Fire And Ice Robert Frost
Kompasiana adalah mimbar blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mengaplus rukyah redaksi Kompas.
Fire and Ice
B
y
R
obert
F
rost
Some say the world will end in fire,
Some say in ice.
From what I’ve tasted of desire
I hold with those who favor fire.
But if it batas to perish twice,
I think I know enough of hate
To say that for destruction ice
Is also great
And would suffice.
http://www.poetryfoundation.org/poem/173527
Puisi Fire and Ice karya Robert Frost ialah puisi transcendental. Puisi ini mengungkapkan tentang akhir dunia, yaumudin. Intern puisi ini hari pembalasan bisa diakibatkan makanya api alias es yang beku. Api dan es privat syair ini yakni metafora untuk menggambarkan keinginan dan kebencian yang bisa menyebabkan kiamat.
Sebuah sajak dikatakan baik seandainya setiap unsur pembangun dari puisi itu berfungsi dan silih terkait satu selaras lain. Untuk meluluk keterkaitan antar unsur pembangun puisi tersebut wajib alat pemersatu. Tembang ditulis atas sebuah itikad penyadur yang memiliki intensi detik batik tembang, ini bisa dijadikan pemersatu unsur-elemen n domestik puisi tersebut.
Tembang ini berujud untuk mengingatkan pembaca adapun bahayanya keinginan dan dan kekhisitan. Seandainya anak adam tidak bisa mengontrol kedua peristiwa tersebut , maka kiamat bisa namun terjadi karenanya. Bikin pencapaian tujuan tersebut, notulis menggunakan metafora untuk mempermudah pemahaman pembaca.Metafora api kerjakan menggambarkan keinginan sebagai penyebab hari akhir dapat dijelaskan laksana berikut. Kebiasaan api membangkitkan. Dia akan membakar segala apa hanya nan dilaluinya, kemudian nan tersisa hanyalah debu. Sifat ini mirip seperti adat kedahagaan. Keinginan itu akan membakar apa saja, kehausan itu perlu penyaluran. Kalau seseorang terlalu bertarget untuk memenuhi semua keinginnanya maka dia akan menendang segala sahaja seperti api menerjang segala apa saja yang dilewatinya. Keinginan itu bukan berujung, setiap sebuah kedahagaan teraih akan muncul kenginan-keinginan yang lain dan terus akan sebagaimana itu. Ibarat minum air laut, semakin minum semakin haus. Tidak heran, Iwan Fals berlirik “keinginan adalah sumber kesengsaraan”. Kalau semua orang berambisi memenuhi keinginannya maka nan unjuk ialah konflik dan konflik. Bukan lagi seandainya keinginan itu diorganisir dalam kelompok atau Negara maka muncullah perang nan bisa mengakibatkan kiamat.
Es sebagai metafora dari kebencian juga cukup berbukti. Sifat es itu cahang membekukan dan keras. Walaupun gigih, es akan hancur kacau-balau jika sudah retak, seperti pecahnya hiasan Intan imitasi, tidak bisa lagi disatukan. Demikian juga sifat kejijikan. Dendam jikalau mutakadim muncul akan membekukan apapun sungguhpun itu kemujaraban. Saat kebencian menyalak maka ujungnya selaras dengan keinginan, koflik, perang.
Notulis memangkalkan es maupun keirian andai penyebab yaumudin kedua setelah fire atau kehausan karena kedengkian boleh disebabkan kemauan yang tak tercapai atau kehausan yang terhalang oleh keinginan orang lain.
Selain menunggangi metafora, juru tulis menciptakan karakter, speaker, cak bagi menyampaikan pesannya. Speaker dalam puisi adalah bani adam pertama, kita boleh mengenalinya dengan penggunaan pengenalan ganti khalayak pertama “I”. I disini yaitu orang yang sudah kenyang makan asam garamnya kehidupan. Banyaknya asam garam kehidupan speaker bisa dilihat dari deret berikut; “
From what I’ve tasted of desire
, dan,
I think I know enough of hate
”. Baris tersebut kembali menerimakan informasi lebih lanjur tentang speaker. Dari
From what I’ve tasted of desire
, bisa diketahui bahwa perekam merupakan koteng cucu adam lumrah yang punya keinginan seperti yang enggak. Nan membedakannya dengan individu kebanyakan adalah dia sadar akan bahayanya keinginan. Ini manjur dengan pemanfaatan perkenalan awal
taste
pada baris tersebut.
Taste
kalau dalam makanan artinya mencicipi, mencicipi umumnya hanya sedikit, tidak banyak. Pilihan perkenalan awal
taste
itu yang melukiskan kesadaran penulis akan bahaya keinginan, desire.
Sajak yang terdiri Sembilan baris ini tidak memiliki rima atau sajak yang beraturan. Sajak seperti mana ini biasa disebut puisi Free Verse. Setiap baris tembang ini terdiri dari delapan dan catur silabel atau kaki kata.
To be continued …………
Video Pilihan
Source: https://www.kompasiana.com/titissetyabudi/54f9419fa333113c078b49ea/kiamat-dalam-puisi-fire-and-ice-karya-robert-frost
Posted by: gamadelic.com