Macam Macam Tari Jawa Tengah
Penyadur:
|
Jawa tengah memiliki perbuatan budaya sebagaimana baju adat, senjata tradisional, bahasa wilayah, tari tradisional, dan masih banyak keragaman budaya lainnya.
Namun, saat ini yang paling menghela pikiran dari keragaman budaya kawasan tersebut adalah tari tradisionalnya.
Jawa paruh n kepunyaan bilang tari tradisional nan sepan unik dan mengganjur. Tari tradisional tersebut sampai masa ini masih teguh dilestarikan dengan cara dipentaskan plong pentas seni alias n domestik acara resmi lainnya.
Walaupun beraneka ragam kesenian daerah pada ketika ini bagai dianak tirikan dan dilupakan maka dari itu para generasi penerus bangsa, akan tetapi daya tarik dan keunikan kesenian tari tradisional masih banyak diminati oleh pematang masyarakat tertentu di Indonesia.
Berikut ini beberapa jenis tari tradisional semenjak Jawa Tengah yang wajib dia ketahui.
Baca juga: 8 Perangkat Musik Tradisional Betawi, Ada Tanjidor hingga Marawis
1. Tari gambir anom
{foto: instagram)
Tari pancasuda anom yakni tari tradisional yang berasal dari Surakarta, Jawa Paruh dan telah terserah sejak zaman Imperium Mataram Islam. Habis, ajojing ini ditampilkan ketika madya menyandang para pelawat agung di kastil.
Konon, tari gambir anom menggambarkan tokoh irawan nan merupakan anak asuh tokoh pewayangan madya terseret kepada seorang wanita. Oleh sebab itulah, setiap gerakan tarian ini menunjukkan ekspresi sebagai halnya menengah terban cak acap.
Pada awal kemunculannya, tarian ini hanya dimainkan oleh pria saja, namun seiring perkembangan jaman, dansa ini juga dapat ditampilkan oleh wanita.
Keunikan bersumber tari gambir anom ini merupakan terdapat gerakan pantomim yang biasa dilakukan dalam tarian ini sama dengan bercermin, kebingungan, dan lain-lain sebagai pengisahan keadaan seorang remaja yang medium jatuh cinta. Selain itu, kembali menampilkan aksi tarian nan gemulai.
Tari tradisional ini umumnya dimainkan oleh 7 makhluk penari. Ada bilang gerakan di dalamnya seperti jengkeng, sembahan, hoyog, entrag, menthang, panggel, nyekithing, trap jamang, ulap-ulap, ukel, tawing-taweng, seblak sampur, kebyok, kebyak, debeg, gejug, napak, dan masih banyak propaganda lainnya.
Berbagai ragam varietas peruntungan yang dipakai oleh para bedaya sangatlah istimewa, yakni seragam tokoh pewayangan dan juga kain sandang sebagai pelengkapnya.
2. Tari gambyong
(foto: instagram)
Tari gambyong yakni tari tradisional yang bersumber berusul Surakarta Jawa Paruh. Tarian ini biasanya dibawakan untuk pertunjukan alias penyambutan para tamu.
K.R.M.Kaki langit. Wreksadiningrat merupakan salah satu pelatih tari kerajaan lega masa pemerintahan Pakubuwana IX (1861-1893), membuat tarian rakyat ini menjadi sebuah tarian unik dan menyeret sehingga pantas dipertunjukkan di kalangan para bangsawan atau priyayi.
Selepas joget ini diperbarui, lalu tarian ini dipentaskan kapan menyambut tamu di lingkungan istana Mangkunegaran.
kemudian, tari gambyong dibuat ulang dengan versi lain yang telah dipatenkan dan dikenala sebagai Gambyong pareanom makanya koteng pelatih tari yang bernama Nyi Bei Mintoraras pada masa Mangkunegara VIII lega perian 1950.
Tari gambyong dibagi atas 3 adegan yakni semula, isi, dan akhir. Atau dalam istilah Jawa Surakarta dikenal dengan sebutan beradab Beksan, Beksan, dan mundur Beksan.
Gerakan nan menjadi resep kerumahtanggaan tarian ini adalah gerakan suku, lengan, badan, dan bos. Tetapi, nan menjadi ciri khusus gerakan dari tarian ini ialah gerakan tangan dan gerakan kepala.
Pakaian yang digunakan bernuansa warna asfar dan warna hijau sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan. Serta,
Teknik gerak, nada iringan tari dan pola kendhangan berkecukupan menyorongkan fiil tari yang luwes, kenes, kewes, dan tregel.
3. Tari serimpi
(foto: instagram)
Tari serimpi merupakan salah suatu tari tradisional yang berpokok dari kawasan Surakarta dan Yogyakarta. Dansa ini berawal dari masa imperium Mataram, momen Raja Agung memerintah tahun 1613-1646.
Konon, joget ini menjadi tarian sakral karena sekadar ditampilkan pron bila peringatan sultan mendaki tahta dan program kekaisaran.
Perian 1775 kerajaan Mataram berpunca menjadi Kesultanan Yogyakarta dan kesultanan Surakarta. Hal inilah yang menyebabkan tari serimpi dibagi menjadi dua kewedanan yakni Surakarta dan Yogyakarta.
Dalam tari serimpi dibagi menjadi 3 bagian yakni berbudaya gawang, ajojing sentral, dan mundur gawang. Tarian ini dilakukan oleh 4 khalayak perempuan yang menggambarkan unsur kegagahan prajurit.
Busana yang dikenakan oleh penayub pada awalnya adalah busana merapulai putri. Tetapi, seiring berjalannya periode serta urut-urutan jaman, para penari serimpi mengenakan seredan dan baju tanpa lengan.
Baca juga: 7 Nama Rumah Adat Sumatera Utara yang Masih Kuat
4. Tari bedhaya
(foto: instagram)
Tari bedhaya yakni bentuk tarian tradisional Jawa Paruh yang dikembangkan di kalangan keraton-keraton pewaris takhta Mataram.
Joget ini hanya di pergelaran ketika penobatan serta peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan Surakarta. Tak heran jika tari bedhaya dianggap sebagai tarian ceria dan sakral.
Mulanya mula joget ini diciptakan adalah ketika Raja Agung memerintah kesultanan Mataram tahun 1613 – 1645 sedang bersemedi. Kemudian, anda mendengar senandung bermula langit dan tahu-tahu terkesima.
Kemudian, beliau memanggil pengawalnya dan mengutarakan semua yang terjadi. Lalu, sira menciptakan sebuah tarian nan diberi cap tari bedhaya ketawang.
Pada tahun 1755 terjadi pembagian daerah. Hal tersebut berimbas puas tari bedhaya nan akibatnya diwariskan kepada kesunanan Surakarta.
Kronologi tarian ini tetap dipertunjukan pron bila penobatan dan upacara peringatan kenaikan tahta kanjeng sultan Surakarta.
Uniknya, dalam memainkan joget ini haruslah gadis suci dan tidak dalam keadaan menstruasi, sebab dansa ini dianggap sebagai tarian suci yang sakral.
Busana nan di gunakan penari dalam Tari Bedhaya Ketawang adalah rok yang di gunakan oleh para merapulai kuntum jawa, yaitu Dodot Ageng atau halal di ucap Basahan.
Sementara, pada putaran rambut menggunakan Lempoyan Bokor Mengkurep, yakni gelungan nan ukurannya raksasa.
Bakal mempercantik tampilan, penari memakai aksesoris perhiasan diantaranya adalah centhung, garudha mungkur, telusur jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha (rangkaian bunga yang di kenakan pada gelungan, yang memanjang sebatas dada adegan kanan).
Tari Bedhaya Ketawang di iringi oleh iringan musik gending ketawang gedhe dengan musik pelog. Perkakas yang di gunakan diantaranya adalah kemanak, gelegah, kendhang, dan kethuk.
5. Tari golek
(foto: instagram)
Tari golek yakni tari tradisional Jawa Perdua yang konon diciptakan maka dari itu Sri Baginda Hamengku Buwono IX setalah menonton pertunjukan n komedi didong menak.
Tarian ini pertama kali dimainkan di istana pada saat ulang musim raja yakni plong tahun 1943.
Busana yang dikenakan para penari terinsipirasi dari Wayang golek Menak Papan, semua tokoh berbaju lengan panjang, sedangkan pendirian berkain menerapkan mandu rampekan, kampuhan, cincingan, serta seredan disesuaikan dengan tokoh yang dibawakan.
6. Tari dolalak
(foto: instagram)
Tari tradisional Jawa Tengah yang keladak adalah tari dolalak. Tarian ini merupakan peninggalan Belanda, tak heran jika bilamana menyodorkan tarian ini, para penari mengenakan kostum begitu juga yang dikenakan prajurit Belanda.
Konon, tari dolalak diciptakan karena terinspirasi semenjak pesta serdadu Belanda. Kemudian sekeliling tahun 1940, tarian ini dikembangkan sebagai harapan keagamaan dan garis haluan untuk melawan legiun Belanda.
Tarian ini dulunya tetapi ditampilkan pada malam hari lampau detik diadakannya acara seperti syukuran, khitanan, dan acara lainnya.
Hanya, seiring berkembangnya jaman, tarian ini dimodifikasi sedemikian rupa agar terlepas mulai sejak fatamorgana Belanda.
Kostum dan kepunyaan nan digunakan oleh penari momen menampilkan tari dolakak aktual baju lengan tingkatan dan serawal pendek hitam. Dandan khas dari kostum ini adalah warna keemasan lega bagian dada dan bekas kaki.
Kini, dansa ini semakin dikenal oleh masyarakat luas, kejadian ini dibuktikan dengan ditampilkannya tarian ini dalam beberapa program resmi maupu tidak resmi begitu juga peringatan festival Kemerdekaan Republik Indonesia, Wirakarya Pramuka, hingga pertunjukan budaya antara kewedanan.
7. Tari bondan
Tari tradisional memang sarat akan makna dan filosofis, tak terkecuali tari bondan yang berpokok berpangkal Surakarta, Jawa Tengah ini.
Tari bondan memiliki maslahat filosofi merupakan sendiri ibu yang caruk kepada anaknya, dan menjaganya dengan semesta hati.
Dalam joget tersebut, sendiri penari wanita memegang anak-anakan dan payung terbuka yang menggambarkan seorang ibu yang tengah menggendong anaknya dengan hati-lever dan penuh kasih buruk perut.
Para penari tersebut kemudian menari dengan penuh ketat di atas kendi semoga tidak sampai terinjak dan patah.
Tari tradisional ini dibagi menjadi tiga tipe, yakni Bondan Cidongo, Bondan Mardisiwi dan Bondan Gunung-gunung. Ketiga spesies tari Bondan tersebut sendirisendiri mewakili perasaan, tingkah laris, serta perjuangan seorang ibu.
Tari bondan cidongo menyantirkan kemasygulan seorang ibu muda yang baru belaka babaran namun ditinggal makanya anaknya. Bondan mardisiwi menggambarkan kebahagiaan seorang ibu saat melahirkan seorang putra atau momongan laki-laki. Sementara, Bondan pegunungan mengisahkan tingkah laku perempuan desa.
Walaupun tidak diketahui karuan mungkin yang menciptakannya, namun disko ini menjadi dansa yang teristiadat untuk dipelajari dan kerap ditampilkan di bervariasi macam acara, baik acara adat maupun pentas seni.
8. Tari beksan wireng
Tari beksan wireng merupakam tari tradisional Jawa Tengah yang sudah terserah sejak abad ke-11. Bisa dikatakan bahwa tarian ini sudah n kepunyaan usia layak tua renta.
Tarian ini merupakan tarian nan lestari di Kasunanan Surakarta & di Pura Mangkunegaran dan diciptakan oleh prabu Amiluhur.
Tujuan diciptakan tarian ini adalah agar sang putranya kemudian hari dapat mengelolah keprajuritan dengan memanfaatkan persenjataan perang. Tidak sahaja itu, beliau bertujuan agar putranya mempunyai rasa majuh terhadap negeri dan tanah air.
Selain bagi putranya, tari beksan wireng juga diciptakan bikin menyemangati empat prajurit yang sedang bertugas lakukan menjaga kekaisaran.
Tarian ini kembali dikenal dengan tari wireng nan pada momen ditampilkan, para peronggeng laki-laki akan menunggangi kostum layaknya koteng prajurit istana dilengkapi dengan ganjur dan tameng di tangannya, sehingga terlihat seperti seorang prajurit nan perkasa.
Kerumahtanggaan tarian ini, tidak terdapat dialog serta usaha yang mencerminkan tentang suatu cerita tertentu. Pasalnya, tarian ini tak mengandung cerita lain selain memvisualkan ketangkasan sendiri prajurit sahaja.
9. Tari lengger
Tari lengger ialah tari nan semenjak berpangkal Banyumas, Jawa paruh. Tari ini lagi disebut dengan ronggeng, yang dimainkan makanya 2 sampai 4 makhluk pria yang menyerupai wanita dengan baju nan khas.
Disko formalitas tradisional khas Jawa Tengan kuno ini dimainkan dengan iringan musik calung, yakni klonengan yang terbuat dari bamboo.
Internal dansa ini terkandung makna filosofis yang sangat kental, sebab terdapat pesan yang ditujukan kepada setiap orang untuk berpose membela kebenaran dan menyingkirkan ken=burukan dan kejelekan.
Uniknya, lain saja menari, para penari pun sambai bergamat dengan buaian syair yang cukup menghibur.
Cir tersendiri dari tari lengger ini adalah dari dandanan bulu yang dibuat begitu juga model gelung rambut dengan paesan bunga melati dna kanthil. Di ujung atas, terdapat hiasan berwarna selaka maupun kencana yang nantinya akan masuk berendul ketika penari mengerjakan gerakan.
10. Tari prawiroguno
Tari prawiroguno merupakan tari tradisional yang diciptakan setelah masa penjajahan dan berasal terbit Boyolali, Jawa Paruh.
Karena diciptakan sehabis masa penjajahan, maka tarian ini memiliki tema persabungan dengan gerakan penari sama dengan layaknya sendiri prajurit yang membawa senjata seperti lamang ataupun samurai. Enggak lupa, tameng sekali lagi digunakan untuk menangkal terjangan bandingan.
Gerakn dala, tarian ini sama seperti mana saat sedang bersiap-siap menyerang dan menangkal seranga padanan.
Diceritakan, sebuah cerita tentang pancalogam mencekau puas saat perang antara rakyat Indonesia dengan penjajah. Namun, di dalam tarian ini, penjajah sudah dikalahkan dan dipukul mundur.
Terdapat 3 syarat terdepan yang harus dipenuhi oleh penari dalam memainkan gerakan dalam tarian parwiroguno, adalah wiraga, wirama, dan wirasa.
Wiraga memiliki arti gerakan seluruh tubuh dengan selaras. Wirama berarti seluruh komponen nan berhubungan dengan irama atau iringan. Sementara, wirasa berarti kemampuan bakal menjiwai sebuah tarian.
Untuk aksi, tarian ini memiliki 6 manuver inti, diantaranya maju beksan, beksan, Sekaran, perangan, Sekaran, dan ki bertambah beksan.
11. Tari Jathilan
Sama begitu juga tari prawiroguno, tari jathilan juga mencitrakan seorang tamtama keraton yang bahaduri. Bedanya, gerakan dalam disko ini adalah seperti sedang menunggangi kuda.
Tari jathilan dianggap laksana tari tradisional tertua di tanah Jawa yang berusul bersumber area Jawa tengaj dan Yogyakarta.
Tari ini n kepunyaan beberapa julukan yang pula sepan popular di kuping, diantaranya tari kuda lumping, aswa kepang, dan kuda kepang.
Kata jathilan berasal dari Bahasa Jawa, yakni “Jan” nan berjasa “sungguh-sungguh”, serta “thil-thilan” yang berarti “banyak gerak”.
Intern tarian ini, peronggeng berbuat gerakan seperti sedang menumpas musuh dengan pedangnya yang radikal cak sambil menunggangi kuda dengan berani perkasa.
Kuda yang ditunggangi tak aswa tulus, melainkan hanya kuda imitasi yang terbuat dari anyaman bambu atau kulit binatang. Namun, bentuknya menyerupai kuda benaran. Itulah cak kenapa dansa ini juga kerap disebut dengan kuda lumping alias kuda kepang.
Uniknya, n domestik tari jathilan, para bedaya akan mengalami majenun, tak heran seandainya kerap disebut ibarat ajojing yang munjung dengan unsur magis.
Tidak saja para penari, para pirsawan juga terkadang sekali lagi mengalami kesurupan.
Saat penari kerasukan, mereka akan melakukan gerakan yang cukup membentuk dalaman berdegup kencang. Pasalnya, mereka akan meraih apapun seperti belahan gelas, arang dan tak sebagainya.
Beberapa benda tak lazim tersebut akan dimaka. Biarpun cukup berpenjaga, anehnya mereka tidak akan mengalami jejas sedikitpun pada bibir.
12. Tari kendalen
Tari kendalen ialah tari tradisional Jawa Paruh yang berasal mulai sejak dundun Kendal, Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.
Awal awal, dansa ini diciptakan sebagai rangka penghargaan atas kepahlawanan tamtama sehingga berbuah mengalahkan VOC pada musim kepemimpinan Pangeran Sambernyawa.
Pangeran Sambernyawa yang punya nama kudrati Raden Mas Said berhasil melumpuhkan kekuasaan VOC Belanda walau harus mengorbankan banyak prajurit kerajaan.
Oleh karena itu, dansa ini diciptakan sebegai bentuk kehebatan kepada prajurit gagah dan dakar nan mutakadim berjuang mempertahankan wilayah kerajaan. Ajojing ini juga untuk menyemangati para tamtama yang sedang berjuang dalam balasan.
Intern tari Kendalen, para penandak mengenakan kostum khusus prajurit Jawa Perdua. Pakaian superior nan dipadupadankan dengan celana sepertiga serta dilengkapi oleh kain batik di pinggang, membuat para penari terlihat gagah.
Tari tradisional ini dibawakan oleh 14 penari lelaki yang dilakukan privat dua bakak, ialah babak bendrong dan babal umbaran.
Pada babak bendrong, para peronggeng mengenakan topeng buta yang memiliki makna perumpamaan pengganggu. Sementara, pada babak umbaran diisi dengan operasi penari yang menggunakan kuda. Kemudian, prajurit akan mengalahkan pengganggu yang diperankan makanya pnari bertopeng.
Tarian ini menyerahkan kesan kosen, gagah dan penuh vitalitas sama seperti prajurit nan sedang berada di arena pemberontakan.
Itulah bilang macam tari tradisional Jawa Tengah yang unik dan historis. Sebagai penerus generasi bangsa, kita harus selalu melestarikan keberbagaian budaya Indonesia, keseleo satunya dengan mempelajari tari tradisional..
Source: https://www.dailysia.com/tari-tradisional-jawa-tengah/
Posted by: gamadelic.com