Lailatul Qadar Terjadi Pada Bulan








Sepemakan lagi kita akan memasuki 10 ketiga atau terakhir bulan Ramadhan



Lailatul Qadar,

malam yang istimewa dianugerahkan Sang pencipta. Ramadhan memang wulan istimewa. Wulan munjung makna, hikmah dan “kehebatan”. Semua itu tidak terdapat lega bulan nan tidak. Sehingga ramadhan diberi julukan laksana sayyidus syuhur atau penghulunya wulan. Tidak heran, karena di dalam bulan steril itu terkandung kedalaman makna spiritual atau sosial. Sebuah makna yang menyatukan antara aspek lahiriyah dan bathiniyah, spiritual dan material, serta aspek kebendaan dan ukhrawi. Sehingga segala aktifitas di dalamnya memiliki keistimewaan singularis dibanding dengan bulan-bulan selainnya.

Apakah kemujaraban malam lailatul qadar?

Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang dinyatakan di dalam al-Quran bagaikan, “lebih baik daripada sewu rembulan”

Barang apa-apa kembali ibadah nan dilakukan pada malam ini sebagaimana mengaji al-Alquran, berzikir kepada Allah, dan lain-lain ibadah ialah lebih baik tinimbang beribadah kerjakan 1000 bulan yang tidak mengandungi lilin lebah Qadar.

Rasulullah saw sendiri memaksa dirinya beribadah dengan penuh kepatuhan dan bersungguh-sungguh dalam deka- lilin lebah terakhir, berbanding pada perian-masa yang lain.

Saidina Aishah (RA) berbicara bahawa Nabi berfirman: Carilah Lailatul Qadr puas malam bernombor gangsal pada deka- malam terakhir Bulan puasa (Bukhari).

Paduka tuan bersabda:
“Sesiapa yang beribadat plong malam Qadar (Lailatul Qadar) dengan penuh keimanan dan harapan untuk mendapat ganjarannya, maka semua dosa-dosa sebelum ini akan diampunkan.” (Bukhari dan Muslimdari Abu Hurairah).


Wajar kalau Rasulullah saw., para sahabat, dan khalayak-orang saleh terdepan senantiasa menjadikan ramadhan bak momen untuk ‘mengeruk’ sebanyak-banyaknya keuntungan pahala dengan semakin meningkatkan kualitas atau jumlah ibadah. Apalagi pada 10 malam anak bungsu, Rasulullah saw. yang kemudian diikuti makanya para sahabat makin membangkitkan lagi ibadahnya. Aisyah ra. mengatakan:


كَانَ رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَجْتَهِدُ في رَمَضَانَ مَا لاَ يَجْتَهِدُ في غَيْرِهِ ، وَفِي العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْهُ مَا لا يَجْتَهِدُ في غَيْرِهِ


Rasulullah saw. silam giat beribadah di bulan ramadhan melebihi ibadahnya di wulan yang bukan, dan pada dasa malam terakhirnya beliau kian giat lagi melebihi hari lainnya.
(HR. Muslim)

Keseraman-kehebatan yang terdapat pada 10 malam terakhir bulan ramadhan telah banyak disebutkan di dalam al-Qur’an ataupun Sunnah.

Diantaranya,


permulaan;


terjadinya
lailatul qadr
nan merupakan malam di turunkannya al-Qur’an dan dicatatnya di lauhul mahfudz seluruh perkara yang akan terjadi di roman mayapada lega masa tersebut. Rasulullah saw. mewanti-wanti agar umatnya membidas lailatul qadr pada 10 lilin batik bungsu. Sira bersuara:

 « تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ».


Carilah lailatul qadr plong rontok ganjil di dasa malam terakhir bulan ramadhan.
(HR. Bukhori)




Kedua;


insan yang beribadah shalat pada malam lailatul qadr maka dosanya nan telah dahulu akan diampuni. “Dan barangsiapa yang berdiri (shalat sunat) pada malam lailatul qadr dengan penuh keagamaan dan mengharap ridha Tuhan maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah adv amat.”
(HR. Anak laki-laki Abi Dunya dalam
Fadhail Ramadhan)




Ketiga;


segala kepentingan akan dilipatgandakan pahalanya. Apalagi jika bertepatan dengan lailatul qadr maka satu amalan kebaikan pahalanya lebih baik mulai sejak amalan kebaikan yang dilakukan selama seribu bulan atau sekeliling 83 tahun. Yang mahakuasa swt. mengomong:


“malam kemuliaan (lailatul qadr) itu bertambah baik berpokok seribu wulan.”

(QS. Al Qadr: 3)

Sayyid Thanthawi n domestik
Al-Wasith
menjelaskan, lailatul qadr lebih penting berasal sewu bulan karena kapan itu diturunkan al-Qur’an yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus dan mengeluarkan anak adam mulai sejak kegelapan menuju cerah, dan karena ibadah pada lilin batik itu bertambah banyak pahalanya dan lebih besar  keutamaannya dari ibadah berbulan-bulan tanpa lailatul qadr.




Keempat:


Allah tidak mentaqdirkan selain keselamatan sreg lilin lebah lailatul qadr itu. Dimana hal ini bukan terjadi lega lilin batik-malam lainnya yang terwalak keselamatan dan provokasi. Lega malam itu pula para malaikat memunculkan ucapan selamat kepada orang-orang beriman sampai terbitnya fajar. Penjelasan tersebut disampaikan An-Nasafi dalam
Madarikut Wahi wa Haqaiqut Ta’wil dan
Az Zamakhsyaridalam
Al Kasysyaf,
ketika keduanya memungkirkan ayat ke 5 bermula kopi al Qadr.

Dan masih banyak juga kekaguman-keajaiban lainnya yang menonjolkan keutamaan dan kelebihan rembulan ramadhan khususnya sreg 10 malam terakhir. Semua itu tentu akan semakin mengokohkan keimanan seorang mukminat dan makin mendekatkan dirinya dengan Allah swt. karena berbagai
ayat
tersebut pasti sudah kian berasal sepan kerjakan menunjukkan kemahahebatan dan keagungan-Nya. Dan bahwa Allah swt. lewat mencintai dan menyayangi hamba-Nya sehingga Anda sediakan satu rembulan nan di dalamnya terdapat satu malam nan utama yang bisa dijadikan kesempatan oleh hamba-hamba-Nya buat menambah pundi-pundi pahala untuk pelepas hidup belakang hari di akhirat.


Kok Disebut Malam “Lailatul Qadr”?

Para ulama menyebutkan bilang sebab penamaan Lailatul Qadr, di antaranya:

1. Puas malam tersebut Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan secara rinci takdir segala sesuatu selama 1 tahun (dari Lailatul Qadr tahun tersebut hingga Lailatul Qadr tahun yang tubin), sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ * [الدخان/3، 4]

“Sesungguhnya Kami telah menurukan Al-Qur`an puas lilin batik penuh barakah (yakni Lailatul Qadr). Sreg malam itu dirinci segala urusan (kadar) yang mumbung hikmah”. (Ad Dukhan: 4)

2. Karena besarnya kedudukan dan kemuliaan malam tersebut di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Kesetiaan pada malam tersebut mempunyai kursi yang besar dan pahala nan banyak lagi berputar. (Adverbia Ath-Thabari IV/200)

Kapan Terjadinya Lailatul Qadr?

Lilin lebah “Lailatul Qadr” terjadi lega bulan Ramadhan.

Pada tanggal berapakah? Dia terjadi pada pelecok suatu berusul lilin lebah-malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam gangsal berusul deka- hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (H.R Al Bukhari no. 1878)

Lailatul Qadr terjadi plong setiap musim. Engkau berpindah-mengimbit di antara malam-malam ganjil 10 hari keladak (wulan Ramadhan) tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan Nan  Maha Kuasa.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah bertutur: “Sesungguhnya Lailatul Qadr itu (boleh) berpindah-bermigrasi. Sama sekali terjadi pada malam ke-27, dan terkadang terjadi pada malam selainnya, sama dengan terdapat dalam hadits-hadits nan banyak jumlahnya akan halnya ki aib ini. Alangkah sudah diriwayatkan terbit Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Bahwa beliau pada suatu tahun diperlihatkan Lailatul Qadr, dan ternyata sira terjadi pada lilin batik ke-21″. (Fatawa Ramadhan, peristiwa.855)

Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz kedelai Baz dan Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata: “Akan halnya eksplorasi (memastikan) lilin lebah tertentu berpangkal bulan Ramadhan sebagai Lailatul Qadr, maka butuh terhadap dalil. Akan tetapi pada malam-lilin lebah gasal dari 10 perian terakhir Ramadhan itulah dimungkinkan terjadinya Lailatul Qadr, dan kian dimungkinkan juga terjadi puas lilin batik ke-27 karena telah ada hadits-hadits yang menunjukkannya”. (Fatawa Ramadhan, peristiwa.856)


Menggapai Keajaiban

Berbagai kegiatan ibadah bisa dilakukan untuk mengisi ramadhan terutama plong sepuluh malam terakhir rembulan suci itu. Dengan kegiatan itu kita akan menggapai keajaiban-ketakutan yang ada di dalamnya. Dan kita akan meraihnya secara penuh jika suka-suka kesungguhan kerjakan melaksanakannya. Rasulullah saw. dan para sahabat ra. telah mencontohkan aktifitas ibadah yang bermakna dilakukan pada ketika malam-malam tersebut diantaranya adalah:



  1. I’tikaf.

    Ialah diam di masjid dengan karsa yang khusus dan disertai ibadah. Imam Nawawi internal kitab An-Nihayah memahamkan i’tikafsebagai memenuhi sesuatu dan menempatinya. Maka orang nan beralamat di surau dengan melaksanakan ibadah di dalamnya disebut orang yang pasrah’tikaf. Rasulullah saw. biasa berbuat i’tikaf puas 10 masa terakhir ramadhan. Ibnu Umar ra. Berkata:

« كَانَ رسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يَعْتَكِفُ   العَشْرَ الأوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ »


Rasulullah saw. beri’tikaf sreg dasa perian bontot wulan ramadhan.
(HR. Mutafaq ‘alaih)



  1. Memperbanyak menderma.

    Ibnu Abas ra. berujar:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ، صَلىَّ الله عليه وسلم، أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا َيكوُنْ ُفِيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ.


Rasulullah saw. adalah orang yang sangat karim kepada siapapun, dan plong bulan ramadhan dia lebih dermawan lagi momen Rohulkudus menemui beliau.
(HR. Mutafaq ‘alaih)



  1. Memperbanyak membaca al-Qur’an.

    Karena pahala membacanya akan dilipatgandakan melebihi pahala pada wulan selain ramadhan. Selain itu bulan ramadhan yakni rembulan dimana al-Qur’an diturunkan pertama mana tahu. Oleh jadinya para ulama terdahulu lebih banyak mengkhatamkan al-Qur’an dibulan ramadhan. Padri Syafi’i biasa mengkhatamkannya sebanyak 60 kali pada rembulan ramadhan makin banyak berasal rembulan lainya yang doang satu kali dalam sehari kemarin. Malaikat Rohulkudus senantiasa mendatangi Rasulullah saw. pada wulan ramadhan cak bagi membacakan al- Qur’an kepada beliau. Anak laki-laki Abas berkata:
    Jibril menemui Rasulullah saw. sreg setiap malam dibulan ramadhan kemudian ia membacakan Qur’an kepada dia saw.

    (HR. Mutafaq ‘alaih)



  1. Melakukan ibadah umrah.

    Rasulullah saw. berucap:
    “Umrahlah kamu pada rembulan ramadhan, karena umrah pada bulan ramadhan sebanding dengan melaksanakan ibadah haji”
    (HR. An-Nasai)


  1. Memperbanyak berdo’a.

    Berbunga Aisyah ra. ia berujar kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah, bagaimana jika satu malam aku mengetahui bahwa itu lilin lebah
    lailatul qadar, apa yang harus aku baca? Beliau bersabda, bacalah;

« اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنّي »


Ya Allah, selayaknya Engkau maha pemaaf, Engkau mengesir aplikasi pembebasan maka ampunilah aku.
(HR. Tirmidzi)





Berdoalah supaya dosa dihapuskan




 Abu Hurairah
meriwayatkan bahawa Rasulullah (Nabi Muhammad) bercakap:

Sesiapa yang berdiri (mengerjakan sembahyang) pada lilin batik Lailatul Qadar, mengasakan pahala bersumber sisi Allah,  semua dosanya plong masa lalu akan diampuni. [Bukhari dan Orang islam).




  1. Memperbanyak shalat sunnah.

« مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »


Barangsiapa yang pulang ingatan (cak bagi shalat) pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka diampuni dosa-dosanya nan telah terlampau.
(HR. Mutafaq ‘alaih)





 Berbuka dengan tanggungan

Jika kita selalu menghabiskan masa berbuka pada hari-hari bekerja di dalam komandan di tempat kerja, kini beberapa musim ragil Bulan mulia ini habiskanlah masa berbuka dengan keluarga kita.



Meraih Cinta Tuhan

Segala amal
nafilah
alias ibadah sunnah yang kita kerjakan dengan penuh kedermawanan akan mendekatkan kita dengan Sang pencipta swt. dengan itu kita akan mendapatkan cinta-Nya. Cinta Halikuljabbar kepada sendiri hamba adalah anugrah yang tidak terhitung. Karena ia akan menjadi orang yang paling kecil diperhatikan Almalik. Sira pun akan senantiasa diliputi pemberian dan comar-Nya yang akan mendatangkan kepada kebahagiaan yang tiada bandingannya. Yang mahakuasa akan caruk membimbing setiap langkahnya sehingga anda enggak akan terpeleset ke lembah kenistaan. Seluruh tubuhnya akan terdidik, karena Allah akan mengendalikannya. Privat sebuah perkataan nabi qudsi yang diriwayatkan Serbuk Hurairah, Halikuljabbar swt. berujar:

« وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقرَّبُ إلَيَّ بالنَّوافِلِ حَتَّى أحِبَّهُ ، فَإذَا أَحبَبتُهُ كُنْتُ سَمعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشي بِهَا ، وَإنْ سَأَلَني أعْطَيْتُهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ »


Dan tidak henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah sunnah sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku adalah pendengarannya nan ia mendengar dengannya, dan penglihatannya yang engkau melihat dengannya, dan tangannya nan anda memegang dengannya, dan kakinya nan beliau melangkah dengannya. Jika ia meminang kepada-Ku maka Aku akan memberinya dan sekiranya meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan memberi perawatan kepadanya.
(HR. Bukhori)

Jika kita sudah tahu keseraman dasa lilin lebah terakhir dan keutamaan yang ada di dalamnya maka apalagi nan membuat kita tidak tergerak buat  bersungguh-sungguh mendapatkannya? Masihkah kebiasaan berdesak-desakan di pasar dan pusat-ki akal perbelanjaan akan terus kita cak bagi? Sedangkan ada kegiatan nan seharusnya diprioritaskan dari doang sekedar mempersiapkan hari raya dengan baju nan serba mentah dan lambung nan beraneka ragam. Sementara ladang pahala yang lampau di hadapan kita dibiarkan berlalu sonder perhatian. Mungkin kesempatan ini hanya tinggal sekarang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak senggang apakah tahun depan kita masih boleh berbenturan kembali dengan ramadhan? Mudah-mudahan Allah membagi kekuatan kepada kita untuk meraih belalah-Nya. Amin


Perigi : Eramuslim | AkuiIslam | Darussalaf


Bingkis ke kebalikan | Versi cetak

Loading

Source: https://stebisigm.ac.id/berita303-Lailatul-Qodar-10-Malam-Terakhir-Ramadhan.html

Posted by: gamadelic.com