Sami Allahu Liman Hamidah Artinya
Kebiasaan SHOLAT NABI [07]: CARA DAN Wacana I’TIDAL (BANGKIT Berpunca RUKU)
Bagaimanakah Cara dan Bacaan I’tidal (Bangkit dari Ruku)?
- Mengangkat kepala, bangkit dari ruku’ sambil mengangkat kedua tangan.
- Ketika kumat sinkron mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah” (سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ). Ini berlaku bakal imam dan orang nan sholat sendirian, seperti mana dalam hadis Anas kedelai Malik radhiyallaahu ‘anhu disebutkan:
وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا ، وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Jika padri bangkit berasal ruku’, maka bangkitlah. Jika kamu mengucapkan ‘Sami’allahu liman hamidah (artinya: Semoga Allah mendengarkan/memerhatikan cucu adam-hamba allah yang memuji-Nya) ‘, ucapkanlah ‘Robbana wa lakal hamdu (artinya: Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji)’.” (HR. Bukhari no. 689 dan Mukmin no. 411)
- Setiap anak adam menitahkan “Robbana wa lakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fiih” (artinya: Rabb kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, nan baik dan munjung dengan berkah).
Congor Robbana wa lakal hamdu, bisa dipilih di antara catur teks berikut ini:
{رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ} « Robbanaa lakal-hamdu » Rabb kami, Engkaulah yang pantas mendapatkan segala apa penghargaan.
{ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ} « Robbanaa walakal-hamdu » ” Rabb kami, dan Engkaulah yang pantas mendapatkan barang apa sanjungan” [HR. Al-Bukhari no. 657].
{ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ} « Alloohumma robbanaa lakal-hamdu » “Ya Allah, Rabb kami Engkaulah yang pantas mendapatkan segala pujian” [HR. Mukminat no. 404].
{ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ } « Alloohumma robbanaa walakal-hamdu » “Ya Allah, Rabb kami dan Engkaulah nan pantas mendapatkan segala pujian” [HR. Al-Bukhari no. 762].
Sesekali Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggi doa (setelah Robbana wa lakal hamdu) dengan bacan berikut ini :
مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ اْلأرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ اَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، اَحَقٌّ مَا قَالَ اْلعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ َاللّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعَْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
MIL’US SAMAAWAATI
WA MIL-‘UL
ARDHI WAMIL’U MAA SYI’TA MIN SYAY`IN BA’DU. AHLATS TSANAA`I WAL MAJDI, AHAQQU MAA QOOLAL ‘ABDU, WAKULLUNA LAKA ‘ABDUN. ALLOOHUMMA LAA MAANI’A LIMAA A’THOITA WALAA MU’THIYA LIMAA MANA’TA WALAA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADDU
(HR. Muslim no. 476)
Artinya:
“Sepenuh langit dan sepenuh manjapada dan sepenuh barang apa-segala apa yang Beliau kehendaki selain itu, yang patut menerima sanjungan dan keagungan. Ia yang berhak atas apa nan diucapkan oleh hamba-Mu. Kami semua adalah hamba-Mu Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegat apa saja yang Sira berikan dan tiada yang bisa mengasihkan apa yang Engkau tahan. Keagungan seseorang tidaklah bisa menghalangi tindakan-Mu.” (HR. Muslim no. 476, Abu Uwanah dan Abu Daud)
Keutamaan membaca Robbana wa lakal hamdu disebutkan n domestik perkataan nabi Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu:
إِذَا قَالَ الإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ . فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Takdirnya imam menyabdakan Sami’allahu liman hamidah, maka hendaklah kalian mengucapkan ‘Robbana wa lakal hamdu’. Karena barangkali semata-mata yang ucapannya tadi serempak dengan ucapan malaikat, maka dosanya yang sudah lalu akan dihapus.” (HR. Bukhari no. 796 dan Muslim no. 409).
Begitu juga kerjakan yang menyabdakan:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Robbana walakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih (artinya: Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan apresiasi yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah).” Disebutkan privat titah Rifa’ah bin Rofi’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan untuk hamba allah nan menitahkan semacam itu:
رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ
“Aku melihat 33 malaikat alias kian berebut, siapa di antara mereka yang lebih dahulu untuk mencatat amalan kalimat tersebut.” (HR. Bukhari no. 799)
Penjelasan ringkas:
Insya Halikuljabbar maksud perkataan nabi-sabda di atas mutakadim jelas dan lampau diamalkan saja. Hanya belaka di sini suka-suka beberapa catatan mengenai masalah I’tidal:
- Yang disyariatkan mendaras: SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH hanyalah imam atau yang sedang sholat sendiri. Adapun makmum, maka nan dia baca ialah: ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU, dan dzikir lain yang tersebut dalam dalil-dalil di atas. Kaprikornus makmum TIDAK masuk membaca: SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH. Ini berdasarkan zahir titah Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu di atas, dan inilah insya Allah pendapat nan paling kuat di kalangan cerdik pandai.
- Makmum enggak bisa I’tidal duluan sebelum imam tegak remang, keadaan ini pun berdasarkan perbuatan nabi nabi muhammad Serdak Hurairah radhiyallaahu ‘anhu di atas, bahkan ada hadis khusus yang mengancam pelakunya.
Perigi Rujukan:
Muhammad Abduh Tuasikal intern tulisannya: Sifat Sholat Nabi [07]: Kumat dari Ruku di https://rumaysho.com/7078-sifat-sholat-utusan tuhan-7.html
Al-Ustadz Abu Muawiah n domestik tulisannya Dzikir Dan Bersedekap Saat I’tidal di http://www.alquran-sunnah.com/artikel/kategori/fiqh/478-dzikir-ketika-itidal
Source: https://nasihatsahabat.com/cara-dan-bacaan-itidal/
Posted by: gamadelic.com