Di Bawah Lindungan Ka Bah
![]() Sampul cetakan terakhir |
|
Pengarang | Hamka |
---|---|
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia |
Genre | Novel |
Penerbit | Balai Pustaka (I–VI) Bulan Bintang (VII–sekarang) |
Tanggal terbit |
1938 |
Jenis media | Cetak (kulit keras & kepala dingin) |
Halaman | 52 |
OCLC | 63981241 |
Di Bawah Rimbunan Ka’bah
adalah novel sekaligus karya sastra klasik Indonesia yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Murah hati Amrullah atau makin dikenal dengan Hamka. Novel ini diterbitkan lega tahun 1938 maka dari itu Balai Wacana, penerbit nasional Hindia Belanda.
Novel ini menceritakan narasi antara Hamid dan Zainab nan sama-seimbang terhibur, tetapi terpisah mulai dikarenakan perbedaan satah pinggul sosial, hingga Zainab yang dihadapkan oleh petisi ibunya agar menikah dengan adam nan telah dipilihkan. Pada akhir kisahan, Hamid memutuskan menyingkir ke Mekkah, kemudian fokus beribadah hingga akhirnya meninggal di hadapan Ka’bah selepas mengarifi Zainab meninggal.
Novel ini disambut baik terbit heterogen galangan, bahkan hingga detik ini telah diadaptasikan menjadi bioskop sebanyak dua barangkali, masing-masing dengan titel nan sama, yaitu pada perian 1981 dan 2022.
Parasan pinggul
Haji Abdul Malik Karim Amrullah nan lebih dikenal dengan singkatan Hamka, ialah mukmin dasar Minangkabau nan dibesarkan n domestik landasan keluarga yang teguh beragama. Ia memandang tradisi yang ada n domestik umum di sekitarnya perumpamaan penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, Abdul Karim Amrullah.[1]
[2]
Setelah mengamalkan perjalanan ke Jawa dan Mekkah sejak berusia 16 periode cak bagi menimba guna-guna. Ia start bekerja laksana hawa agama di Deli, Sumatra Utara, sangat di Makassar, Sulawesi Selatan.[3]
N domestik pertualangan itu, terutama momen di Timur Perdua, Hamka banyak membaca karya dari pandai dan penulis Islam, termasuk karya perekam sumber akar Mesir Mustafa Lutfi al-Manfaluti sampai karya kritikus sastra Eropa yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.[4]
[5]
Pada musim 1935, Hamka menjauhi Makassar cak bagi pun ke Medan. Di Arena, Hamka mulai menggambar
Di Bawah Lindungan Ka’bah
ketika menjadi editor cak bagi majalah Islam mingguan
Pedoman Masyarakat, yang dalam majalah tersebut bagi pertama kalinya keunggulan pena Hamka diperkenalkan.[2]
[6]
Alur
Hamid adalah muslim kelahiran Minangkabau, Sumatra yang doang dibesarkan maka itu ibunya sejak berusia catur tahun, karena puas saat itu ayahnya sudah lalu meninggal. Ketika berusia enam musim Hamid disekolahkan oleh Haji Ja’far bersama anak perempuannya nan bernama Zainab di sekolah yang setara. Sesudah menamatkan pendidikan sendirisendiri di sekolah Hindia Belanda, Hamid dan Zainab menginjak drop cinta tetapi setara-setimbang tidak mengutarakannya sebatas kemudian terpisah karena Hamid mengakhirkan bermigrasi dari Padang ke Padang Panjang lakukan menyinambungkan pendidikan ke sekolah agama. Namun, sejak ayah Zainab meninggal, yang disusul dengan meninggalnya ibu Hamid, mereka telah jarang berlanggar. Intern suatu pertemuan, Hamid dihadapkan oleh permintaan ibu Zainab, Asiah lakukan menasihati anaknya menikah dengan sepupunya. Permintaan ibu Zainab itu dijalankan oleh Hamid mengingat ibunya semasa spirit lagi tidak mengizinkannya mengawini Zainab karena perbedaan kelas sosial. Hamid kemudian mengalami patah hati akibat keputusan nan diambilnya, lalu memutuskan pergi ke Mekkah.
Pasca- setahun berada di Mekkah, Hamid yang mulai menderita penyakit bersesuai Imani. Ampean Saleh, Rosna, adalah saingan dekat Zainab sehingga Hamid bisa mendengar deklarasi tentang Zainab, termasuk kenyataan bahwa Zainab mencintai dirinya dan Zainab tidak jadi menikah dengan laki-laki pilihan ibunya. Sesudah mengetahui hal tersebut, Hamid berniat untuk pula ke Padang usai menunaikan ibadah haji. Pada saat bersamaan Alim melangkaui istrinya mengirimkan salinan cak bagi diberikan kepada Zainab yang isinya memvisualkan pertemuannya dengan Hamid. Namun Alim berbahagia pertarungan berpangkal istrinya bahwa Zainab sudah lalu meninggal bumi; Alim tidak memberikan informasi tersebut kepada Hamid sebelum akhirnya Hamid mendesaknya. Manifesto itu disusul dengan meninggalnya Hamid di hadapan Ka’bah.
Gaya penulisan dan tema
Di Bawah Lindungan Ka’bah
ditulis intern buram singkat dengan gaya bahasa nan sederhana. Ahli sastra Indonesia, Bakri Siregar, beranggapan bahwa ini mungkin terjadi karena Hamka mengimak gaya penulisan nan diwajibkan Balairung Teks.[3]
Sementara pandai dokumentasi sastra Indonesia, H.B. Jassin, mencatat bahwa Hamka punya gaya bahasa nan “sederhana, tapi berjiwa”.[5]
Kritikus sastra lainnya, Maman S. Mahayana, Oyon Sofyan, dan Achmad Dian menyebutnya mirip dengan gaya bahasa dari penulis asal Mesir, Mustafa Lutfi al-Manfaluti.[7]
Di Pangkal Lindungan Ka’bah
memiliki tren penceritaan yang bertabiat didaktis, nan bertujuan buat mendidik pembaca berdasarkan sudut pandang penulis. Menurut Jassin, Hamka lebih mengedepankan ajaran tentang pangkal-dasar Selam dibanding menyinggung tema modernitas, sama dengan kebanyakan penulis saat itu, dan mengkritik bilang tradisi yang berkiblat Selam.[4]
Rilis dan penerimaan
Di Bawah Lindungan Ka’bah
diterbitkan oleh Auditorium Pustaka puas tahun 1938. Aula Pustaka umumnya memurukkan karya bertema agama karena berbuat resistensi terhadap praktik penganiayaan kolonial Belanda di Indonesia. Biarpun begitu, novel ini boleh ki amblas sensor dari Balai Pustaka karena cuma dianggap melukiskan akan halnya Selam amung.[5]
Hamka kemudian menerbitkan empat novel lain selama rani di Medan,[2]
tercatat
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
nan dianggap sebagai karya terbaiknya.[6]
Setelah tempaan ketujuh, novel ini diterbitkan oleh Bulan Tanda jasa.[7]
Sampul kiat versi 1975 terbitan Penerbit – Distributor Rembulan Bintang.
H.B. Jassin mengingat-ingat bahwa
Di Asal Rimbunan Ka’bah
ditulis dengan menggelandang dan mulia.[8]
Bakri Siregar menganggap novel ini menjadi cerita nan dikarang dengan baik dan gaya penulisannya yang kuat.[3]
Sastrawan Indonesia asal Belanda, A. Teeuw, menyebut bahwa karya Hamka terlalu menegaskan skor moral dan plotnya bersifat sentimental, beliau merasa bahwa novel ini akan mempermudah pembaca Barat mencerna akan halnya kebudayaan Indonesia pada hari 1930-an.[9]
Adaptasi
Di Bawah Rimbunan Ka’bah
telah dua kali diadaptasi menjadi film layar lebar. Pertama, film yang dirilis pada 1977 dan disutradarai oleh Asrul Sani berjudul
Para Perintis Kemerdekaan
dan dibintangi maka dari itu penyanyi dangdut Camelia Malik laksana Zainab. Adaptasi ini menampilkan resistansi comar dua tokoh dengan latar belakang perjuangan menghadapi kekuatan kolonial Belanda.[10]
Gambar hidup ini meraih kesuksesan, menjuarai dua Piala Citra dari enam nominasi puas Festival Film Indonesia 1977.[11]
Adaptasi kedua, dirilis pada 2022 dengan kop
Di Dasar Rimbunan Ka’bah, disutradarai maka dari itu Hanny R. Saputra dan dibintangi oleh Herjunot Ali sebagai Hamid dan Laudya Cynthia Bella misal Zainab. Adaptasi ini berfokus sreg narasi percintaan. Walaupun dikritik karena penempatan produk dan perampasan kebebasan artistik yang drastis,[10]
film ini diajukan sebagai perwakilan Indonesia lega Academy Awards ke-84 bakal Bioskop Berpendidikan Asing Terbaik,[12]
tetapi bukan berhasil masuk nominasi akhir.[13]
Rujukan
- Gubahan kaki
-
^
Siregar 1964, hlm. 60. -
^
a
b
c
Teeuw 1980, hlm. 104. -
^
a
b
c
Siregar 1964, hlm. 61. -
^
a
b
Jassin 1985, hlm. 46. -
^
a
b
c
Jassin 1985, hlm. 47. -
^
a
b
Teeuw 1980, hlm. 105. -
^
a
b
Mahayana, Sofyan & Loleng 1995, hlm. 56. -
^
Jassin 1985, hlm. 48. -
^
Teeuw 1980, hlm. 107. -
^
a
b
Mubarak 2022, From Masterpiece to Teen. -
^
Filmindonesia.or.id, Penghargaan Para Perintis. -
^
Academy Awards 2022, 63 Countries Vie. -
^
Academy Awards 2012, 9 Foreign Language.
- Daftar pustaka
-
“9 Foreign Language Films Vie for Oscar®”.
oscars.org. Academy Awards. 2012-01-28. Diarsipkan dari versi bersih tanggal 2012-05-21. Diakses tanggal
2012-06-10
.
-
“63 Countries Vie for 2022 Foreign Language Film Oscar”.
oscars.org. Academy Awards. 2022-10-13. Diarsipkan bersumber varian asli tanggal 2012-05-21. Diakses tanggal
2012-06-10
.
-
Jassin, H.B. (1985). “Hamka, Pengarang Di Bawah Lindungan Kaabah”.
Kesusastraan Indonesia Modern privat Kritik dan Esei I. Jakarta: Gramedia. hlm. 46–53. OCLC 36434233.
-
Mahayana, Maman S.; Sofyan, Oyon; Dian, Achmad (1995).
Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-553-123-4.
-
Mubarak, Makbul (28 Augustus 2022). “From Masterpiece to Teen Flick”.
The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi zakiah tanggal 2012-05-21. Diakses rontok
2012-06-10
.
-
“Penghargaan Para Perintis Kebebasan”.
filmindonesia.or.id
(dalam bahasa Indonesian). Jakarta: National Library of Indonesia and Sinamatek. Diarsipkan dari versi lugu terlepas 2012-05-21. Diakses tanggal
2012-06-10
.
-
Siregar, Bakri (1964).
Sedjarah Sastera Indonesia.
1. Jakarta: Akademi Sastera dan Bahasa “Multatuli”. OCLC 63841626.
-
Teeuw, A. (1980).
Sastra Baru Indonesia
(dalam bahasa Indonesian).
1. Ende: Nusa Mulia. OCLC 222168801.
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Di_Bawah_Lindungan_Ka%27bah_(novel)
Posted by: gamadelic.com