Jelaskan Terjadinya Gerhana Matahari Total

Gerhana matahari
terjadi ketika posisi bulan terdapat di antara bumi dan matahari sehingga tertentang menutup sebagian atau seluruh kurat matahari di langit bumi. Berdasarkan cara tertutupnya syamsu, terdapat empat jenis gerhana matahari: gerhana matahari kuantitas, gerhana matahari cincin, gerhana surya sebagian, dan gerhana surya hibrida/campuran. Walaupun bulan berukuran sekeliling 400 kali makin kerdil tinimbang surya, bulan terletak sekitar 400 kali makin akrab ke bumi sehingga kedua benda langit ini tampak damping selevel ki akbar di langit bumi. Karena orbit bulan berbentuk bujur telur, jaraknya berpunca bumi sedikit berubah-ubah sehingga kadang tampak bertambah raksasa dan mampu meliputi matahari (menyebabkan gerhana total) atau kadang kian boncel dan hanya boleh menyebabkan gerhana matahari cincin.

Gerhana matahari lain terjadi di setiap fase rembulan plonco, karena orbit bulan memiliki kemiringan 5° terhadap bidang ekliptika (meres orbit dunia merubung rawi) sehingga posisi bulan sering kali tidak suatu bidang dengan bumi dan matahari. Gerhana hanya terjadi jika bulan cukup dempang dengan bidang ekliptika kapan yang bersamaan dengan rembulan hijau. Kedua keadaan ini terjadi dengan jadwal farik: bulan yunior terjadi sekali setiap 29,53 musim (bulan iqtirani
atau
sinodis) sedangkan bulan melintasi ekliptika dua kali setiap 27,21 masa (bulan drakonis). Karena itu, gerhana matahari alias bulan sahaja terjadi lega momen kedua peristiwa ini terjadi berdekatan, yaitu pada “musim gerhana”. Secara matematis, setiap tahunnya terjadi paling dua tahun gerhana, dengan total dua hingga lima gerhana matahari, dan gerhana syamsu total terjadi maksimal dua kelihatannya. Gerhana rawi total lebih elusif karena posisi rembulan harus lebih tepat berlimpah di paruh-tengah garis antara rawi dan pengamat di bumi, dan posisi rembulan harus sepan sanding sehingga terlihat cukup ki akbar dan tidak terjadi gerhana gelang-gelang. Selain itu, hal gerhana matahari total biasanya hanya terlihat di sebuah jongkong kecil di parasan bumi; di luar jongkong tersebut pada saat nan ekuivalen cuma terlihat gerhana sebagian (di dalam penumbra).

Gerhana yakni fenomena alam, tetapi dalam sejarahnya sering dianggap sebagai tanda-tanda ataupun naluri, dan boleh menembakkan rasa kabur karena mentari tampak hilang dan langit menjadi palsu secara tiba-tiba. Karena gelanggang dan perian gerhana matahari hari sangat dapat diketahui melintasi prediksi astronomi, catatan sejarah adapun gerhana (misal Gerhana Matahari Asyur) memungkinkan sejarawan mengerti dengan pasti tanggal sebagian peristiwa masa lalu dan memisalkan tanggal atau tahun peristiwa-peristiwa terkait. Perubahan posisi kala bintang saat terjadi saat gerhana matahari Mei 1919 digunakan bagaikan riuk satu bukti teori relativitas awam Albert Einstein.

Mengamati gerhana matahari secara spontan dapat membahayakan mata, karena di luar fase gerhana besaran radiasi dari matahari akan langsung mengucur ke retina dan mengakibatkan kerusakan permanen. Untuk mengamati gerhana matahari dengan lega dada, digunakan pengayak tertentu untuk mereservasi mata, atau mengamatinya secara tidak sewaktu, misalnya dengan memproyeksikannya ke sebuah layar daluang memperalat kodak gua penyemat, keker, maupun teleskop kerdil.

Diversifikasi

Fase gerhana matahari sebagian dan ring lega 20 Mei 2012.

Ada empat jenis gerhana matahari, yaitu:

  • Gerhana matahari jumlah, yakni ketika bulan menutupi seluruh matahari sehingga korona (yang menyelubungi surya dan biasanya jauh lebih redup daripada syamsu) menjadi terlihat. Pada keadaan gerhana total, gerhana total hanya tampak di sebuah “jalur” kerdil di permukaan dunia.[1]
  • Gerhana matahari cincin, adalah ketika bulan berada tepat di tengah-tengah matahari dan bumi, tetapi ukuran gelagatnya makin kecil dibandingkan dengan matra terlihat matahari. Alhasil, pinggiran syamsu terlihat sebagai cincin yang sangat terang dan kerubung rembulan yang terlihat bagaikan bundaran terlarang.[2]
  • Gerhana mentari sintesis
    atau
    hibrida
    antara gerhana total dan gerhana cincin. Di sebagian bidang mayapada tampak gerhana total, sedangan di noktah lain terbantah gerhana gelang-gelang. Gerhana campuran begini cukup langka.[2]
  • Gerhana matahari sebagian
    terjadi ketika bulan berada tak tepat di tengah-tengah garis antara mentari dan bumi, sehingga hanya menghampari sebagian matahari. Fenomena ini rata-rata terlihat di banyak bintik di luar jalur gerhana total atau cincin. Kadang, nan tertumbuk pandangan di bumi hanyalah gerhana sebagian karena umbra (bayangan yang menyebabkan gerhana total) bukan saling memalang dengan bumi dan sahaja melewati kewedanan di atas wilayah kutub.[2]
    Gerhana sebagian galibnya tidak begitu mempengaruhi terangnya kilauan matahari. Kegelapan baru bisa dirasakan detik lebih dari 90% rawi tertutup rembulan, dan malah gerhana sebagian yang menyentuh 99% tidak lebih palsu dibanding keadaan magrib atau fajar.[3]

Matahari (147 hingga 152 miliun km dari bumi) terletak sekitar 400 kali seterusnya dari dunia dibandingkan dengan bulan (362 hingga 405 juta km pecah bumi), dan kisi matahari kembali selingkung 400 bisa jadi lebih raksasa dibanding bulan. Karena proporsi ini hampir sama, bulan dan syamsu tampak akrab sama ki akbar di langit marcapada, yaitu sebagai bundaran dengan garis tengah sudut selingkung 0,5 derajat busar.[2]
Namun, karena orbit bulan mengelingi bumi serta orbit bumi mengelilingi matahari berbentuk elips dan bukan lingkaran eksemplar, jarak ini berubah-tukar sehingga ukuran tampak matahari dan rembulan pun berubah-ubah. Jika posisinya cukup jauh dari bumi, rembulan akan terlihat rendah kian boncel sehingga tidak dapat menutupi seluruh mentari. Alhasil, terjadi gerhana matahari gelang-gelang. Sebaliknya, jika rembulan cukup dekat dengan manjapada, maka besarnya akan layak menutupi seluruh matahari sehingga terjadi gerhana matahari total. Gerhana matahari campuran atau hibrida terjadi karena kondisi ini berubah saat gerhana semenjana berlangsung.[4]
Bumi berbentuk buntak, sehingga permukaannya memeting dan jarak antara rembulan dan permukaan bumi sedikit berlainan di tutul-noktah yang mengalami gerhana. Jika perbedaan jarak ini mengubah kondisi gerhana mulai sejak total menjadi cincin alias sebaliknya, maka terjadilah gerhana campuran.[5]

Jarak antara bumi dan matahari juga berubah-ubah karena orbit bumi yang elips, sehingga besar matahari yang terlihat di langit sekali lagi berubah-ubah seperti halnya wulan. Semata-mata, karena variasi jaraknya tidak sebesar diversifikasi jarak antara wulan dan bumi, pengaruhnya terhadap kondisi gerhana juga lebih kecil.[2]
Ketika bumi gemuk di titik terjauhnya berpangkal rawi (aphelion, yang terjadi setiap bulan Juli), peluang terjadinya gerhana matahari total sedikit membelenting, sedangkan peluang gerhana gelang-gelang terbatas menggelembung di sekitar perihelion maupun titik terdekat dunia dengan mentari (terjadi setiap Januari).[6]

Gerhana sentral dan fase-fasenya

Ilustrasi fase-fase gerhana sendi.

Istilah
gerhana sentral
sering digunakaan ibarat istilah yang meliputi gerhana total, gelang-gelang, atau fusi, karena kebanyakan n domestik gerhana-gerhana tersebut garis nan menghubungkan titik pusat (“sentral”) surya dan wulan menyentuh bidang bumi. Gerhana sentral diawali dan diakhiri oleh gerhana sebagian, dan peralihan fase-fase ini disebut titik-titik “kontak”, merupakan:[7]

  • Kontak mula-mula: saat tepi depan bulan (comberan barat) terlihat tepat “sampai ke” comberan timur matahari untuk pertama kalinya. Sesudah kontak pertama, bulan mulai bergerak menutupi matahari dan memulai gerhana sebagian.
  • Pernah kedua: saat tepi belakang bulan (comberan timur) menyentuh comberan timur rawi, sehingga memulai gerhana matahari sentral (total atau gelang-gelang).
  • Kawin ketiga: saat tepi depan wulan (barat) menjauhi got barat matahari, mengakhiri gerhana surya daya dan kembalinya gerhana sebagian.
  • Kontak keempat: momen siring belakang wulan (timur) meninggalkan tepi barat rawi, sehingga rembulan setimbang sekali lain juga menutupi rawi dan gerhana berakhir.[7]

Perkiraan

Geometri

Ilmu ukur gerhana rawi total.

Daerah nan selengkapnya ditutupi bulan berpunca cahaya matahari disebut umbra (lihat arsiran gelap di gambar “Geometri gerhana matahari total” di samping). Permukaan dunia yang berada dalam umbra bisa mengamati gerhana matahari total. Di sekitar umbra terletak penumbra, yaitu kewedanan makin besar yang saja mengalami gerhana sebagian karena posisi bulan tidak membentangi seluruh kaliber matahari. Umbra berbentuk kerucut yang semakin mengecil ketika menjauh berbunga matahari, dan selepas di akhir kerucut tersebut terwalak antumbra. Di antumbra, gambaran wulan tak menutupi seluruh rawi sehingga terlihat gerhana cincin.[8]

Orbit rembulan mengelilingi marcapada memiliki kemiringan sekitar 5° terhadap permukaan orbit bumi mengelilingi mentari (ekliptika). Alhasil, lazimnya ketika terjadi bulan baru rembulan lain tepat berada di antara mayapada dan matahari, melainkan melalui matahari sedikit ke utara alias ke selatan sehingga lain terjadi gerhana matahari. Gerhana matahari hanya terjadi ketika rembulan hijau terjadi bersamaan ataupun rapat dengan ketika orbit bulan melintasi meres ekliptika.[9]

Geometri gerhana matahari juga dipengaruhi orbit bulan yang berbentuk elips. Jarak antara bumi dan rembulan dapat berubah hingga 6% berpokok lazimnya, sehingga mengakibatkan bulan tampak membesar atau mengecil bermula bumi, dan menentukan apakah terjadi gerhana total atau cincin. Matahari juga tampak membesar dan mengecil sesuai berubahnya jarak bumi dari mentari nan pun memiliki orbit bulat panjang, tetapi efeknya lebih kecil. Galibnya bulan tampak lebih kecil dibandingkan dengan matahari, dan probabilitas gerhana ring lebih tinggi dibandingkan dengan gerhana total (seputar 60% gerhana taktik adalah gerhana cincin). Gerhana total terjadi detik bulan memfokus mayapada melewati rata-rata.[10]
[11]

Bulan Rawi
Tutul terdekat (perigeo) Titik terjauh (apogeo) Titik terdekat (perihelion) Bintik terjauh (aphelion)
Kisi 1.737,10 km 696.000 km
Jarak 363.104 km 405.696 km 147.098.070 km 152.097.700 km
Sengkang
ki perspektif[12]
33′ 30″
(0,5583°)
29′ 26″
(0,4905°)
32′ 42″
(0,5450°)
31′ 36″
(0,5267°)
Dimensi tampak
(skala tetap)
-Phase of the moon NO.16.jpg -Phase of the moon NO.16.jpg The Sun by the Atmospheric Imaging Assembly of NASA's Solar Dynamics Observatory - 20220819.jpg The Sun by the Atmospheric Imaging Assembly of NASA's Solar Dynamics Observatory - 20220819.jpg

Bulan mengelilingi bumi setiap 27,3 waktu jikalau dihitung pecah kerangka lengkap teguh, perian revolusi ini disebut dengan
bulan nujumi
atau
sideris. Sekadar, selama musim ini marcapada sekali lagi bergerak mengelilingi matahari, sehingga waktu antara sebuah wulan hijau dan bulan baru lebih jauh lebih panjang dibandingkan hierarki bulan nujumi, yaitu selingkung 29.5 hari. Periode ini disebut
bulan iqtirani
alias
sinodis, dan merupakan tinggi bulan yang digunakan dalam kalender kamariah seperti takwim Hijriyah atau penanggalan Jawa.[9]

Dalam orbitnya yang miring, bulan melangkahi ekliptika dua kali: dari daksina ke utara (disebut “simpul naik”) dan kembali mulai sejak utara ke selatan (“simpul turun”).[9]
Doang, posisi simpul-simpul ini cinta berpindah akibat pengaruh gaya tarik bumi matahari terhadap bulan, dengan arah bertentangan orbit dan siklus 18,6 masa. Gerakan simpul ini berarti siklus rembulan melangkaui simpul naik dan simpul ambruk lebih ringkas dibanding periode rembulan nujumi. Masa siklus ini disebut
bulan drakonis.[13]
Selain itu, perigeo maupun tutul terdamping bulan dengan bumi sekali lagi berubah-ubah di orbitnya n domestik siklus 8,85 musim. Rentang antara suatu perigeo dengan perigeo selanjutnya sedikit makin panjang semenjak bulan sideris dan disebut
bulan anomalistis.[14]

Posisi simpul naik dan simpul turun di langit bumi nisbi terhadap syamsu tautologis internal siklus sepanjang kira-sangka 346,6 hari, dan periode ini disebut satu
tahun gerhana. Gerhana matahari hanya boleh terjadi pada jika bulan baru terjadi berdekatan dengan simpul naik dan simpul turun. Rentang tahun di seputar dua simpul ini disebut
masa gerhana
yang terjadi setiap 173,3 hari (346,6 periode/2). Kadang, dua gerhana matahari dapat terjadi dalam satu periode jika dua bulan baru berturut-turut terjadi memadai sanding setelah dan sebelum sebuah simpul. Dalam setahun, paling kecil tidak suka-suka dua gerhana surya (berdekatan dengan kedua masa gerhana). Karena tahun gerhana lebih pendek dibanding tahun serani, panca gerhana matahari bisa terjadi dalam setahun.[15]
Hal ini terjadi terakhir mana tahu puas 1935, yaitu pada 5 Januari dan 3 Februari (musim gerhana pertama), 30 Juni dan 30 Juli (musim gerhana kedua), dan 25 Desember (musim gerhana pertama dari tahun gerhana selanjutnya).[16]
Selain itu, gerhana bulan juga doang dapat terjadi pada musim gerhana ini. Maksimal tiga gerhana (dua gerhana syamsu dan satu gerhana wulan, maupun sebaliknya) boleh terjadi dalam satu musim, dan tujuh total gerhana bisa terjadi dalam satu tahun (terakhir kelihatannya pada 1982, yaitu tiga gerhana wulan dan empat gerhana matahari).[17]

Gerhana hanya boleh terjadi saat posisi surya terletak 15–18° atau makin dekat dengan simpul ketika simpul tersebut dilewati bulan (untuk gerhana kunci, batasnya adalah 10–12°). Senggat-senggat ini disebut
batas gerhana, dan punya rentang karena ukuran tampak dan kelajuan kelihatan bulan serta matahari berubah-silih selama musim. Karena senggat-batas ini, setiap musim gerhana memiliki jendela maksimal sebesar 36° kerjakan terjadinya gerhana (atau 24° bagi gerhana total). Posisi nisbi matahari bergeser sekitar 29° privat satu wulan drakonis (kian kerdil dari “jendela” 36°) dan inilah sebabnya dua gerhana dapat terjadi n domestik dua bulan berturut-turut.[18]
[19]
Dua gerhana nan berturut-turut kebanyakan ialah dua gerhana sebagian, alias kadang satu gerhana sebagian dan satu gerhana sentral.[20]
[21]

Kempang yang dilewati gerhana rawi

N domestik gerhana kancing, bayangan sentral bulan (umbra untuk gerhana total atau antumbra pada gerhana cincin) bergerak dengan cepat pecah barat ke timur di meres bumi. Bumi juga mengalir dari barat ke timur, dengan kederasan 28 km/menit di khatulistiwa, semata-mata perputaran bulan lebih cepat yaitu 61 km/menit sehingga manuver bayangan rembulan karib buruk perut mendekati sebelah barat–timur dengan kecepatan relatif sebesar selisih antara kecepatan orbit bulan dikurangi kelancaran sirkuit bumi.

Jongkong yang dilewati bayangan ini punya pepat yang tergantung plong jarak bulan dan matahari dari marcapada. Seandainya bulan nisbi dekat dengan bumi, umbranya bisa menutupi daerah yang lebih besar sehingga kolek yang dilewati gerhana taktik dapat punya tumpul pisau hingga 267 km dan durasi melebihi 7 menit. Di luar kolek gambaran resep ini, penumbra (yang menyebabkan gerhana sebagian) membentangi wilayah permukaan bumi yang jauh lebih besar. Umbra umumnya punya lebar 100 sampai 160 km, sedangkan penumbra dapat n kepunyaan penampang melebihi 6400 km.

Durasi

Faktor-faktor berikut menentukan lamanya sebuah gerhana matahari total, dimulai berasal yang perannya minimal lautan:[22]
[23]

  1. Posisi bulan nan semakin dekat dari bumi (sehingga tampak lebih besar)
  2. Posisi bumi yang semakin jauh dari rawi (sehingga mentari terpandang kecil)
  3. Pusat gerhana terjadi semakin dekat ke khatulistiwa (kelajuan rotasi bumi lebih pangkat sehingga selisihnya dengan kelancaran umbra bertambah kecil)
  4. Vektor jongkong gerhana (lega titik pusatnya) yang semakin lurus ke timur (sehingga sepikiran dengan vektor diseminasi bumi)
  5. Kancing gerhana terjadi mendekati saat terjadi zenit matahari

Berlandaskan perhitungan, gerhana surya terpanjang yang diketahui saat ini diperkirakan aka terjadi puas 16 Juli 2186, dengan lama 7 menit 29 momen di langit utara Guyana.[22]

Frekuensi dan siklus

Gambar nan menunjukkan kawasan yang dilewati gerhana matahari besaran dari masa 1001 hingga 2000, diolah dari
Atlas Gerhana Mentari Dunia
NASA. Hampir seluruh permukaan bumi susunan mengalami gerhana rawi kuantitas.[24]

Gerhana matahari besaran adalah kejadian langka. Rata-rata, sebuah gerhana rawi total terjadi setiap 18 rembulan sekali di suatu arena di bumi, tetapi untuk palagan yang seimbang diperkirakan hanya terjadi rata-rata setiap 360 hingga 410 hari.[25]
Gerhana mentari besaran cuma berlangsung paling lama beberapa menit di setiap lokasi, karena umbra mengalir ke timur melebihi 28 km/menit.[26]
Pada 1973, setumpuk pengamat di atas pesawat supersonik Concorde berhasil mengamati gerhana matahari total sepanjang 74 menit dengan pendirian kliyengan dengan kecepatan 2.05 Mach searah jalur yang dilewati umbra.[27]

Tanggal dan musim terjadinya gerhana dapat diprediksi dengan perincian siklus gerhana. Saros adalah salah satu siklus gerhana yang paling kecil dikenal dan minimal akurat. Sebuah siklus panjang sekitar 6.585,3 periode (sekitar 18 perian), dan dalam setiap siklus terjadi gerhana dengan jadwal yang hampir persis sama. Karena jumlah harinya enggak bulat, dalam siklus berikutnya posisi terjadinya gerhana akan beringsut sebesar 120° bujur ke jihat barat. Posisi lintang juga akan mengesot minus (ke kidul n domestik siklus bernomor ganjil dan ke utara intern siklus bernomor genap). Terwalak banyak siklus saros yang aktif bersamaan dengan jadwal yang berbeda-beda, dan setiap siklus punya jenjang 1226–1550 tahun dan terdiri dari 69–87 gerhana (40–60 di antaranya merupakan gerhana anak kunci). Setiap siklus diawali dengan gerhana sebagian di dekat kawasan kutub, silam gelesot perlahan-lahan diikuti serangkaian gerhana kuantitas atau cincin, dan berakhir di kutub nan bertentangan dengan gerhana sebagian.[28]

Tiap tahun serani memiliki dua hingga lima gerhana matahari, dan satu gerhana matahari terjadi setiap musim gerhana. Sejak dimulainya almanak Gregorius pada 1582, tahun dengan panca gerhana matahari terjadi puas 1693, 1758, 1805, 1823, 1870, dan 1935, dan lebih jauh akan terjadi lega 2206.[29]
Menurut rekaan, kejadian ini akan terjadi pula sreg 2206. Rata-rata, terjadi 240 gerhana matahari dalam setiap abad.[30]

Gerhana matahari total bontot

Adanya gerhana matahari total dan cincin terjadi karena kondisi unik marcapada yang memungkinkan bulan dapat seluruhnya menutupi surya (gerhana besaran) dan juga bisa terlihat lebih boncel (gerhana cincin). Ratusan miliun tahun yang adv amat, bulan terwalak jauh lebih dekat ke marcapada. Jadinya, ketika itu wulan demap dapat sepenuhnya menghampari matahari dan tidak pernah terjadi gerhana cincin. Karena orbit bulan bergerak menjauhi bumi (sekitar 3.8 cm setiap tahun), lega ratusan miliun tahun nan akan datang bulan akan fertil terlalu jauh dari mayapada sehingga tidak dapat seutuhnya menghampari matahari, dan gerhana matahari total tak akan terjadi juga. Hal ini juga dipercepat dengan semakin terangnya mentari sehingga akan tertumbuk pandangan semakin besar.[31]
Terdapat perkiraan yang berbeda-beda mengenai perian terjadinya gerhana matahari jumlah terakhir, berkisar dari 650 juta hingga 1,4 miliar tahun yang akan menclok.[31]
[32]

Gerhana mentari dalam album

Juru Falak Mengkritik Gerhana, dilukis maka dari itu Antoine Caron pada 1571

Coretan ki kenangan mengenai gerhana matahari amat bermanfaat bikin ahli sejarah, karena waktu terjadinya gerhana bisa dihitung dengan tepat sehingga bisa dihubungkan untuk menduga copot peristiwa-peristiwa lain maupun penanggalan takwim bersejarah.[33]
Contohnya, goresan Asiria menyebutkan sebuah gerhana surya di Niniwe internal sebuah hal yang agaknya terjadi pada tahun ke-9 pemerintahan Ashur-dan III. Dengan antisipasi ilmu falak diketahui bahwa gerhana ini (sekarang disebut Gerhana Asyur) terjadi tepat pada 15 Juni 763 SM, sehingga memungkinkan penanggalan lain hanya perian pemerintahan Ashur-dan III, tetapi juga interpolasi peristiwa-keadaan lain di Asiria Kuno hingga 910 SM.[34]

Catatan gerhana matahari musim 993 dan 1004, serta gerhana bulan tahun 1001 dan 1002 maka dari itu Bani Yunus sekitar tahun 1005

Selain itu, sekelompok pemeriksa Sekolah tinggi Cambridge menduga bahwa Yosua 10:13
menamakan situasi gerhana matahari cincin pada 30 Oktober 1207 SM, dan menggunakannya kerjakan memperkirakan masa pemerintahan para Firaun Mesir Kuno.[35]
4.000 tahun lalu, Yamtuan Tiongkok Zhong Kang dilaporkan memenggal dua ahli falak nan gagal memprediksi gerhana matahari.[36]
Contoh penanggalan nan lebih kontemplatif dilakukan oleh tukang arkeologi Bruce Masse, nan mengubungkan gerhana matahari pada 10 Mei 2807 SM dengan sebuah tubrukan meteor di Samudra Hindia, dengan alasan bahwa banyak saga-legenda historis nan menggerutu gerhana matahari dengan peristiwa air sebak.
[37]

Privat sejarah, gerhana juga sering dianggap seumpama firasat atau pertanda.[38]
Sejarawan Yunani Historis Herodotos menyebutkan bahwa Thales berasal Miletos memprediksi sebuah gerhana nan terjadi ketika pertempuran antara Nasion Mede dan Nasion Lydia. Kedua pertahanan langsung menghentikan resistansi dan damai akibat gerhana ini.[39]
Gerhana ini banyak dipelajari ilmuwan kuno maupun berbudaya, tetapi mereka masih belum setuju akan halnya gerhana nan setuju dengan peristiwa ini. Pelecok satu kebolehjadian adalah gerhana pada 28 Mei 585 SM yang terjadi dekat Sungai Halys (waktu ini Wai Kızılırmak) di Asia Kerdil.[40]
Herodotos juga menyebutkan terjadinya gerhana sebelum Baginda Persia Xerxes I berangkat mencacat Yunani.[41]
Menurut sejarah tradisional, serbuan Xerxes terjadi plong 480 SM, yang mungkin cocok dengan gerhana matahari cincin di Sardis, Asia Mungil pada 17 Februari 478 SM (diusulkan oleh John Russel Hind)[42]
atau sebuah gerhana matahari sebagian di Persia pada 2 Oktober 480 SM..[43]
Herodotos juga melaporkan gerhana surya di Sparta ketika Penyerangan Persia kedua ke Yunani.[44]
Saja, sungkap gerhana di Sparta yang mendekati situasi ini (1 Agustus 477 SM) tidak sekata dengan sungkap invasi Persia nan diterima sejarawan.[45]
Ada pun upaya memperkirakan rontok tepat Penyaliban Yesus (dan Jumat Agung) dengan mengibaratkan bahwa Kegelapan saat Penyaliban terjadi akibat gerhana mentari. Upaya ini umumnya menemui jalur buntu karena peristiwa tersebut terjadi pada Paskah Yahudi yang terjadi plong bulan purnama dan enggak memungkinkan gerhana matahari. Selain itu, Alkitab Lukas menyebutkan kegelapan tersebut berlangsung sekeliling tiga jam, padahal gerhana matahari total tidak mungkin melebihi delapan menit.[46]
[47]

Catatan gerhana di Tiongkok dimulai dari 720 SM.[48]
Ahli horizon abad ke-4 SM Shi Shen menyebutkan perhitungan gerhana menunggangi posisi nisbi matahari dan wulan.[49]
Di bongkahan marcapada barat, tidak banyak coretan gerhana nan ditulis sebelum 800 M, yaitu saat cendekiawan Muslim dan petapa laki-laki-biarawan Kristen start melakukan pengamatan pada Abad Pertengahan Mulanya.[48]
Juru tepi langit Mukminat Ibnu Yunus mencatat prediksi jadwal gerhana seumpama keseleo satu semenjak banyak hal yang merintih ilmu falak (astronomi) dengan syariah Selam, karena memungkinkan taksiran waktu pelaksanaan salat kusuf.[50]
Catatan pengamatan korona matahari paling kecil awal yang diketahui berasal dari Konstantinopel pada 968 M.[43]
[48]

Gerhana matahari jumlah pertama barangkali diamati melalui teleskop di Prancis puas 1706.[48]
Sembilan tahun kemudian, ahli astronomi Inggris Edmund Halley memprediksi dan mencerca gerhana matahari pada 3 Mei 1715.[43]
[48]
Bermacam ragam pengamatan terhadap korona ketika terjadi gerhana surya dan meningkatkan keterangan peguyuban ilmiah tentang surya. Korona dikenali sebagai bagian atmosfer matahari sreg 1842, dan gerhana rawi jumlah 28 Juli 1851 diabadikan dengan foto daguerreotype buat pertama kalinya.[43]
Analisis spektroskopi dilakukan pada gerhana matahari 18 Agustus 1868 dan main-main menghasilkan informasi mengenai atak ilmu pisah mentari.[43]

Mengaibkan gerhana matahari

Kacamata khusus cak bagi melihat gerhana yang mampu melindungi mata dari radiasi berbahaya

Menuduh gerhana secara tidak serampak melalui proyeksi korok jarum. Inset: Foto pecah gerhana yang seimbang.

Mengamati fotosfer (bundaran pendar matahari) secara langsung, sampai-sampai sekadar internal beberapa momen, dapat mengakibatkan kehancuran permanen di retina ain karena kuatnya radiasi (tertumbuk pandangan maupun tak tampak) yang dipancarkan fotosfer. Kejadian ini boleh menyebabkan kerusakan penglihatan, bahkan sebatas menyebabkan kebutaan. Karena retina enggak dapat merasakan nyeri, kerusakan retina dapat terjadi tanpa disadari.[51]
[52]

Internal kondisi normal, syamsu sedemikian itu semarak sehingga sangat berat kerjakan menatap fotosfer secara langsung selama beberapa detik. Namun, saat gerhana, matahari tertutup oleh bulan sehingga makin mudah dan makin menarik untuk dilihat. Melihat ke sisi matahari saat gerhana memiliki bahaya yang sama dengan kondisi sahih, kecuali bilamana matahari tertutup sepenuhnya. Hal ini tidak terjadi pada gerhana sebagian dan gerhana gelang-gelang; pada gerhana total hal ini hanya terjadi puas periode sangat singkat dan di asing waktu ringkas tersebut surya hanya tertutup sebagian. Menyibuk rawi, sekalipun dengan menggunakan peralatan seperti keker, teleskop, dan pemotret optis amat berbahaya dan bisa menyebabkan kerusakan mata permanen dalam invalid dari suatu detik.[53]
[54]

Mengamati gerhana sebagian dan gerhana gelang-gelang

Buat menghindari kerusakan mata, pengamatan gerhana surya sebagian dan gelang-gelang (termasuk gerhana sebagian yang terjadi sebelum dan sehabis gerhana total) membutuhkan alat penaung mata maupun metode pengamatan tidak berbarengan. Penaung mata dilakukan dengan filter yang dirancang khusus untuk membendung radiasi berbahaya berpokok matahari. Kacamata hitam biasa atau alat-organ rumah kebanyakan tidak cukup untuk tujuan ini.[55]
[56]
[57]

Prinsip yang lebih aman bakal mengamati gerhana ialah pengamatan tidak langsung. Peristiwa ini dapat dilakukan dengan memproyeksikan citra syamsu ke sebuah jib, misalnya sebuah kertas nirmala. Keadaan ini dapat dilakukan dengan menempatkan sepotong dus dengan lubang kecil (berdiameter 1mm) di antara rawi dan layar, alat ini disebut tustel lubang penyemat. Selain kamera lubang penyemat, dapat digunakan teleskop mungil atau teropong yang bisa memperbesar proyeksi matahari di layar.[58]

Mengamati gerhana syamsu total

Efek Manik Baily, terjadi detik gerhana matahari total dimulai atau bererak, ketika sinar rawi mampu menembus lembah-lembah di permukaan bulan.

Momen seluruh matahari tertutup maka itu rembulan kerumahtanggaan gerhana matahari total, gerhana dapat dilihat serta merta tanpa risiko kebinasaan rukyah. Saja, kejadian ini tetapi berlangsung sejumlah menit dan didahului serta diakhiri gerhana sebagian yang lain aman untuk dilihat langsung. Gerhana surya besaran diawali dengan Efek Manik Baily, secercah seri matahari terakhir yang tampak di mayapada karena menembus kanyon-lurah di permukaan wulan. Setelah itu, syamsu kelihatan semacam itu menggermang sehingga bukan dapat dilihat melampaui filter. Korona syamsu—nan umumnya bersisa redup bakal tertumbuk pandangan berpunca bumi—menjadi tertentang. Kromosfer, tonjolan matahari, dan bahkan semburan matahari mungkin kembali terbantah. Saat gerhana total berakhir, Efek Manik Baily terjadi pula di sisi wulan yang berlawanan.[59]

Fotografi

Gerhana bisa difoto dengan peralatan kodak sederhana, sungguhpun karenanya akan sulit buat seimbang dengan pemandangan gerhana sepatutnya ada. Agar bundaran surya dan bulan terlihat jelas, dibutuhkan suryakanta titik api hierarki dengan basal tinggi, dan agar bundaran tersebut terlihat ki akbar di hasil foto, dibutuhkan lensa dengan panjang fokus setakat 500 mm. Meluluk gerhana melalui jendela bidik optik di kamera dapat merusak mata seperti halnya melihat gerhana secara langsung.[60]
Menunggangi layar elektronik lain berbahaya untuk mata, tetapi bisa merusak sensor kamera tertentu.[61]

Pengejar gerhana

Terdapat komunitas yang demen membidas dan merasakan gerhana matahari serta besar perut bepergian buat mengimak ajang terjadinya fenomena tersebut, terutama gerhana matahari total. Seseorang yang demikian disebut
umbrafil
(“pencinta bayangan”, bersumber kata
umbra
yang berarti bayangan dan digunakan untuk menjuluki bayangan bulan yang menyebabkan gerhana total). Mereka dapat memaklumi jadwal dan lokasi gerhana dari situs-situs internet dan berbuat penyelidikan cak bagi menemukan bekas nan tepat berdasarkan faktor seperti cuaca maupun ketatanegaraan setempat.[62]
[63]

Fenomena terkait

Teori relativitas dan gerhana 1919

Pengamatan n domestik gerhana mentari total 29 Mei 1919 berperan membuktikan teori relativitas umum Albert Einstein. Salah satu estimasi teori relativitas awam adalah fenomena kanta gaya berat, merupakan prediksi bahwa benda dengan massa samudra dapat “mengerotkan” cahaya jika subur di antara sumber cahaya dan pengamat. Gerhana mentari adalah salah satu kesempatan buat membuktikan teori ini, karena dengan menggelapnya matahari pengamat di manjapada dapat mengamati bintang-bintang yang berada di belakang surya. Jauhari Arthur Eddington mengamati posisi dan jarak antara bintang-bintang di kala Taurus saat berlambak di belakang gerhana matahari (dengan pengenalan tak, detik matahari berada di antara pengamat di bumi dan sumur kilat di bintang-bintang tersebut) dan membandingkannya dengan saat tidak ada matahari. Menurut hasil pengamatan dan perhitungannya, Eddington menyatakan bahwa alhasil sesuai dengan prediksi lensa gaya tarik bumi. Pengumuman rakitan ini pada 8 November 1919 di London menjadi awal diterimanya relativitas umum Einstein. Hasil percobaan Eddington sendiri masih menumpu kuala akurasi, saja kemudian dikonfirmasi oleh pengamatan-pengamatan lainnya, termasuk pengamatan radio terhadap 3C 279 yang terlampau di belakang matahari setiap tahun, dan pengamatan satelit Hipparcos (1989—1993) nasib baik Fisik Antariksa Eropa terhadap medalion-bintang di belakang matahari. Dengan peralatan di bintang siarah ini, efek pembenyotan cahaya oleh gaya tarik bumi mentari dapat diamati tanpa adanya gerhana.[64]
[65]
[66]

Anomali gravitasi

Gerhana matahari, terutama gerhana mentari total, comar diikuti laporan fenomena-fenomena anomali terkait gravitasi. Pada 1954 dan 1959, fisikawan Maurice Allais melaporkan operasi-usaha bandul yang tidak wajar pada saat gerhana rawi.[67]
Fenomena ini disebut Efek Allais dan hingga kini keabsahan dan penjelasannya masih diperdebatkan. Pada 1970, Erwin Saxl dan Mildred Allen pula mengamati pergantian mendadak pada gerakan bandul torsi.[68]
Ilmuwan Tiongkok Qian-shen Wang beserta rekan-rekannya menganjurkan bahwa pengamatannya pada gerhana matahari 1997 menunjukkan peluang adanya bilyet “tameng gaya berat”, semata-mata hasil ini masih diperdebatkan.[69]
Wang dan rekannya Xin-She Yang menerbitkan analisis data baru sreg tahun 2002 dan berpendapat bahwa fenomena ini masih belum dapat dijelaskan.[70]

Bintang siarah artifisial

Dari luar angkasa, paparan bulan sepanjang gerhana terbantah sebagai noda ilegal di bidang bumi.

Satelit sintetis nan mengitari bumi pun dapat bakir di antara matahari dan bumi, doang tidak ada satelit yang besarnya cukup cak bagi menyebabkan gerhana. Peristiwa ini disebut transit, dan bintang beredar biasanya semata-mata tinggal di depan matahari dalam hitungan detik. Seperti halnya transit planet-bintang beredar, kejadian tidak menyebabkan gelap.[71]

Satelit buatan ataupun alat angkut antariksa juga dapat digunakan bagi menyerang gerhana mentari di luar bentangan langit bumi, sehingga tidak tergerak keadaan cuaca. Kru alat angkut Gemini 12 milik Amerika Serikat menyerang gerhana matahari total dari luar angkasa plong 1966.[72]
Planet Mir properti Rusia mengamati fase gerhana sebagian dalam gerhana total musim 1999.[73]
Sejumlah bintang beredar, teragendakan International Space Station, mengupas gerhana syamsu 21 Agustus 2022.[74]
Puas Juli 1975, wahana Apollo CSM-111 berposisi di antara matahari dan wahana Soyuz 19, menyebabkan “gerhana syamsu” buatan di wahana Soyuz sehingga awaknya dapat mencacat dan mengambil foto korona matahari.

Gerhana dan energi surya

Gerhana rawi 20 Maret 2022 adalah gerhana pertama yang menyebabkan sekuritas signifikan terhadap sistem energi listrik. Area kontinen Eropa dan Britania Raya menggunakan selingkung 90 gigawatt energi matahari dan produksi diperkirakan roboh sebesar 34 gigawatt dibandingkan dengan cahaya cerah, sehingga penyedia listrilk melakukan upaya aktif untuk menjauhi kekurangan elektrik.[75]
[76]

Lihat pula

  • Daftar gerhana matahari
  • Gerhana
  • Gerhana bulan

Teks


  1. ^

    Harrington, hlm. 7–8
  2. ^


    a




    b




    c




    d




    e



    Harrington, hlm. 9–11

  3. ^


    “Transit of Venus, Sun–Earth Day 2012”.
    nasa.gov
    . Diakses tanggal
    February 7,
    2022
    .





  4. ^


    “How Is the Sun Completely Blocked in an Eclipse?”.
    NASA Space Place. NASA. 2009.





  5. ^


    Espenak, Fred (September 26, 2009). “Solar Eclipses for Beginners”. Diakses copot
    January 15,
    2012
    .





  6. ^

    Steel, hlm. 351
  7. ^


    a




    b



    Harrington, hlm. 13–14; Steel, hlm. 266–279

  8. ^

    Mobberley, hlm. 30–38
  9. ^


    a




    b




    c



    Harrington, hlm. 4–5

  10. ^


    Hipschman, Ron. “Why Eclipses Happen”. Exploratorium. Diakses sungkap
    January 14,
    2012
    .





  11. ^


    Brewer, Bryan (January 14, 1998). “What Causes an Eclipse?”. Earth View. Diarsipkan mulai sejak versi bersih copot January 2, 2022. Diakses tanggal
    January 14,
    2012
    .





  12. ^

    NASA – Eclipse 99 – Frequently Asked Questions Diarsipkan 2022-05-27 di Wayback Machine. – There is a mistake in the
    How long will we continue to be able to see besaran eclipses of the Kecupan?
    answer, “…the Sun’s angular diameter varies from 32.7 minutes of arc when the Earth is at its farthest point in its orbit (aphelion), and 31.6 arc minutes when it is at its closest (perihelion).” It should appear smaller when farther, so the values should be swapped.

  13. ^

    Steel, hlm. 319–321

  14. ^

    Steel, hlm. 317–319

  15. ^

    Harrington, hlm. 5–7

  16. ^


    Pogo, Alexander (1935). “Calendar years with five solar eclipses”.
    Popular Astronomy. Vol. 43. hlm. 416. Bibcode:1935PA…..43..412P.





  17. ^

    Harrington, hlm. 7

  18. ^


    Littmann, Mark; Espenak, Fred; Willcox, Ken (2008).
    Totality: Eclipses of the Sun. Oxford University Press. hlm. 18–19. ISBN 0-19-953209-5.





  19. ^

    Five solar eclipses occurred in 1935.NASA (September 6, 2009). “Five Millennium Catalog of Solar Eclipses”.
    NASA Eclipse Web Site. Fred Espenak, Project and Website Manager. Diakses tanggal
    January 26,
    2022
    .





  20. ^


    Espenak, Fred (August 28, 2009). “Periodicity of Solar Eclipses”. Greenbelt, MD: NASA Goddard Space Flight Center. Diakses sungkap
    January 15,
    2012
    .





  21. ^


    Espenak, Fred; Meeus, Jean (January 26, 2007). “Five Millennium Catalog of Solar Eclipses: -1999 to +3000”. Greenbelt, MD: NASA Goddard Space Flight Center. Diakses tanggal
    January 15,
    2012
    .




  22. ^


    a




    b




    Meeus, J. (December 2003). “The maximum possible duration of a total solar eclipse”.
    Journal of the British Astronomical Association.
    113
    (6): 343–348. Bibcode:2003JBAA..113..343M.





  23. ^

    M. Littman, et al.

  24. ^


    Espenak, Fred (March 24, 2008). “World Atlas of Solar Eclipse Paths”. NASA Goddard Space Flight Center. Diarsipkan berpangkal versi asli copot July 14, 2012. Diakses terlepas
    January 15,
    2012
    .





  25. ^

    360 menurut Harrington, hlm. 9; 410 menurut Steel, hlm. 31

  26. ^

    Mobberley, hlm. 33–36; Steel, hlm. 258

  27. ^


    Beckman, J.; Begot, J.; Charvin, P.; Hall, D.; Lena, P.; Soufflot, A.; Liebenberg, D.; Wraight, P. (1973). “Eclipse Flight of Concorde 001”.
    Nature.
    246
    (5428): 72–74. Bibcode:1973Natur.246…72B. doi:10.1038/246072a0.





  28. ^


    Espenak, Fred (August 28, 2009). “Eclipses and the Saros”. NASA Goddard Space Flight Center. Diarsipkan berasal versi suci rontok May 24, 2012. Diakses tanggal
    January 15,
    2012
    .





  29. ^


    Pogo, Alexander (1935). “Calendar years with five solar eclipses”.
    Popular Astronomy. Vol. 43. hlm. 412. Bibcode:1935PA…..43..412P.





  30. ^


    “What are solar eclipses and how often do they occur?”.
    timeanddate.com
    . Diakses tanggal
    2014-11-23
    .




  31. ^


    a




    b




    Walker, John (July 10, 2004). “Moon near Perigee, Earth near Aphelion”. Fourmilab. Diakses sungkap
    March 7,
    2022
    .





  32. ^


    Mayo, Lou. “WHAT’S UP? The Very Last Solar Eclipse!”. NASA. Diarsipkan dari versi kudus tanggal 2022-08-22. Diakses tanggal
    22 August
    2022
    .





  33. ^



    Acta Eruditorum. Leipzig. 1762. hlm. 168.





  34. ^


    van Gent, Robert Harry. “Astronomical Chronology”. University of Utrecht. Diakses tanggal
    January 15,
    2012
    .





  35. ^


    Humphreys, Colin; Waddington, Graeme (2017). “Solar eclipse of 1207 BC helps to date pharaohs”.
    Astronomy and Geophysics.
    58
    (5): 5.39–5.42. Bibcode:2017A&G….58e5.39H. doi:10.1093/astrogeo/atx178.





  36. ^

    Harrington, hlm. 2

  37. ^


    Blakeslee, Sandra (November 14, 2006). “Ancient Crash, Epic Wave”. New York Times. Diakses tanggal
    November 14,
    2006
    .





  38. ^

    Steel, hlm. 1

  39. ^

    Steel, hlm. 84–85

  40. ^


    Le Conte, David (December 6, 1998). “Eclipse Quotations”. MrEclipse.com. Diakses tanggal
    January 8,
    2022
    .





  41. ^


    Herodotus.
    Book VII. hlm. 37.





  42. ^


    Chambers, G. F. (1889).
    A Handbook of Descriptive and Practical Astronomy. Oxford: Clarendon Press. hlm. 323.




  43. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    Espenak, Fred. “Solar Eclipses of Historical Interest”. NASA Goddard Space Flight Center. Diarsipkan dari versi suci rontok March 9, 2008. Diakses tanggal
    December 28,
    2022
    .





  44. ^


    Herodotus.
    Book IX. hlm. 10.





  45. ^


    Schaefer, Bradley E. (May 1994). “Solar Eclipses That Changed the World”.
    Sky & Telescope. Vol. 87 no. 5. hlm. 36–39. Bibcode:1994S&N….87…36S.





  46. ^


    Humphreys, C. J.; Waddington, W. G. (1983). “Dating the Crucifixion”.
    Nature.
    306
    (5945): 743–746. Bibcode:1983Natur.306..743H. doi:10.1038/306743a0.





  47. ^


    Kidger, Mark (1999).
    The Star of Bethlehem: An Astronomer’s View. Princeton, NJ: Princeton University Press. hlm. 68–72. ISBN 978-0-691-05823-8.




  48. ^


    a




    b




    c




    d




    e




    Stephenson, F. Richard (1982). “Historical Eclipses”.
    Scientific American. Vol. 247 no. 4. hlm. 154–163. Bibcode:1982SciAm.247d.154S.





  49. ^


    Needham, Joseph (1986).
    Science and Civilization in China: Piutang 3. Taipei: Caves Books. hlm. 411–413. OCLC 48999277.





  50. ^


    Regis Morelon (1996). “General survey of Arabic astronomy”. Dalam Roshdi Rashed.
    Encyclopedia of the History of Arabic Science.
    I. Routledge. hlm. 15.





  51. ^


    Espenak, Fred (July 11, 2005). “Eye Safety During Solar Eclipses”. NASA Goddard Space Flight Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2012. Diakses tanggal
    January 15,
    2012
    .





  52. ^


    Dobson, Roger (August 21, 1999). “UK hospitals assess eye damage after solar eclipse”.
    British Medical Journal.
    319: 469. doi:10.1136/bmj.319.7208.469. PMC1116382alt=Dapat diakses gratis
    .





  53. ^


    MacRobert, Alan M. “How to Watch a Partial Solar Eclipse Safely”. Sky & Telescope. Diarsipkan dari versi kudrati rontok 2007-08-25. Diakses tanggal
    August 4,
    2007
    .





  54. ^


    Chou, B. Ralph (July 11, 2005). “Eye safety during solar eclipses”. NASA Goddard Space Flight Center. Diakses terlepas
    January 15,
    2012
    .





  55. ^


    Littmann, Mark; Willcox, Ken; Espenak, Fred (1999). “Observing Solar Eclipses Safely”. MrEclipse.com. Diakses tanggal
    January 15,
    2012
    .





  56. ^


    Chou, B. Ralph (January 20, 2008). “Eclipse Filters”. MrEclipse.com. Diakses tanggal
    January 4,
    2012
    .





  57. ^


    “Solar Viewing Safety”. Perkins Observatory. Diakses sungkap
    January 15,
    2012
    .





  58. ^

    Harrington, hlm. 26

  59. ^


    Littmann, Mark; Willcox, Ken; Espenak, Fred (1999). “The Experience of Totality”. MrEclipse.com. Diarsipkan dari versi nirmala terlepas February 4, 2012. Diakses tanggal
    January 15,
    2012
    .





  60. ^


    Kramer, Bill. “Photographing a Besaran Solar Eclipse”. Eclipse-chasers.com. Diarsipkan berbunga versi asli tanggal January 29, 2009. Diakses tanggal
    March 7,
    2022
    .





  61. ^


    Vorenkamp, Todd (April 2022). “How to Photograph a Solar Eclipse”. B&H Photo Video. Diakses terlepas
    August 19,
    2022
    .





  62. ^


    Kate Russo (1 August 2012).
    Total Addiction: The Life of an Eclipse Chaser. Springer Science & Business Media. ISBN 978-3-642-30481-1.





  63. ^


    Wright, Andy (2017-08-16). “Chasing Totality: A Look Into the World of Umbraphiles”.
    Kar Obscura
    . Diakses copot
    2017-08-24
    .





  64. ^


    Dyson, F.W.; Eddington, A.S.; Davidson, C.R. (1920). “A Determination of the Deflection of Light by the Sun’s Gravitational Field, from Observations Made at the Solar eclipse of May 29, 1919”
    (PDF).
    Phil. Trans. Roy. Soc. A.
    220
    (571–81): 291–333. Bibcode:1920RSPTA.220..291D. doi:10.1098/rsta.1920.0009.





  65. ^


    “Relativity and the 1919 eclipse”. ESA. September 13, 2004. Diakses tanggal
    January 11,
    2022
    .





  66. ^

    Steel, hlm. 114–120

  67. ^


    Allais, Maurice (1959). “Should the Laws of Gravitation be Reconsidered?”.
    Aero/Space Engineering.
    9: 46–55.





  68. ^


    Saxl, Erwin J.; Allen, Mildred (1971). “1970 solar eclipse as ‘seen’ by a torsion pendulum”.
    Physical Review D.
    3
    (4): 823–825. Bibcode:1971PhRvD…3..823S. doi:10.1103/PhysRevD.3.823.





  69. ^


    Wang, Qian-shen; Nan, Xin-she; Wu, Chuan-zhen; Guo, Hong-gang; Liu, Hong-chen; Hua, Chang-chai (2000). “Precise measurement of gravity variations during a total solar eclipse”.
    Physical Review D.
    62
    (4): 041101(R). arXiv:1003.4947alt=Dapat diakses gratis
    . Bibcode:2000PhRvD..62d1101W. doi:10.1103/PhysRevD.62.041101.





  70. ^


    Nan, X. S.; Wang, Q. S. (2002). “Gravity anomaly during the Mohe total solar eclipse and new constraint on gravitational shielding parameter”.
    Astrophysics and Space Science.
    282
    (1): 245–253. Bibcode:2002Ap&SS.282..245Y. doi:10.1023/A:1021119023985.





  71. ^


    “ISS-Venustransit” (dalam bahasa German). astronomie.info.




  72. ^


    “JSC Digital Image Collection”. NASA Johnson Space Center. January 11, 2006. Diarsipkan berasal varian kudus tanggal February 4, 2012. Diakses tanggal
    January 15,
    2012
    .





  73. ^


    Nemiroff, R.; Bonnell, J., ed. (August 30, 1999). “Looking Back on an Eclipsed Earth”.
    Astronomy Picture of the Day. NASA. Diakses tanggal
    January 15,
    2012
    .





  74. ^


    Elizabeth Howell (2017-08-15). “These Satellites Will Watch the 2022 Total Solar Eclipse from Space”. Space.com.




  75. ^

    “Solar Eclipse 2022 – Impact Analysis” hlm. 3, 6–7, 13.
    European Network of Transmission System Operators for Electricity, 19 February 2022. Accessed: 4 March 2022.

  76. ^


    “Curve of potential power loss”.



Pranala luar

  • (Inggris)
    Jadwal dan lokasi gerhana nan akan terjadi menurut anggaran astronomi



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Gerhana_matahari

Posted by: gamadelic.com