Kamus Diksi Puisi Dan Artinya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Diksi
yaitu pilihan prolog di dalam catatan yang digunakan bagi membagi makna sesuai dengan keinginan penulis. Syarat diksi ialah tepat, benar, dan lazim. Penyaringan diksi nan tidak tepat menyebabkan perbedaan makna dan wanti-wanti penulis enggak tersampaikan.[1]
Diksi termasuk dalam pembahasan aspek alas kata dalam sajak. Aspek perkenalan awal di dalam diksi menghampari denotasi, konotasi, morfologi, semantik, dan etimologi. Penyair memperalat diksi untuk memperoleh makna puitis tertentu. Penggunaan diksi yaitu bakal mendapatkan makna setepat-tepatnya cak bagi banyak pernyataan. Diksi yang sangat tepat akan menimbulkan imajinasi yang mempunyai estetika dan puitik.[2]
Penerapan diksi yang paling kecil dasar adalah plong ekspose gagasan penyalin. Selain itu, diksi dapat diterapkan kapan mengomong di depan publik atau untuk menulis heterogen tulisan.[3]
Penggunaan presisi saringan introduksi ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang tercalit dengan kemampuan memahami, mengetahui, memintasi, dan memperalat bilang vokabuler secara aktif.
[4]

Macam-macam diksi

[sunting
|
sunting sumber]

Muradif

[sunting
|
sunting sumber]

Muradif merupakan seleksian kata yang n kepunyaan persamaan makna. Pemakaian pembukaan sinonim lazimnya dimaksudkan bikin membuat apa nan dikatakan/dituliskan menjadi makin sesuai dengan ekspresi yang ingin diungkapkan. Contohnya yakni
mampus
(ekspresi penyingkapan yang kasar) dan
wafat
(ekspresi pembeberan yang bertambah lembut).

Antonim

[sunting
|
sunting sumber]

Antonim adalah sortiran perkenalan awal yang n kepunyaan makna berlawanan alias berlainan. Kamil alas kata kosokbali adalah
besar
dan
kecil.

Polisemi

[sunting
|
sunting perigi]

Polisemi merupakan frasa pembukaan yang memiliki banyak makna. Contohnya pengenalan
kepala
yang bisa berharga bagian tubuh nan terletak di atas leher ataupun bisa juga bermakna bagian yang terwalak di sebelah atas ataupun depan.

Homograf

[sunting
|
sunting sendang]

Homograf adalah prolog-kata yang n kepunyaan karangan sama, cuma memiliki arti dan obstulen yang berbeda. Contohnya pembukaan
apel. Jika dibaca /apêl/, kamu bermanfaat biji zakar. Jika dibaca /apèl/, beliau berarti upacara, bagaikan
apel pagi.

Homofon

[sunting
|
sunting sumur]

Homofon merupakan pengenalan-perkenalan awal yang punya bunyi yang sama, belaka berbeda makna dan ejaan. Contohnya
azan
dan
bank.

Homonim

[sunting
|
sunting sumber]

Homonim ialah kata-kata nan memiliki ejaan dan obstulen yang sebabat, berbeda makna. Contohnya
bulan
yang boleh berarti wulan ‘satelit alami Bumi’ maupun bulan dalam kalender.

Hiponim

[sunting
|
sunting sumber]

Hiponim ialah kata yang maknanya telah tercakup di internal kata lainnya. Contohnya kata
salmon
yang sudah lalu termuat ke dalam makna introduksi
ikan.

Hipernim

[sunting
|
sunting sumur]

Hipernim merupakan kata yang telah mencakup makna kata enggak. Contohnya kata
sempurna
nan telah mencengap pengenalan
baik,
bagus, dan beberapa perkenalan awal lainnya.

Syarat

[sunting
|
sunting mata air]

Diksi digunakan sebagai prinsip bagi menentukan suatu perkataan bahasa. Syarat paling semula n domestik penggunaan diksi adalah adanya beberapa kata yang artinya mirip. Dari beberapa kata tersebut kemudian dipilih satu pengenalan nan paling tepat bikin kuak satu pengertian. Diksi bukanlah sekadar memilih kata mana yang tepat, sahaja juga harus menimang-nimang kecocokan kata dengan konteks. Selain itu, makna bermula kata harus bersesuaian dengan biji sosial nan dolan di dalam masyarakat pemakainya. Pemiilihan kata secara mahir hanya dapat dilakukan jika cak semau perebutan kosakata yang pas luas. Konsumen diksi pula harus n kepunyaan kemampuan dalam melepaskan secara tepat kata-kata yang mempunyai makna nan serupa. Pemakai diksi harus n kepunyaan kesadaran untuk menguasai khazanah kata. Wawasan yang diperlukan lakukan menunggangi diksi ialah pengetahuan tentang berbagai ragam kata nan dapat menjadi padanan kata, antonim, dan tesaurus.[4]

Penggunaan diksi lagi harus memaki kaidah makna. Kata harus dipilih sesuai dengan ketepatannya bagaikan lambang target pengertian dan konsep. Makna dalam pengenalan yang dipilih harus bersambung dengan bentuk bahasa dan mangsa atau sesuatu nan diacunya. Jenis makna yang utama dalam mempertimbangkan pemilihan kata adalah makna denotatif alias makna leksikal dan makna konotatif atau makna gramatikal.[5]

Kekuatan

[sunting
|
sunting mata air]

Diksi kerumahtanggaan pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi ibarat berikut:

  • membuat orang yang membaca ataupun mendengar karya sastra menjadi lebih responsif akan halnya apa yang ingin disampaikan oleh pengarang;
  • membuat komunikasi menjadi bertambah efektif;
  • menyimbolkan ekspresi yang suka-suka dalam gagasan secara lisan (tertera atau terucap); serta
  • membentuk ekspresi ataupun gagasan nan tepat sehingga bisa menyenangkan mustami alias pembacanya.

Kriteria

[sunting
|
sunting perigi]

Pemakaian bahasa yang dapat menyingkapkan gagasan, pendapat, pikiran, alias pengalaman secara tepat, harus memperhatikan standar pemilahan prolog. Tiga kriteria kerumahtanggaan diksi yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.[6]

Ketelitian

[sunting
|
sunting sumber]

Indikator ketepatan pilihan kata tersebut adalah sebagai berikut:[7]

  • mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan moralistis;
  • menghasilkan penafsiran atau pemaknaan yang tepat, tidak ambigu, dan lain menyebabkan salah paham;
  • menghasilkan respons pembaca atau pendengar sesuai harapan penulis atau pembicara; serta
  • menghasilkan alamat komunikasi yang diharapkan.

Kecermatan

[sunting
|
sunting sumber]

Kecermatan n domestik pemilihan perkenalan awal berhubungan dengan penggunaan pembukaan yang diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Pemakai bahasa harus berpunya memperalat bahasa yang singkat sehingga menghemat pendayagunaan kata. Penggunaan diksi yang gemi akan mengurangi besaran kata sehingga goresan menjadi ringkas dan tidak ada kata yang bersifat mubazir.[8]
Selain itu, konsumen bahasa harus berada mengarifi penyebab terjadinya perulangan kata. Repetisi kata merupakan pengusahaan perkenalan awal-introduksi nan kehadirannya dalam konteks pemakaian bahasa enggak diperlukan. Pemahaman terhadap kemubaziran introduksi dapat meninggalkan penggunaan introduksi yang lain terbiasa dalam konteks tertentu.[9]

Keserasian

[sunting
|
sunting sumber]

Keselarasan dalam diksi berkaitan dengan kesesuaian eksploitasi perkenalan awal-perkenalan awal yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks eksploitasi dalam diksi berkaitan dengan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan ini meliputi kesesuaian prolog dengan konteks kalimat dan pengusahaan bentuk gramatikal. Selain itu, faktor kebahasaaan juga berkaitan dengan penggunaan kata majemuk dan pemanfaatan kata yang normal.[10]
Sedangkan faktor nonkebahasaan nan berkaitan dengan diksi yaitu situasi pembicaraan, teman bicara atau rival bicara, sarana pembicaraan, kelayakan tempat berbicara, dan kelayakan penggunaan hari sejauh ura-ura berlangsung.[11]

Eksploitasi

[sunting
|
sunting sumber]

Penulisan sajak

[sunting
|
sunting sumber]

Penulisan tembang memerlukan diksi yang hemat. Pemilihan kata di dalam syair harus dipertambangkan secara menyeluruh dari segi makna, pertautan bunyi, dan hubungan antarkata privat baris dan bait. Pemanfaatan pembukaan di n domestik puisi bertabiat konotatif sehingga diksi memiliki kedudukan utama. Pemilihan kata berkarisma pada jumlah makna yang dapat dipikirkan maka itu sidang pembaca puisi. Kerumahtanggaan penulisan syair, diksi harus indah dan selevel.[12]
Diksi di dalam puisi ditentukan oleh sifat berpunca tembang tersebut. Sifat-resan ini merupakan sifat yang boleh diamati secara emotif, objektif, imitatif, dan metaforis.[13]

Penulisan skrip ketoprak tragedi

[sunting
|
sunting perigi]

Diksi merupakan salah satu penggalan berpunca ketoprak tragedi. Penggunaan diksi di n domestik drama tragedi ialah kerjakan memperjelas maksud seseorang privat introduksi-katanya. Penggunaan diksi di n domestik sandiwara harus separas seperti pengusahaan diksi pada penulisan prosa dan sajak.[14]

Pustaka

[sunting
|
sunting sumur]


  1. ^


    Wijayanti, dkk. (2015).
    Bahasa Indonesia: Penulisan dan Penyampaian Karya Ilmiah. Jakarta: Rajawali Pers. hlm. 76. ISBN 978-979-769-782-2.





  2. ^


    Mahliatussikah, Hanik (2015).
    Pembelajaran Tembang Teori dan Penerapannya internal Analisis Puisi Arab
    (PDF). Malang: Universitas Distrik Malang. hlm. 41. ISBN 978-979-495-785-1.





  3. ^


    Al-Ma’ruf, A. I., dan Nugarahani, F. (2017).
    Pengkajian Sastra: Teori dan Permohonan
    (PDF). Surakarta: CV. Djiwa Amarta Press. hlm. 52–53. ISBN 978-602-60585-8-4.




  4. ^


    a




    b




    Ahyar, Juni (2019).
    Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah
    (PDF). Lhokseumawe: CV. BieNa Edukasi. hlm. 118. ISBN 978-602-1068-05-2.





  5. ^


    Nurdjan, dkk. (2016).
    Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tahapan. Makassar: Leter Timur. hlm. 28. ISBN 978-602-73433-6-8.





  6. ^

    Andal 2022, hlm. 48.

  7. ^


    Widjono, Hs (2007).
    Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Khuluk di Perguruan Jenjang). Jakarta: PT. Grasindo. hlm. 98–99. ISBN 9797598217.





  8. ^

    Mustakim 2022, hlm. 56.

  9. ^

    Mustakim 2022, hlm. 57.

  10. ^

    Mustakim 2022, hlm. 73.

  11. ^

    Andal 2022, hlm. 81.

  12. ^


    Kosasih, E. (2008).
    Sanjungan Sastra Indonesia
    (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. hlm. 33. ISBN 978-602-8219-57-0.





  13. ^


    Suswandari, M., dan Hatmo, K. T. (2018).
    Ontologi Tembang
    (PDF). Kebumen: CV. Intishar Publishing. hlm. 14. ISBN 978-602-5692-57-4.





  14. ^


    Ahyar, Juni (2019).
    Barang apa Itu Sastra:Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Prinsip Menulis dan Mengapresiasi Sastra
    (PDF). Sleman: Deepublish. hlm. 181. ISBN 978-623-02-0145-5.




Daftar pustaka

[sunting
|
sunting sumber]

  • Mustakim (2014).
    Bentuk dan Pilihan Perkenalan awal
    (PDF). Jakarta: Sosi Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.



Pranala luar

[sunting
|
sunting sumber]

  • “Signifikansi Diksi, Fungsi Diksi, dan Aneh-aneh Diksi | Pengertian dan Definisi”. Diakses tanggal
    13 Maret
    2022
    .



  • “Pengertian dan Contoh Diksi | Kelas Bahasa Indonesia”. Diakses terlepas
    13 Maret
    2022
    .



Tatap juga

[sunting
|
sunting perigi]

  • Deskripsi



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Diksi