbeit von Ali Aghaei und Tolou Khademalsharieh, unter Heranziehung von Übersetzungen von Nicolai Sinai”. 15 November 2022.
Das anaphorische ʾiyyāka (V. 6) betont die Exklusivität des Angerufenen, der anders als im Fall der paganen mušrikūn, die Gott zwar in extremen Situationen um Hilfe rufen, ihm aber nicht dienen, vgl. Q 17:67, Adressat sowohl von Hilferufen als auch von Gottesdienst ist. An diese im Zentrum stehende Affirmation der Alleinverehrung Gottes schließt die Bitte um Rechtleitung an (V. 7). Der hier erhoffte ‚gerade Weg‘ soll demjenigen der bereits von Gott mit Huld bedachten Vorläufern folgen. Sie werden nicht explizit gemacht und dürften zur Zeit der Entstehung der fātiḥa auch unbestimmt intendiert sein. Erst später – mit der Herausbildung von Kollektivbildern – ließen sich die Zielgruppen ex silentio erschließen
-
^
“Tidak halal salat seseorang jika tak membaca Al-Fatihah”. HR. Bukhari, Muslim, Abu Awanah, dan Baihaqi. Baca
Irwa’
Hadits no. 302 -
^
HR. Muslim dan Abu ‘Awanah -
^
HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Anak laki-laki Hibban. Disahkan maka dari itu Penengah dan disetujui Dzahabi. Baca
Al-Irwa’
Hadits no. 303 -
^
HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca
Al-Irwa’
Hadits no.506 -
^
HR. Abu Dawud dan Sahmi, disahkan oleh Penengah dan disetujui oleh Dzahabi. Baca
Al-Irwa’
Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh ‘Amr ad-Dani n domestik Kitab
Muktafa
5/2. -
^
HR. Tamam ar-Razi intern
Al-Fawaaid, Ibnu Duli Dawud kerumahtanggaan
Al-Mushahif
7/2, Abu Nu’aim dalam
Akhbaari Asbahan
1/104, dan Wasit, disahkan maka dari itu Hakim dan disetujui Dzahabi. -
^
HR. Bukhari dan Tepung Dawud dengan sanad legal. -
^
a
b
Muhammad Nashrudin Al-Albani.
Resan Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah -
^
HR. Serdak Dawud dan Penengah, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. -
^
Netral 2022, hlm. 225-226. -
^
Adil 2022, hlm. 226. -
^
Ahmad, Mirza Bahir Ud-Din (1988).
The Quran with English Translation and Commentary. Islam International Publications Ltd. hlm. 1. ISBN 1-85372-045-3.
-
^
Joseph E. B. Lumbard “Commentary on Sūrat al-Fātiḥah,”
The Study of the Alquran. ed. Seyyed Hossein Nasr, Caner Dagli, Maria Dakake, Joseph Lumbard, Muhammad Rustom (San Francisco: Harper One, 2022), p. 3. -
^
“Hadith – The Book of the Commencement of the Prayer – Sunan an-Nasa’i – Sunnah.com – Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)”.
sunnah.com. Diarsipkan dari varian sejati tanggal 2022-08-13. Diakses sungkap
2020-11-30
.
-
^
Abu al-Qasim al-Khoei.
Al-Bayan Fi Tafsir al-Quran. hlm. 446.
-
^
Joseph E. B. Lumbard, “Introduction to Sūrat al-Fātiḥah”,
The Study Quran. ed. Seyyed Hossein Nasr, Caner Dagli, Maria Dakake, Joseph Lumbard, Muhammad Rustom (San Francisco: Harper One, 2022), p. 3. -
^
Mubarakpuri, Safiur Rahman (2000).
Adverbia Ibn Kathir (10 Volumes; Abridged). Darussalam. hlm. 7–8. ISBN 9781591440208.
Daftar bacaan
[sunting
|
sunting sumber]
-
Netral, Duli Abdirrahman (2018). Mujtahid, Umar, ed.
Ensiklopedi Salat. Jakarta: Ummul Qura. ISBN 978-602-7637-03-0.
-
Al-Qur’an dan Terjemahannya
(1978). Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia - Hamzah, Muchotob (2003).
Studi Al-Qur’an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3
Pranala luar
[sunting
|
sunting sumber]
-
(Inggris)
Surah Al-Fatihah MP3
Wikisumber memiliki skenario asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Fatihah
Posted by: gamadelic.com