Pusat Tata Surya Kita Adalah

Gambaran publik Galaksi (Ukuran planet digambarkan sesuai rasio, sedangkan jaraknya tidak): Mentari, Merkurius, Bintang fajar, Dunia, Mars, Ceres, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.

Ikon Wikipedia Lisan

Bebat suara miring ini dibuat berdasarkan revisi dari artikel ini per sungkap 10 September 2022 (2010-09-10), sehingga isinya enggak mengacu pada revisi terkini.

Sistem solar
[a]
adalah pusparagam benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua korban yang terikut oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet nan sudah diketahui dengan orbit berbentuk bulat telur, lima planet boncel/katai, 173 satelit alami nan telah diidentifikasi,[b]
dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Penyelenggaraan Matahari terbagi menjadi Matahari, empat satelit penggalan dalam, sabuk asteroid, empat bintang beredar bagian luar, dan di bagian terluar adalah Bengkung Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di provinsi terjauh nan berjarak sekitar seribu kelihatannya di asing babak yang terluar.

Berdasarkan jaraknya berbunga Matahari, kedelapan planet Tata surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 miliun km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Jupiter (779 juta km), Zohal (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Keempat bintang beredar terdalam, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars adalah planet kebumian yang terdiri atas batuan dan ferum. Darurat itu, keempat planet terluar adalah planet raksasa yang jauh lebih segara bermula planet kebumian. Dua planet terbesar, yaitu Jupiter dan Saturnus ialah planet raksasa gas yang sebagian bersar terdiri atas hidrogen dan helium. Dua planet lainnya, Uranus dan Neptunus, adalah planet raksasa es yang terdiri atas senyawa dengan titik encer bertambah tinggi bermula hidrogen dan helium, disebut paduan volatil seperti air, amonia, dan metana.

Sejak pertengahan 2008, ada panca mangsa angkasa nan diklasifikasikan sebagai planet katai. Orbit planet-planet katai, kecuali Ceres, kaya seterusnya dari Neptunus. Kelima satelit katai tersebut merupakan Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan ibarat bintang siarah kelima), Pluto (5.906 miliun km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 miliun km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan bintang beredar dan tiga dari kelima planet katai itu dikelilingi oleh bintang beredar alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin bintang siarah yang terdiri dari abu dan partikel lain.

Dasar usul

Banyak hipotesis tentang pangkal usul Sistem solar sudah dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya ialah:

Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula

Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi

Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula mula-mula kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688–1772)[1]
hari 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724–1804) pada masa 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2]
secara independen lega tahun 1796. Postulat ini, yang bertambah dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Bimasakti masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbimbing dari abu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas nan sebagian ki akbar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu memendek dan bersirkulasi dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan karenanya menjadi medalion segara (matahari). Surya ki akbar terus berkurang dan berputar semakin cepat, dan cincin-ring asap dan es terlontar ke sekitar Syamsu. Akibat tren gaya tarik bumi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan menciptakan menjadikan planet dalam dan bintang siarah luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar berpangkal planet-planet yaitu konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]

Postulat Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Pengelolaan Mentari kita terbentuk akibat adanya bintang tidak yang habis cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Rawi. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan sreg permukaan Matahari, dan bersama proses internal Surya, menarik materi berulang bisa jadi berpunca Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral nan ki bertambah dari Surya. Sementara sebagian osean materi tertarik kembali, sebagian enggak akan tetap di orbit, mendingin dan mengeras, dan menjadi benda-benda berformat kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang raksasa andai protoplanet. Korban-objek tersebut bertabrakan pecah perian ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
[butuh rujukan]

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Postulat pasang surut tanda jasa permulaan kali dikemukakan oleh James Jeans sreg musim 1917. Bintang beredar dianggap terbentuk karena mendekatnya medalion lain kepada Matahari. Kejadian yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya beberapa besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh tendensi pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.[3]
Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membandel bahwa tabrakan nan sedemikian itu dekat tidak mana tahu terjadi.[3]
Demikian kembali astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]

Hipotesis Kondensasi

Presumsi kondensasi tadinya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905–1973) pada tahun 1949. Premis kondensasi menguraikan bahwa Manajemen Rawi terbimbing dari bola kabut besar nan mengalir takhlik cakram segara.[5]

Asumsi Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915–2001) puas tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Manajemen Surya kita riil dua bintang yang karib seimbang ukurannya dan berdekatan yang salah satunya letup meninggalkan sisa-sisa-serpihan kecil. Sisa-sisa itu terperangkap oleh gaya tarik bumi bintang yang tidak meledak dan start mengelilinginya.
[butuh rujukan]

Premis Protoplanet

Teori ini dikemukakan oleh Carl Van Weizsaecker, G.P. Kuipper dan Subrahmanyan Chandarasekar. Menurut teori protoplanet, di sekeliling syamsu terdapat kabut asap yang takhlik gumpalan-gumpalan yang secara evolusi berangsur-angsur menjadi gumpalan padat. Gumpalan kabut gas tersebut dinamakan protoplanet.
[butuh rujukan]

Sejarah reka cipta

Lima bintang siarah terdekat ke Surya selain Bumi (Merkurius, Zohrah, Mars, Jupiter dan Zohal) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di manjapada ini memiliki cap seorang untuk tiap-tiap bintang beredar.
[butuh rujukan]

Perkembangan ilmu informasi dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu mengangkut turunan bagi memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564–1642) dengan teleskop refraktornya berada menjadikan mata cucu adam “lebih tajam” dalam mengamati benda langit yang lain boleh diamati melalui mata telanjang.[6]

Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat bermacam-macam transisi rang performa Venus, seperti Venus Ceruk ataupun Venus Purnama bagaikan akibat perubahan posisi Venus terhadap Mentari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperketat teori heliosentris, merupakan bahwa Rawi adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473–1543). Susunan heliosentris yakni Matahari dikelilingi oleh Merkurius setakat Zohal.
[butuh rujukan]

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh jauhari lain seperti Christian Huygens (1629–1695) yang menemukan Titan, satelit Zohal, yang mewah dempet 2 mana tahu jarak orbit Manjapada-Jupiter.
[butuh rujukan]

Perkembangan teleskop kembali diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang bukan melalui Johannes Kepler (1571–1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642–1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori taksiran inilah yang memungkinkan pengudakan dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya.
[pelir rujukan]

Puas 1781, William Herschel (1738–1822) menemukan Uranus.[7]
Perhitungan yang dilakukan pada orbit Uranus mendapati bahwa orbit satelit tersebut terpengaruh oleh benda langit lain yang belum diketahui saat itu. Menggunakan prediksi yang sama, para astronom menemukan Neptunus sreg 1846.[8]

Penemuan Neptunus ternyata tidak sepan mengklarifikasi bencana puas orbit Uranus. Kondisi ini memunculkan dugaan satelit enggak, “Bintang beredar X”, yang masih belum ditemukan. Pengejaran tersebut berujung plong invensi Pluto sreg 1930 oleh Clyde Tombaugh.[9]
Lega saat Pluto ditemukan, objek tersebut hanya diketahui bagaikan semata objek antariksa nan berada di luar orbit Neptunus. Pada 1978, Charon, satelit terbesar yang mengelilingi Pluto ditemukan. Charon ditemukan melalui analisis piringan fotografik yang menunjukkan adanya “benjolan” di jihat Pluto.[10]

Para astronom kemudian menemukan selingkung 1.000 bulan-bulanan kecil lainnya yang letaknya melangkahi Neptunus (disebut sasaran trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari.[11]
Terdapat sekitar 100.000 sasaran serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Setagi Kuiper yakni bagian dari objek-objek trans-Neptunus).[12]
Belasan benda langit termasuk dalam Korban Setagi Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km sreg Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan
2003 EL61

(1.500 km puas Mei 2004).
[butuh rujukan]

Penemuan
2003 EL61

cukup menghebohkan karena Target Kendit Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit puas Januari 2005 meskipun berdosis lebih kecil bersumber Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) nan diberi nama oleh penemunya Xena. Selain kian osean dari Pluto, objek ini juga memiliki planet.
[butuh rujukan]

Struktur

Perbanding relatif massa planet. Jupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Marikh, yang total bersama doang kurang dari 0.1% bukan tampak dalam tabulasi di atas.

Orbit-orbit Penyelenggaraan Surya dengan rasio yang sepantasnya

Komponen penting sistem Tata surya merupakan matahari, sebuah bintang leret utama kelas bawah G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan mode gravitasinya.[13]
Jupiter dan Zohal, dua komponen terbesar yang mengedari Surya, mencengap kira-kira 90 persen konglomerat selebihnya.[c]

Damping semua bahan-objek osean nan mengorbit Rawi terdapat pada satah edaran manjapada, yang rata-rata dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat dempet pada ekliptika, sementara komet dan objek-sasaran kendit Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang adv amat raksasa dibandingkan ekliptika.[14]

Planet-planet dan sasaran-objek Penyelenggaraan Surya juga mengorbit mengerubuti Mentari berlawanan dengan arah jarum jam kalau dilihat dari atas saingan utara Mentari, terkecuali Komet Halley.
[butuh rujukan]

Syariat Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit berpunca objek-objek Tata Surya sekeliling Rawi bergerak mengikuti bentuk oval dengan Surya sebagai salah suatu titik fokusnya. Objek yang berpisah makin dekat dari Syamsu (api-api
semi-mayor-nya lebih katai) memiliki perian tahun nan lebih singkat. Pada orbit elips, jarak antara alamat dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdamping antara alamat dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh semenjak Matahari dinamai aphelion. Semua bahan Bimasakti mengalir tercepat di titik perihelion dan sederhana di noktah aphelion. Orbit planet-planet boleh dibilang dempet berbentuk lingkaran, sedangkan bintang berekor, planetoid dan incaran bengkung Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
[butuh rujukan]

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan tabel Bimasakti menunjukan jarak antara orbit yang sebanding antara satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan bilang perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet ataupun sabuk berusul Matahari, semakin ki akbar jarak antara objek itu dengan kempang edaran orbit sebelumnya. Perumpamaan contoh, Venus terletak sekeliling selingkung 0,33 satuan ilmu falak (SA) lebih terbit Merkurius[d], sedangkan Zohal adalah 4,3 SA bermula Jupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA terbit Uranus. Beberapa upaya telah dicoba bagi menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sepanjang ini tidak satu teori pun telah diterima.
[ceceh rujukan]

Hampir semua planet-planet di Tata Matahari juga punya sistem sekunder. Kebanyakan ialah benda pengorbit alami yang disebut planet. Bilang benda ini memiliki ukuran kian segara berpangkal planet. Akrab semua planet alami yang minimum besar terletak di orbit bersama-sama, dengan suatu sisi satelit berpaling ke arah satelit induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin nan berisi partikel-unsur boncel yang mengorbit secara serampak.[15]

Terminologi

Secara informal, Bimasakti bisa dibagi menjadi tiga daerah. Galaksi bagian dalam mencengam empat planet kebumian dan bengkung asteroid utama. Pada daerah yang selanjutnya, Penyelenggaraan Mentari bagian luar, terdapat empat tabun planet raksasa.[16]
Sejak ditemukannya Setagen Kuiper, episode terluar Tata surya dianggap distrik berbeda khusus yang meliputi semua objek melalui Neptunus.[17]

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit mentari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet katai, dan benda kecil Pengelolaan Rawi. Planet adalah sebuah jasmani nan mengedari Rawi dan memiliki massa cukup besar lakukan takhlik bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kerdil di sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan satelit: Merkurius, Zohrah, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto sudah dilepaskan status planetnya karena tidak boleh membersihkan orbitnya dari objek-target Angkin Kuiper.[18]

Satelit mungil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, n kepunyaan agregat yang memadai lakukan dapat membentuk bulatan diri tetapi belum bisa menjernihkan kawasan sekitarnya.[18]
Menurut definisi ini, Bimasakti memiliki panca biji pelir satelit katai: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[19]
Target lain yang mungkin akan diklasifikasikan umpama planet katai merupakan: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet katai nan memiliki orbit di daerah trans-Neptunus lazimnya disebut “plutoid”.[20]
Sisa incaran-target enggak berikutnya yang mengitari Rawi adalah benda kecil Tata Syamsu.[18]

Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah asap, es, dan batu cak bagi mendeskripsi kelas bawah zat yang terdapat di dalam Bimasakti.
Batu
digunakan lakukan menamai bahan bertitik hancur tinggi (lebih ki akbar dari 500 K), sebagai model silikat. Bahan batuan ini sangat umum terletak di Bimasakti bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan planetoid. Gas adalah bahan-bahan bertitik bertarai invalid seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-incaran ini mendominasi wilayah paruh Sistem solar, yang didominasi maka dari itu Jupiter dan Saturnus. Sementara itu es, seperti air, metana, amonia dan zat arang dioksida,[21]
punya titik bertabur sekitar ratusan derajat kelvin. Mangsa ini yakni suku cadang terdahulu dari sebagian lautan bintang siarah planet besar. Ia juga merupakan suku cadang terdahulu Uranus dan Neptunus (nan sering disebut “es samudra”), serta beragam benda kerdil yang terdapat di hampir orbit Neptunus.[22]

Istilah
volatil
mencakup semua bahan recik didih rendah (kurang berbunga ratusan kelvin), nan termasuk gas dan es; tersidai pada suhunya, ‘volatiles’ dapat ditemukan sebagai es, hancuran, atau gas di berbagai bagian Bimasakti.
[titit rujukan]

Zona planet

Zona Tata Surya yang meliputi, bintang beredar putaran dalam, kendit asteroid, planet eksterior, dan sabuk Kuiper. (Rang tidak sesuai neraca)

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Pengelolaan Surya dan planet terdekatnya adalah Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106
km, maupun 0,39 SA), diikuti maka dari itu Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3
dan 5,52 g/cm3.
[kalam rujukan]

Antara Mars dan Jupiter terdapat daerah nan disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Umumnya planetoid-asteroid ini namun berdiameter beberapa kilometer (tatap: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km alias makin. Ceres, episode dari pusparagam planetoid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan bagaikan bintang siarah katai. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan sejumlah menyimpangi Utarid (Icarus) dan Uranus (Chiron).
[butuh rujukan]

Pada zona planet luar, terletak planet gas raksasa Jupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan konglomerasi spesies antara 0,7 g/cm3
dan 1,66 g/cm3.
[butuh rujukan]

Jarak kebanyakan antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menunggangi baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara kempang selebaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi pungkur dari awal terbentuknya Pengelolaan Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di jejer matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus yaitu hasil benturan kosmis.
[kalam rujukan]

Mentari

Matahari adalah bintang emak Sistem solar dan yaitu komponen utama sistem Penyelenggaraan Surya ini. Bintang ini berformat 332.830 konglomerat bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepejalan inti yang layak osean lakukan bisa membantu kelanjutan paduan nuklir dan menyemburkan sejumlah energi nan dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.

Rawi dikategorikan ke dalam bintang katai kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, cuma etiket ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan medalion-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, Rawi termasuk cukup lautan dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah diagram yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, medali nan kian panas akan lebih cemerlang. Medalion-bintang nan mengikuti pola ini dikatakan terletak sreg lajur utama, dan Surya letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih menggiurkan dari Matahari merupakan langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih bersimbah dan dingin adalah awam.[23]

Dipercayai bahwa posisi Matahari pada ririt terdepan secara umum merupakan “puncak spirit” bermula sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen nan tersimpan kerjakan fusi nuklir. Ketika ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Lega awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[24]

Syamsu secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang “populasi I”. Bintang kategori ini terasuh bertambah akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak atom yang lebih langka daripada hidrogen dan helium (“logam” dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan medali “populasi II”.[25]
Elemen-unsur yang bertambah langka daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah sampai-sampai silam sebelum pataka semesta boleh dipenuhi maka itu molekul-unsur yang lebih berat ini.

Bintang-tanda jasa tertua mengandung sangat sedikit metal, sementara itu tanda jasa baru mempunyai kandungan logam nan bertambah tinggi. Tingkat metalitas yang pangkat ini diperkirakan mempunyai pengaruh signifikan pada pembentukan sistem Galaksi, karena terbentuknya bintang beredar adalah hasil aglutinasi metal.[26]

Menengah antarplanet

Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal perumpamaan angin surya. Cercaan anasir ini menyebar keluar kira-terka pada kederasan 1,5 juta kilometer per jam,[27]
menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) nan merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga
heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.

Badai geomagnetis plong permukaan Matahari, sebagaimana semburan Surya dan lontaran komposit korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[28]
Struktur terbesar bersumber heliosfer dinamai lawai arus heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Surya terhadap medium antarplanet.[29]
[30]
Wadah magnet marcapada mencegah ruang angkasa mayapada berinteraksi dengan angin matahari. Bintang timur dan Mars nan tidak memiliki kancah besi sembrani, atmosfernya habis gogos ke asing angkasa.[31]
Interaksi antara angin syamsu dan arena magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, nan dapat dilihat dekat n antipoda magnetik bumi.[32]

Heliosfer sekali lagi berperan mereservasi Tata Surya bersumber sinar kosmik yang berasal dari asing Bimasakti. Kancah magnet satelit-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas semarak kosmik pada menengah antarbintang dan kekuatan medan magnet Matahari mengalami pergantian pada perbandingan waktu yang lalu pangkat, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya koteng yakni bervariasi, supaya tidak diketahui seberapa ki akbar.[33]

Medium antarplanet kembali adalah ajang beradanya paling lain dua daerah mirip piringan nan berisi bubuk kosmis. Yang mula-mula, awan debu zodiak, terletak di Tata Rawi bagian internal dan ialah penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk berbunga tabrakan dalam kendit asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[34]
Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan siapa disebabkan maka dari itu cak bertubrukan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[35]
[36]

Galaksi bagian dalam

Tata surya adegan dalam merupakan merek awam yang mencaplok planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat pecah silikat dan logam, mangsa dari Sistem solar bagian internal melingkup dekat dengan matahari, radius mulai sejak seluruh provinsi ini lebih singkat dari jarak antara Jupiter dan Zohal.

Bintang siarah-planet bagian kerumahtanggaan

Catur planet bagian privat alias bintang beredar kebumian memiliki komposisi batuan yang padat,[37]
hampir tidak mempunyai maupun lain memiliki planet dan tak punya sistem cincin. Komposisi Planet-bintang beredar ini terutama adalah mineral recik leleh tinggi, seperti mana silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel nan membentuk intinya. Tiga berpokok catur bintang siarah ini (Bintang kejora, Dunia dan Mars) memiliki angkasa luar, semuanya memiliki mulut gunung meteor dan resan-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan tahang bongkahan. Bintang siarah nan letaknya di antara Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.

Merkurius
Merkurius
(0,4 SA dari Rawi) adalah satelit terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 komposit mayapada). Merkurius bukan memiliki bintang beredar alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah
lobed ridges
maupun
rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda semula sejarahnya.[38]
Atmosfer Merkurius nan hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang tanggal mulai sejak permukaannya karena semburan angin surya.[39]
Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan dugaan lapisan asing bintang beredar ini tanggal sehabis terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan (“akresi”) penuhnya terhambat oleh energi awal Mentari.[40]
[41]
Bintang kejora
Venus
(0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 konglomerat bumi). Dan sebagai halnya bumi, planet ini n kepunyaan selimut kulit silikat nan tebal dan berinti besi, atmosfernya pula deras dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kersang bersumber bumi dan atmosfernya sembilan kali bertambah padat dari bumi. Venus enggak memiliki satelit. Bintang kejora adalah planet terpanas dengan master permukaan mencapai 400 °C, probabilitas raksasa disebabkan jumlah asap kondominium beling yang terkandung di dalam atmosfer.[42]
Sepanjang ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, sekadar karena bintang siarah ini tidak mempunyai panggung magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Zohrah dari dari gunung berapi.[43]
Marcapada
Bumi
(1 SA semenjak Surya) merupakan planet penggalan privat yang terbesar dan terpadat, suatu-satunya yang diketahui punya aktivitas geologi dan satu-satunya bintang siarah nan diketahui mempunyai mahluk hidup. 70% bagian bumi ditutup oleh air sedangkan 30%bumi ditutupi oleh daratan. Hidrosfernya nan enceran adalah tersendiri di antara planet-bintang beredar kebumian dan juga ialah suatu-satunya satelit yang diamati mempunyai lempeng tektonik. Ruang angkasa dunia lewat berlainan dibandingkan satelit-bintang beredar lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[44]
Bumi memiliki satu satelit, wulan, satu-satunya satelit besar pecah planet kebumian di dalam Penyelenggaraan Syamsu.
Marikh
Marikh
(1,5 SA dari Surya) berukuran lebih kecil terbit bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Bintang siarah ini punya ruang angkasa tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi argo berapi raksasa seperti Olympus Mons dan tahang retakan sebagaimana Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis nan terus terjadi setakat baru belakangan ini. Corak merahnya berasal berpunca warna karat tanahnya nan subur besi.[45]
Marikh mempunyai dua satelit alami mungil (Deimos dan Fobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[46]

Bengkung asteroid

Sabuk planetoid utama dan planetoid Troya

Asteroid secara umum adalah objek Manajemen Surya yang terdiri berbunga batuan dan mineral metal beku.[47]

Setagen planetoid utama terletak di antara orbit Mars dan Jupiter, bubar antara 2,3 dan 3,3 SA dari syamsu, diduga adalah cerih bersumber sasaran formasi Galaksi nan gagal menggumpal karena pengaturan gaya tarik bumi Jupiter.[48]

Gradasi matra planetoid yakni ratusan kilometer sebatas mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Galaksi. Sejumlah asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai satelit katai jika manjur telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[49]

Bengkung asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[50]
Sungguhpun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah makin berusul seperseribu massa bumi.[51]
Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos kewedanan ini tanpa mengalami kegeruhan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m disebut meteorid.[52]

Ceres

Ceres
(2,77 SA) adalah benda terbesar di bengkung asteroid dan diklasifikasikan sebagai bintang beredar katai. Diameternya yaitu terbatas kurang dari 1000 km, memadai samudra untuk mempunyai gaya tarik bumi koteng kerjakan menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap andai satelit ketika ditemukan lega abad ke 19, semata-mata di-reklasifikasi menjadi asteroid lega tahun 1850-an setelah observasi makin lanjur menemukan beberapa asteroid pula.[53]
Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 umpama planet katai.[54]

Keramaian asteroid

Asteroid puas sabuk terdahulu dibagi menjadi kelompok dan batih asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid yaitu asteroid yang mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka enggak mudah dibedakan berpangkal satelit-bintang siarah bintang siarah, sewaktu-waktu hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk terdepan nan boleh jadi merupakan sumber air manjapada.[55]

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4
atau L5
Jupiter (kawasan gravitasi stabil nan congah di depan dan birit sebuah orbit bintang beredar), sebutan “trojan” sering digunakan untuk korban-objek kecil puas Titik Langrange dari sebuah bintang beredar atau satelit.[56]
Gerombolan Planetoid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Jupiter, yang artinya kelompok ini mengedari Rawi tiga mana tahu untuk setiap dua edaran Jupiter.

Bagian dalam Tata Matahari juga dipenuhi oleh planetoid liar, nan banyak memotong orbit-orbit satelit planet adegan dalam.

Sistem solar bagian luar

Plong bagian luar semenjak Tata Surya terletak gas-gas samudra dengan satelit-satelitnya yang berformat planet. Banyak bintang berekor berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Bodi-badan padat di daerah ini mengandung besaran
volatil
(contoh: air, amonia, metan, yang gegares disebut “es” dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian privat Bimasakti.

Planet-bintang siarah asing

Besar-lautan gas dalam Galaksi dan Matahari, beralaskan skala

Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas atau bintang siarah jovian, secara keseluruhan mencengap 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Jupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih ki akbar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[57]
Keempat ki akbar gas ini semuanya mempunyai cincin, meski hanya sistem gelang-gelang Saturnus yang bisa dilihat dengan mudah dari bumi.

Jupiter
Jupiter
(5,2 SA), dengan 318 bisa jadi konglomerasi mayapada, yaitu 2,5 kali komposit dari wasilah seluruh planet lainnya. Peranakan utamanya yakni hidrogen dan helium. Mata air menggiurkan di kerumahtanggaan Jupiter menyebabkan timbulnya sejumlah ciri taruk-permanen plong atmosfernya, laksana contoh pita pita gegana dan Tutul Ahmar Osean. Sejauh nan diketahui Jupiter memiliki 63 bintang siarah. Empat yang terbesar, Ganimede, Kalisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan satelit kebumian, sebagai halnya gunung berapi dan inti yang semok.[58]
Ganimede, nan yakni bintang beredar terbesar di Penyelenggaraan Surya, berukuran lebih segara berbunga Merkurius.
Saturnus
Saturnus
(9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Jupiter, seumpama acuan tata letak atmosfernya. Meskipun Saturnus sebesar 60% piutang Jupiter, planet ini hanya punya massa kurang berpunca sepertiga Jupiter atau 95 kali komposit mayapada, takhlik planet ini sebuah bintang beredar nan paling lain padat di Bimasakti.[59]
Saturnus n kepunyaan 60 satelit nan diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan aktivitas geologis, meski hampir terdiri sekadar mulai sejak es cuma.[60]
Titan berformat lebih samudra bersumber Merkurius dan merupakan satu-satunya bintang siarah di Manajemen Rawi yang memiliki atmosfer yang memadai bermakna.
Uranus
Uranus
(19,6 SA) yang mempunyai 14 mungkin massa bumi, adalah planet nan minimum ringan di antara planet-planet asing. Planet ini memiliki kebobrokan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat puas ekliptika. Satelit ini memiliki inti nan sangat dingin dibandingkan gas osean lainnya dan sekadar sedikit menyinarkan energi merangsang.[61]
Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar ialah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
Neptunus
(30 SA) meskipun rendah lebih boncel mulai sejak Uranus, memiliki 17 kali komposit dunia, sehingga membuatnya bertambah padat. Planet ini menyinarkan panas mulai sejak dalam doang tidak sebanyak Jupiter ataupun Zohal.[62]
Neptunus memiliki 13 bintang beredar yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan punya geyser nitrogen cairan.[63]
Triton yaitu satu-satunya satelit lautan yang orbitnya terbalik arah (retrograde). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini n kepunyaan resonansi 1:1 dengan Neptunus.

Komet

Komet ialah badan Sistem solar boncel, biasanya hanya berdimensi beberapa kilometer, dan terbuat mulai sejak es volatil. Badan-raga ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara mahajana perihelion-nya terletak di planet-planet interior dan letak aphelion-nya lebih jauh berasal Pluto. Saat sebuah komet memasuki Sistem solar bagian dalam, dekatnya jarak berpangkal Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, nan menghasilkan koma, ekor tabun dan duli jenjang, nan sering dapat dilihat dengan mata telanjang.[64]

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang berpangkal dua ratus tahun. Sedangkan bintang berekor berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan masa. Bintang berasap berperioda pendek dipercaya berpangkal berusul Sabuk Kuiper,[65]
sedangkan bintang berasap berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berbunga dari Udara Oort. Banyak keramaian bintang berasap, sebagaimana Kreutz Sungrazers, terbentuk berusul pecahan sebuah emak khas.[66]
Sebagian bintang berasap berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara karuan sangatlah sulit.[67]
Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Surya sering dikategorikan umpama asteroid.[68]

Centaur

Centaur adalah benda-benda es mirip bintang sapu yang poros semi-majornya lebih besar semenjak Jupiter (5,5 SA) dan lebih kecil pecah Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[69]
Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, sekali lagi diklasifikasikan sebagai bintang berasap (95P) karena mempunyai koma sama seperti komet kalau mendekati Matahari.[70]
Beberapa astronom mengelompokkan Centaurs sebagai korban sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan tebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[71]

Daerah trans-Neptunus

Diagram yang menunjukkan penjatahan sabuk Kuiper

Provinsi yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau wilayah trans-Neptunus, sebagian lautan belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian osean terdiri dari dunia-manjapada kecil (yang terbesar mempunyai diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari wulan) dan terutama mengandung batu dan es. Area ini juga dikenal sebagai kewedanan luar Pengelolaan Matahari, walaupun berbagai orang menggunakan istilah ini buat provinsi yang terdapat melebihi setagen planetoid.

Angkin Kuiper

Setagen Kuiper adalah sebuah cincin samudra mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan 50 SA, dan terdiri berpokok benda kecil Tata Surya. Biar demikian, beberapa korban Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan ibarat planet mungil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat selingkung 100.000 objek Kendit Kuiper yang berdiameter lebih bersumber 50 km, cuma diperkirakan massa kuantitas Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh komposit marcapada.[72]
Banyak mangsa Kuiper punya satelit ganda dan biasanya mempunyai orbit di luar bidang eliptika.

Sabuk Kuiper secara bernafsu bisa dibagi menjadi “bengkung klasik” dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (pola: dua orbit bakal setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang permulaan bermula plong Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA setakat 47,7 SA.[73]
Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan seumpama
cubewanos, pasca- anggota varietas pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1
[74]

Pluto dan Charon

Pluto dan ketiga satelitnya

Pluto
(kebanyakan 39 SA), sebuah planet katai, adalah objek terbesar sejauh ini di Angkin Kuiper. Saat ditemukan puas waktu 1930, benda ini dianggap sebagai bintang beredar yang kesembilan, definisi ini diganti sreg tahun 2006 dengan diangkatnya definisi formal bintang siarah. Pluto mempunyai kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat berpokok bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari Surya pada noktah prihelion (sejarak orbit Neptunus) setakat 49,5 SA sreg titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, bintang siarah Pluto nan terbesar, akan terus diklasifikasikan misal satelit maupun menjadi sebuah bintang siarah boncel juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik
barycenter
gaya tarik bumi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua planet yang jauh makin boncel Nix dan Hydra lagi mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan mempunyai 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berarti Pluto mengedari Surya dua mungkin untuk setiap tiga edaran Neptunus. Bulan-bulanan sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi nan sama disebut plutino.[75]

Haumea dan Makemake

Haumea
(rata-rata 43,34 SA) dan
Makemake
(rata-rata 45,79 SA) yakni dua korban terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur dan punya dua satelit. Makemake adalah mangsa paling cemerlang di sabuk Kuiper pasca- Pluto. Plong awalnya dinamai
2003 EL61

dan
2005 FY9
, pada perian 2008 diberi nama dan status sebagai bintang siarah katai. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih membujur berpunca Pluto (28° dan 29°)
[76]
dan lain sebagai halnya Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian berpangkal kelompok Bulan-bulanan Bengkung Kuiper klasik.

Piringan tersebar

Hitam: tersebar; sensasional: klasik; hijau: resonan

Piringan tersebar berpotongan dengan setagen Kuiper dan menyebar keluar jauh bertambah luas. Daerah ini diduga merupakan mata air komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terambau ke orbit yang tidak menentu karena dominasi gravitasi dari gerakan migrasi semula Neptunus. Rata-rata bahan piringan tersebar memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA pecah Surya. Orbit OPT pun n kepunyaan inklinasi panjang pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut belokan-siku. Sejumlah astronom menggolongkan piringan tersebar tetapi sebagai babak berpangkal kendit Kuiper dan menegur piringan tersebar sebagai “objek setagi Kuiper tersebar”.[77]

Eris

Eris
(rata-rata 68 SA) adalah korban piringan tersebar terbesar sepanjang ini dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi bintang siarah, karena Eris hanya 5% lebih ki akbar dari Pluto dan memiliki perkiraan sengkang sekitar 2.400 km. Eris adalah satelit boncel terbesar yang diketahui dan memiliki suatu bintang beredar, Dysnomia.[78]
Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas panjang, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.

Daerah terjauh

Titik bekas Bimasakti berakhir dan ruang antar medalion menginjak tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua kecondongan tekan yang terpisah: kilangangin kincir mentari dan gravitasi Matahari. Batasan terjauh otoritas kilangangin kincir surya kira kira berpisah empat mungkin jarak Pluto dan Matahari.
Heliopause
ini disebut sebagai titik purwa medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gaya berat Rawi, diperkirakan mencengap sekitar sewu kali lebih lanjut.

Heliopause

Heliopause
dibagi menjadi dua fragmen terpisah. Gegana angin yang bersirkulasi pada kecepatan 400 km/detik sebatas membentur plasma dari medium ira antarbintang. Tabrakan ini terjadi lega benturan terminasi yang kira duga terletak di 80-100 SA mulai sejak Matahari pada kawasan musuh angin dan sekitar 200 SA dari Mentari sreg kawasan searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang, membentuk struktur oval nan dikenal bak
heliosheath, dengan kelakuan mirip sama dengan ekor bintang sapu, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah oponen angin dan berkali-kelihatannya bekuk lebih jauh puas jihat lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus cak bertubrukan terminasi ini dan memasuki
heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan asing pecah heliosfer,
heliopause, adalah tutul tempat kilangangin kincir matahari cak jongkok dan ruang antar bintang dari.

Bentuk dari ujung asing heliosfer kemungkinan dipengaruhi berpokok dinamika fluida berasal interaksi madya antar medalion dan juga medan magnet Matahari yang condong di sebelah selatan (sehingga menjatah bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan lebih jauh daripada hemisfer kidul. Selebih berpangkal
heliopause, pada jarak sekeliling 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma nan ditinggalkan Matahari seiring edarannya gelintar di Bima Sakti.

Selama ini belum terserah kapal luar angkasa yang melalui
heliopause, sehingga tidaklah barangkali mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan planet NASA voyager akan menembus
heliopause
pada seputar sepuluh tahun yang akan datang dan menugasi lagi data tingkat radiasi dan angin matahari. Dalam plong itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan konsep “Vision Mission” yang akan istimewa mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.

Awan Oort

Secara postulat, Awan Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri berbunga bertrilyun-triliun objek es, dipercaya ialah sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari sreg jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 masa cahaya) hingga sejauh 100.000 SA (1,87 perian cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung bintang berekor nan terbanting berasal interior Tata surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak suntuk lambat dan bisa digoncangkan maka itu situasi-situasi sukar begitu juga benturan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, mode pasang yang didorong Bima Sakti.[79]
[80]

Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit samudra yang sangat eliptis, selingkung 76 SA plong perihelion dan 928 SA lega aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu sasaran ini puas perian 2003, menegaskan bahwa Sedna lain merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Ia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna merupakan mangsa permulaan berpunca sebuah kerubungan hijau, yang mungkin sekali lagi mencaplok 2000 CR105. Sebuah benda meretik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 musim. Brown menjuluki kelompok ini “Awan Oort bagian dalam”, karena barangkali terbimbing melangkahi proses yang mirip, cak agar jauh makin dempet ke Matahari. Peluang ki akbar Sedna yaitu sebuah planet katai, meski buram kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.

Batasan-batasan

Banyak hal berasal Bimasakti kita yang masih belum diketahui. Medan gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perhitungan dasar radius Gegana Oort, di sisi tidak, lain bertambah raksasa dari 50.000 SA.[81]
Sekalipun Sedna sudah ditemukan, distrik antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA, boleh dikatakan belum dipetakan. Selain itu, juga ada studi yang semenjana berjalan, yang mempelajari daerah antara Merkurius dan rawi.[82]
Sasaran-bulan-bulanan baru siapa masih akan ditemukan di area nan belum dipetakan.

Dimensi

Berikut proporsi beberapa ukuran terdepan planet-planet di Tata Surya.

Karakteristik Utarid Bintang timur Marcapada Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunus
Jarak edaran (miliun km) (SA) 57,91 (0,39) 108,21 (0,72) 149,60 (1,00) 227,94 (1,52) 778,41 (5,20) 1.426,72 (9,54) 2.870,97 (19,19) 4.498,25 (30,07)
Jangka arus (perian) 0,24 (88 hari) 0,62 (224 periode) 1,00 1,88 11,86 29,45 84,02 164,79
Jangka sirkuit 58,65 hari 243,02 perian 23 jam 56 menit 24 jam 37 menit 9 jam 55 menit 10 jam 47 menit 17 jam 14 menit 16 jam 7 menit
Eksentrisitas edaran 0,206 0,007 0,017 0,093 0,048 0,054 0,047 0,009
Inklinasi orbit terhadap ekliptika (°) 7,00 3,39 0,00 1,85 1,31 2,48 0,77 1,77
Inklinasi ekuator terhadap orbit (°) 0,00 177,36 23,45 25,19 3,12 26,73 97,86 29,58
Garis tengah garis khatulistiwa (km) 4.879 12.104 12.756 6.805 142.984 120.536 51.118 49.528
Konglomerat (dibanding Bumi) 0,06 0,81 1,00 0,15 317,8 95,2 14,5 17,1
Kepadatan rata-rata (g/cm³) 5,43 5,24 5,52 3,93 1,33 0,69 1,27 1,64
Suhu permukaan min. -173 °C +437 °C -89 °C -133 °C
kebanyakan +167 °C +464 °C +15 °C -55 °C -108 °C -139 °C -197 °C -201 °C
maks. +427 °C +497 °C +58 °C +27 °C

Konteks galaksi

Lokasi Sistem solar di dalam bimasakti Bima Pintar.

Tata Syamsu terwalak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 miliar tanda jasa.[83]
Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi nan disebut Lengan Orion.[84]
Letak Rawi bercerai antara 25.000 dan 28.000 musim cahaya dari muslihat galaksi, dengan kelajuan orbit mengerubuti pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.

Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta waktu. Masa revolusi ini dikenal andai tahun bimasakti Tata surya.[85]
Apex Matahari, sisi jalur Matahari di ruang semesta, erat letaknya dengan rasi bintang Herkules tertuju pada posisi penghabisan bintang Vega.[86]

Lokasi Tata Rawi di internal tata surya berperan penting privat evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kepantasan intim sebagai halnya lengan spiral galaksi, karenanya bumi lewat selit belit melewati kempang lengan. Lengan spiral bimasakti punya konsentrasi supernova tinggi nan berpotensi bahaya sangat besar terhadap hayat di Manjapada. Situasi ini memberi Bumi jangka penguatan yang panjang yang memungkinkan evolusi spirit.[87]

Tata Surya terletak jauh bermula daerah padat bintang di pusat sistem solar. Di wilayah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berapit bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan bintang sapu-bintang berekor ke bagian intern Manajemen Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tumbukan yang negatif kehidupan di Bumi.

Keseriusan radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan rajah hidup tingkat tataran. Meskipun demikian, para ilmuwan berhipotesis bahwa lega lokasi Tata Surya sekarang ini supernova mutakadim memengaruhi umur di Bumi pada 35.000 perian bontot dengan melemparkan retakan-pecahan inti bintang ke arah Matahari n domestik rajah bubuk radiasi maupun bahan nan lebih raksasa lainnya, sebagaimana berbagai benda mirip bintang berekor.[88]

Daerah lingkungan sekitar

Mileu galaksi terdekat dari Tata surya adalah sesuatu nan dinamai Awan Antarbintang Lokal, yaitu wilayah berawan rimbun yang dikenal dengan nama Pelembungan Lokal, nan terletak di tengah-paruh wilayah yang musykil. Pelembungan Lokal ini berbentuk rongga mirip jam ramal yang terdapat pada medium antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Buih ini penuh ditebari plasma bersuhu strata nan mana tahu berpangkal pecah beberapa supernova yang belum lama terjadi.[89]

Di intern jarak sepuluh masa cahaya (95 triliun km) terbit Rawi, jumlah medali nisbi sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berparak 4,4 masa cerah. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah boncel biram (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda permulaan puas jarak 0,2 masa cahaya.

Bintang-bintang terdamping berikutnya yaitu sebuah katai sirah yang dinamai Medali Barnard (5,9 hari cahaya), Wolf 359 (7,8 waktu panah) dan Lalande 21185 (8,3 tahun terang). Medali terbesar dalam jarak dekade cahaya ialah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori ‘belai utama’ sangkil-kira bermassa dua kali massa Matahari, dan dikelilingi maka dari itu sebuah kecil putih bernama Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 tahun panah. Cirit sistem selebihnya yang terdapat di dalam jarak 10 tahun kilap ialah sistem tanda jasa ganda mungil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial berma bernama Ross 154 (9,7 tahun sinar).[90]

Bintang tunggal terdamping yang mirip Surya adalah Tau Ceti, nan terletak 11,9 tahun kilat. Medali ini kira-duga berukuran 80% berat Matahari, belaka kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[91]
Satelit asing Galaksi terdekat berasal Matahari, yang diketahui sepanjang ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah tanda jasa yang sedikit lebih luntur dan kian abang dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 masa cuaca. Bintang beredar tanda jasa ini nan sudah dipastikan, bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih bertakaran 1,5 barangkali komposit Jupiter dan merumung induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[92]

Tatap kembali

  • Garis perian pengelanaan Sistem solar
  • Galaksi Bimasakti
  • Dunia semesta
  • Alam seberinda teramati
  • Kosmologi

Catatan



  1. ^

    Investasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Antarbangsa, raga yang mengurusi masalah penganjuran astronomis, menyebutkan bahwa seluruh incaran ilmu perbintangan dikapitalisasi namanya (Galaksi). Namun, istilah ini pula comar ditemui dalam bentuk huruf boncel (tata syamsu)


  2. ^

    Lihat Daftar planet untuk semua satelit alami dari delapan satelit dan panca planet kerdil.


  3. ^

    Massa Pengelolaan Surya tidak termasuk Matahari, Jupiter, dan Zohal, dapat dihitung dengan menambahkan semua massa korban terbesar yang dihitung dan menunggangi perincian agresif bakal massa udara Oort (sekitar 3 boleh jadi massa Bumi),,[93]
    sabuk Kuiper (seputar 0,1 kali konglomerat Marcapada)[72]
    dan bengkung asteroid (sekitar 0,0005 kali konglomerat Bumi)[51]
    dengan besaran konglomerat ~37 kali konglomerasi Marcapada, atau 8,1 persen massa di orbit di selingkung Mentari. Jika dikurangi dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya ~31 bisa jadi massa Bumi), sisanya ~6 kali konglomerat Dunia yaitu 1,3 persen berasal agregat keseluruhan.


  4. ^

    Astronom menakar jarak di dalam Bimasakti dengan rincih ilmu perbintangan (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Syamsu dan Mayapada, atau 149.598.000 km. Pluto bercerai sekitar 38 SA berpunca Surya, Jupiter 5,2 SA. Satu tahun cahaya yaitu 63.240 SA..

Bacaan lebih jauh

  • Abdullah, Mikrajuddin (2004).
    Sains Fisika SMP Untuk Kelas VII. Jakarta: Esis/Erlangga. ISBN 979-734-139-9.




    (Indonesia)

Referensi


  1. ^

    Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralogical Works), (Principia, Volume 1)

  2. ^


    See, T. J. J. (1909). “The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System”.
    Proceedings of the American Philosophical Society.
    48: 119. Diakses tanggal
    2006-07-23
    .




  3. ^


    a




    b




    c




    M. M. Woolfson (1993). “The Solar System: Its Origin and Evolution”.
    Journal of the Boros Astronomical Society.
    34: 1–20. Diakses copot
    2008-04-16
    .





  4. ^


    Benjamin Crowell (1998–2006). “5”.
    Conservation Laws. lightandmatter.com.





  5. ^


    “Gerard Kuiper (1905 – 1973) | Astronomer”.
    NASA Solar System Exploration
    . Diakses tanggal
    2021-05-28
    .





  6. ^


    The Editors of Encyclopaedia Britannica, ed. (January 8, 2012). “Galilean telescope”.
    Britannica.





  7. ^


    Williams, Matt (2017-04-16). “Who Discovered Uranus?”.
    Universe Today
    (dalam bahasa Inggris). Diakses sungkap
    2021-01-31
    .





  8. ^


    Breitman, Daniela (23 September 2022). “Today in science: Discovery of Neptune”.
    EarthSky
    . Diakses tanggal
    31 Januari
    2022
    .





  9. ^


    McFadden, Lucy-Ann; Johnson, Torrence; Weissman, Paul (2006-12-18).
    Encyclopedia of the Solar System
    (internal bahasa Inggris). Elsevier. hlm. 541. ISBN 978-0-08-047498-4.





  10. ^


    Stern, S. Alan (2014-01-01). Spohn, Tilman; Breuer, Doris; Johnson, Torrence V., ed.
    Encyclopedia of the Solar System (Third Edition)
    (dalam bahasa Inggris). Boston: Elsevier. hlm. 910–911. doi:10.1016/b978-0-12-415845-0.00042-6. ISBN 978-0-12-415845-0.





  11. ^


    Jewitt, D.; Morbidelli, A.; Rauer, H. (2007-11-13).
    Trans-Neptunian Objects and Comets: Saas-Fee Advanced Course 35. Swiss Society for Astrophysics and Astronomy
    (n domestik bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. hlm. 80. ISBN 978-3-540-71958-8.





  12. ^


    Dick, Steven J. (2019-03-21).
    Classifying the Cosmos: How We Can Make Sense of the Celestial Landscape
    (privat bahasa Inggris). Springer. hlm. 123. ISBN 978-3-030-10380-4.





  13. ^


    M Woolfson (2000). “The origin and evolution of the solar system”.
    Astronomy & Geophysics.
    41: 1.12. doi:10.1046/j.1468-4004.2000.00012.x.





  14. ^


    “Second alignment plane of solar system discovered”.
    ScienceDaily
    (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal
    2021-01-31
    .





  15. ^


    Dones, Luke (1998). Schmitt, B.; De Bergh, C.; Festou, M., ed.
    Solar System Ices: Based on Reviews Presented at the International Symposium “Solar System Ices” held in Toulouse, France, on March 27–30, 1995. Astrophysics and Space Science Library (intern bahasa Inggris). Dordrecht: Springer Netherlands. hlm. 711. doi:10.1007/978-94-011-5252-5_29. ISBN 978-94-011-5252-5.





  16. ^


    nineplanets.org. “An Overview of the Solar System”. Diakses tanggal
    2007-02-15
    .





  17. ^


    Amir Alexander (2006). “New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt”.
    The Planetary Society. Diarsipkan bersumber versi tahir terlepas 2006-02-22. Diakses sungkap
    2006-11-08
    .




  18. ^


    a




    b




    c




    “The Final IAU Resolution on the definition of “planet” ready for voting”. IAU. 2006-08-24. Diarsipkan berusul varian tulus tanggal 2009-01-07. Diakses sungkap
    2007-03-02
    .





  19. ^


    “Dwarf Planets and their Systems”.
    Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey. 2008-11-07. Diakses tanggal
    2008-07-13
    .





  20. ^


    “Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto”. International Astronomical Union (News Release – IAU0804), Paris. 11 June 2008. Diarsipkan berpunca versi lugu copot 2008-06-13. Diakses terlepas
    2008-06-11
    .





  21. ^


    Feaga, L (2007). “Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed by Deep Impact”.
    Icarus.
    190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009.





  22. ^


    Michael Zellik (2002).
    Astronomy: The Evolving Universe
    (edisi ke-9th). Cambridge University Press. hlm. 240. ISBN 0-521-80090-0. OCLC 223304585 46685453 .





  23. ^


    Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). “The Second Guide Star Catalogue and Cool Stars”.
    Perkins Observatory
    . Diakses tanggal
    2006-12-26
    .





  24. ^


    Nir J. Shaviv (2003). “Towards a Solution to the Early Faint Ciuman Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind”.
    Journal of Geophysical Research.
    108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Diakses sungkap 20090126.





  25. ^


    Horizon. S. van Albada, Norman Baker (1973). “On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters”.
    Astrophysical Journal.
    185: 477–498. doi:10.1086/152434.





  26. ^


    Charles H. Lineweaver (2001-03-09). “An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quantifying Metallicity as a Selection Effect”.
    University of New South Wales
    . Diakses tanggal
    2006-07-23
    .





  27. ^


    “Solar Physics: The Solar Wind”.
    Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Diakses terlepas
    2006-10-03
    .





  28. ^


    Phillips, Tony (2001-02-15). “The Ciuman Does a Flip”.
    [email protected]. Diarsipkan terbit versi asli tanggal 2009-05-12. Diakses sungkap
    2007-02-04
    .





  29. ^

    A Star with two North Poles Diarsipkan 2009-07-18 di Wayback Machine., April 22, 2003, Science @ NASA

  30. ^

    Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., “Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations”, (2002)
    Journal of Geophysical Research
    (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299. (Full text Diarsipkan 2009-08-14 di Wayback Machine.)

  31. ^


    Lundin, Richard (2001-03-09). “Erosion by the Solar Wind”.
    Science
    291
    (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763  abstract  full text.


  32. ^


    Fazekas, Andrew (2017-11-08). “Sun Storm to Cause Stunning Auroras—Here’s How to Watch”.
    National Geographic News
    (internal bahasa Inggris). Diakses tanggal
    2021-01-31
    .





  33. ^


    Langner, U. W. (2005). “Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on the heliospheric modulation of cosmic rays”.
    Advances in Space Research.
    35
    (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005. Diakses tanggal
    2007-02-11
    .





  34. ^


    “Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud”. 1998. Diarsipkan berpangkal versi asli tanggal 2006-09-29. Diakses tanggal
    2007-02-03
    .





  35. ^


    “ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets”.
    ESA Science and Technology. 2003. Diakses tanggal
    2007-02-03
    .





  36. ^


    Landgraf, M. (2002). “Origins of Solar System Dust beyond Jupiter”.
    The Astronomical Journal.
    123
    (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Diakses sungkap
    2007-02-09
    .





  37. ^


    Denecke, Edward J. (2020-01-07).
    Let’s Review Regents: Earth Science–Physical Setting 2022
    (kerumahtanggaan bahasa Inggris). Simon and Schuster. hlm. 150. ISBN 978-1-5062-5398-5.





  38. ^

    Schenk P., Melosh H.J. (1994),
    Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury’s Lithosphere, Abstracts of the 25th Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI….25.1203S

  39. ^


    Bill Arnett (2006). “Mercury”.
    The Nine Planets
    . Diakses rontok
    2006-09-14
    .





  40. ^

    Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988),
    Collisional stripping of Mercury’s mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528.

  41. ^

    Cameron, A. G. W. (1985),
    The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294.

  42. ^

    Mark Alan Bullock. “The Stability of Climate on Venus” (PDF). Southwest Research Institute. Diakses puas 26 Desember 2006. Diarsipkan 2007-06-14 di Wayback Machine.

  43. ^


    Paul Rincon (1999). “Climate Change as a Regulator of Tectonics on Bintang timur”
    (PDF).
    Johnson Space Center Houston, TX, Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Diarsipkan terbit versi asli
    (PDF)
    terlepas 2007-06-14. Diakses tanggal
    2006-11-19
    .





  44. ^


    Anne E. Egger, M.A./M.S. “Earth’s Atmosphere: Composition and Structure”.
    VisionLearning.com
    . Diakses sungkap
    2006-12-26
    .





  45. ^


    David Noever (2004). “Modern Martian Marvels: Volcanoes?”.
    NASA Astrobiology Magazine
    . Diakses rontok
    2006-07-23
    .





  46. ^


    Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). “A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness”.
    The Astronomical Journal
    . Diakses copot
    2006-12-26
    .





  47. ^


    “Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?”. Cornell University. Diakses tanggal
    2009-03-01
    .





  48. ^


    Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). “The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt”
    (PDF).
    Icarus.
    153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Diarsipkan dari versi zakiah
    (PDF)
    tanggal 2007-02-21. Diakses rontok
    2007-03-22
    .





  49. ^


    “IAU Satelit Definition Committee”. International Astronomical Union. 2006. Diarsipkan dari varian tulen tanggal 2009-06-03. Diakses rontok
    2009-03-01
    .





  50. ^


    “New study reveals twice as many asteroids as previously believed”.
    ESA. 2002. Diakses tanggal
    2006-06-23
    .




  51. ^


    a




    b




    Krasinsky, G. A. (2002). “Hidden Mass in the Asteroid Belt”.
    Icarus.
    158
    (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837.





  52. ^


    Beech, M. (1995). “On the Definition of the Term Meteoroid”.
    Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society.
    36
    (3): 281–284. Diakses rontok
    2006-08-31
    .





  53. ^


    “History and Discovery of Asteroids”
    (DOC).
    NASA
    . Diakses sungkap
    2006-08-29
    .





  54. ^


    Williams, Matt (12 Agustus 2022). “The dwarf bintang siarah Ceres”.
    phys.org
    (internal bahasa Inggris). Diakses sungkap
    2021-01-31
    .





  55. ^


    Phil Berardelli (2006). “Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water”.
    SpaceDaily
    . Diakses tanggal
    2006-06-23
    .





  56. ^


    Emery, J. P.; Marzari, F.; Morbidelli, A.; French, L. M.; Grav, Tepi langit. (2015). Michel, Patrick; DeMeo, Francesca E.; Bottke, William F., ed.
    Asteroids IV. University of Arizona Press. hlm. 203. doi:10.2458/azu_uapress_9780816532131-ch011. ISBN 978-0-8165-3213-1.





  57. ^


    Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). “Formation of Giant Planets”
    (PDF).
    NASA Ames Research Center; California Institute of Technology. Diarsipkan berpokok varian polos
    (PDF)
    tanggal 2009-03-26. Diakses terlepas
    2006-01-16
    .





  58. ^


    Pappalardo, R Lengkung langit (1999). “Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies”.
    Brown University. Diarsipkan dari versi safi rontok 2007-09-30. Diakses tanggal
    2006-01-16
    .





  59. ^


    Choi, Charles Q. (13 Mei 2022). “Bintang beredar Saturn: Facts About Saturn’s Rings, Moons & Size”.
    Space.com
    (dalam bahasa Inggris). Diakses copot
    2021-01-31
    .





  60. ^


    J. S. Kargel (1994). “Cryovolcanism on the icy satellites”.
    U.S. Geological Survey
    . Diakses rontok
    2006-01-16
    .





    [
    pranala purnajabatan permanen
    ]



  61. ^


    Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). “10 Mysteries of the Solar System”.
    Astronomy Now
    . Diakses tanggal
    2006-01-16
    .





  62. ^


    Podolak, M.; Reynolds, R. Cakrawala.; Young, R. (1990). “Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune”.
    NASA, Ames Research Center
    . Diakses tanggal
    2006-01-16
    .





  63. ^


    Duxbury, Falak.S., Brown, R.H. (1995). “The Plausibility of Boiling Geysers on Triton”.
    Beacon eSpace. Diarsipkan dari versi polos sungkap 2009-04-26. Diakses tanggal
    2006-01-16
    .





  64. ^


    Kramer, E. A.; Bauer, J. M.; Fernandez, Y. R.; Stevenson, R.; Mainzer, A. K.; Grav, N.; Masiero, J.; Nugent, C.; Sonnett, S. (2017). “The Perihelion Emission of Comet C/2010 L5 (WISE)”.
    The Astrophysical Journal
    (dalam bahasa Inggris).
    838: 1. doi:10.3847/1538-4357/aa5f59/pdf.





  65. ^


    Duncan, Martin; Quinn, Thomas; Tremaine, Scott (1988). “The Origin of Short-Period Comets”.
    The Astrophysical Journal.
    328: L72.
    A comet belt (the “ Kuiper belt ”) … is plausible on cosmogonic grounds and appears to offer the most promising source for the SP comets…





  66. ^


    Sekanina, Zdenek (2001). “Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?”.
    Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93.





  67. ^


    Królikowska, M. (2001). “A study of the original orbits of
    hyperbolic
    comets”.
    Astronomy & Astrophysics.
    376
    (1): 316–324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Diakses tanggal
    2007-01-02
    .





  68. ^


    Fred L. Whipple (1992-04). “The activities of comets related to their aging and origin”. Diakses tanggal
    2006-12-26
    .





    [
    pranala nonaktif permanen
    ]



  69. ^


    John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007). “Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope”. Diakses tanggal
    2008-09-21
    .





  70. ^


    Patrick Vanouplines (1995). “Chiron biography”.
    Vrije Universitiet Brussel. Diarsipkan dari versi safi tanggal 2009-05-02. Diakses tanggal
    2006-06-23
    .





  71. ^


    “List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects”.
    IAU: Minor Planet Center
    . Diakses tanggal
    2007-04-02
    .




  72. ^


    a




    b




    Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). “The Solar System Beyond The Planets”
    (PDF).
    Institute for Astronomy, University of Hawaii. Diarsipkan
    (PDF)
    dari versi asli copot 2006-05-25. Diakses rontok
    2007-01-03
    .





  73. ^


    M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). “Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey”.
    Lowell Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology, University of Hawaii, University of California at Berkeley. Diarsipkan dari varian ceria rontok 2012-01-18. Diakses tanggal
    2006-09-07
    .





  74. ^


    E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). “Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System”
    (PDF)
    . Diakses sungkap
    2006-12-26
    .





  75. ^


    Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). “Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and other nonlinear oscillators”.
    American Journal of Physics
    69
    (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278  abstract  full text.


  76. ^


    Marc W. Buie (2008-04-05). “Orbit Fit and Astrometric record for 136472”. SwRI (Space Science Department). Diakses rontok
    2008-07-13
    .





  77. ^


    David Jewitt (2005). “The 1000 km Scale KBOs”.
    University of Hawaii. Diarsipkan berpokok versi tulen tanggal 2002-12-15. Diakses tanggal
    2006-07-16
    .





  78. ^


    Mike Brown (2005). “The discovery of
    2003 UB313
    Eris, the
    10th planet
    largest known dwarf planet”.
    CalTech
    . Diakses tanggal
    2006-09-15
    .





  79. ^


    Stern SA, Weissman PR. (2001). “Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud”.
    Space Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado
    . Diakses tanggal
    2006-11-19
    .





  80. ^


    Bill Arnett (2006). “The Kuiper Belt and the Oort Cloud”.
    nineplanets.org
    . Diakses tanggal
    2006-06-23
    .





  81. ^


    Falak. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004).
    The Solar System: Third edition. Springer. hlm. 1.





  82. ^


    Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). “A New Observational Search for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images”. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-30. Diakses terlepas
    2006-07-23
    .





  83. ^


    A.D. Dolgov (2003). “Magnetic fields in cosmology”. Diakses rontok
    2006-07-23
    .





  84. ^


    R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). “Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk”. Diakses tanggal
    2006-07-23
    .





  85. ^


    Leong, Stacy (2002). “Period of the Sun’s Orbit around the Galaxy (Cosmic Year”.
    The Physics Factbook
    . Diakses tanggal
    2007-04-02
    .





  86. ^


    C. Barbieri (2003). “Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana”.
    IdealStars.com. Diarsipkan semenjak versi putih tanggal 2005-05-14. Diakses tanggal
    2007-02-12
    .





  87. ^


    Leslie Mullen (2001). “Galactic Habitable Zones”.
    Astrobiology Magazine
    . Diakses copot
    2006-06-23
    .





  88. ^


    “Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction”.
    Physorg.com. 2005. Diakses tanggal
    2007-02-02
    .





  89. ^


    “Near-Earth Supernovas”.
    NASA. Diarsipkan berpokok versi safi terlepas 2022-03-13. Diakses tanggal
    2006-07-23
    .





  90. ^


    “Stars within 10 light years”.
    SolStation
    . Diakses copot
    2007-04-02
    .





  91. ^


    “Tau Ceti”.
    SolStation
    . Diakses tanggal
    2007-04-02
    .





  92. ^


    “HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET”.
    Hubblesite. 2006. Diakses tanggal
    2008-01-13
    .





  93. ^


    Alessandro Morbidelli (2006). “Origin and dynamical evolution of comets and their reservoirs”.
    CNRS, Observatoire de la Côte d’Azur
    . Diakses tanggal
    2007-08-03
    .




Pranala luar

  • (Indonesia)
    Sebuah applet yang menunjukkan lokasi pada detik ini tanda jasa-medali dan bintang siarah-satelit di langit malam. Diarsipkan 2009-12-12 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)
    Mengenal Penyelenggaraan Surya dan Proses Pembentukannya
  • (Inggris)
    Kartun interaktif planet-planet (145 tingkat zoom dan sejumlah efek waktu)
  • (Inggris)
    solarviews.com, tampilan multimedia Tata Surya.
  • (Inggris)
    Simulator Tata Mentari milik NASA



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya

Posted by: gamadelic.com