Cerita Singkat Tentang Ra Kartini

Raden Adjeng

Kartini
COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Raden Ajeng Kartini TMnr 10018776.jpg

Repro negatif potret Raden Ajeng Kartini (foto 1890-an)

Lahir (1879-04-21)21 April 1879
Jepara, Hindia Belanda
Meninggal 17 September 1904(1904-09-17)
(sukma 25)
Rembang, Hindia Belanda
Nama lain Raden Ayu Kartini
Dikenal atas Emansipasi wanita
Suami/istri K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat
Anak asuh Soesalit Djojoadhiningrat
Tekenan
Signature of Kartini 2.svg

Raden Adjeng Kartini
(21 April 1879 – 17 September 1904) atau sepatutnya ada lebih tepat disebut
Raden Ayu Kartini
[a]
yakni seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia.[1]
Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Nusantara. Ia ialah seorang organisator perempuan Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-hak dara dan pendidikan putri. Ia punya sungkap lahir yang sama sama dengan dr. Radjiman Wedyodiningrat, yakni separas-selaras lahir pada 21 April 1879.

Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Jawa di Hindia Belanda (waktu ini Indonesia). Selepas bersekolah di sekolah dasar beradat Belanda, ia ingin meneruskan pendidikan kian lanjur, tetapi perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi. Ia berlaga dengan berbagai pejabat dan orang berwibawa, teragendakan J.H. Abendanon, nan bertugas melaksanakan Strategi Benar Belanda.

Setelah kematiannya, saudara perempuannya melanjutkan pembelaannya untuk menggembleng momongan perempuan dan putri.[2]
Dokumen-piagam Kartini diterbitkan di sebuah majalah Belanda dan karenanya, pada tahun 1911, menjadi karya:
Adv amat Palsu Terbitlah Terang,
Semangat Upik di Desa, dan
Tindasan-Surat Perawan Jawa. Ulang tahunnya sekarang dirayakan di Indonesia sebagai Hari Kartini untuk menghormatinya, serta beberapa sekolah dinamai menurut namanya dan sebuah yayasan didirikan atas namanya bikin membiayai pendidikan anak asuh cewek di Indonesia. Dia tercantol sreg mistisisme dan menentang poligami.

Memoar

[sunting
|
sunting sumber]

Ayah Kartini, R.M.A.A. Sosroningrat.

Raden Adjeng Kartini terbit dari kalangan priayi maupun inferior bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang perdana yang diangkat menjadi bupati Jepara segera pasca- Kartini lahir. Kartini ialah putri dari ayutayutan pertama, hanya bukan istri gelap utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, koteng master agama di Telukawur, Jepara. Berasal sebelah ayahnya, silsilah Kartini bisa dilacak sebatas Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik pun ke istana Kerajaan Majapahit. Bermula Ratu Dangirin menjadi tumenggung Surabaya pada abad ke-18, kakek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.[3]

Ayah Kartini pada semula ialah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial perian itu mengharuskan koteng regen beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi,[4]
maka ayahnya menikah kembali dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), nasab sekaligus Raja Madura.[3]
Selepas perkawinan itu, ayah Kartini diangkat menjadi tumenggung di Jepara menggantikan kursi ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah momongan ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Berusul kesemua plasenta sekandung, Kartini ialah momongan amoi tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati n domestik usia 25 masa dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.[3]
Embok Kartini, Sosrokartono, adalah seorang nan mandraguna n domestik meres bahasa. Sampai semangat 12 hari, Kartini diperbolehkan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Di sini Kartini sparing bahasa Belanda. Sahaja, setelah usia 12 tahun, engkau harus lewat di rumah karena harus dipingit.

Surat Kartini – Rosa Abendanon (fragmen)

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah sira menginjak belajar seorang dan menulis surat kepada inversi-teman rangkaian yang mulai sejak dari Belanda. Pelecok satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-kiat, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir upik Eropa. Timbul keinginannya buat mencadangkan dayang pribumi karena engkau mematamatai bahwa gadis pribumi berada pada martabat sosial yang invalid.

Kartini banyak membaca pertinggal kabar Semarang
De Locomotief
nan diasuh Pieter Brooshooft. Engkau juga mengakui
leestrommel
(kemasan majalah nan diedarkan toko sosi kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu publikasi yang patut berat, juga cak semau majalah wanita Belanda
De Hollandsche Lelie. Kartini pula kemudian beberapa boleh jadi mengirimkan tulisannya dan dimuat di
De Hollandsche Lelie. Berpangkal surat-suratnya tertumbuk pandangan Kartini mengaji apa saja dengan munjung perhatian sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah suatu karangan ataupun mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya enggak namun semata-mata soal emansipasi wanita, semata-mata pun komplikasi sosial mahajana. Kartini melihat perjuangan wanita sebaiknya memperoleh kebebasan, independensi dan paralelisme hukum umpama adegan berasal gerakan yang lebih luas. Di antara kiat yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terwalak titel
Max Havelaar
dan
Tembusan-Surat Rajin
karya Multatuli, yang pada November 1901 telah dibacanya dua boleh jadi. Selain itu, Kartini juga membaca
De Stille Kraacht
(Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus dan karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner,
Die Waffen Nieder
(Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orang tuanya, Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat,[5]
yang sudah perkariban memiliki tiga ampean. Kartini menikah puas tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti kemauan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di arah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang ataupun di sebuah gedung yang saat ini digunakan seumpama Gedung Pramuka.

Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918.

Anak satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir plong tanggal 13 September 1904. Sejumlah hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal plong nasib 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Bernasib baik kegigihan Kartini, belakangan didirikan Sekolah Wanita maka dari itu Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya. Stempel sekolah tersebut yakni “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan maka itu tanggungan Van Deventer, sendiri tokoh Strategi Ter-hormat.

Meski bukan sempat berbuat banyak untuk kemajuan bangsa dan tanah tumpah, Kartini menyampaikan ide-ide perbaikan masyarakat yang melampaui zamannya melampaui surat-suratnya yang kuno.

Cita-citanya nan tinggi dituangkan dalam surat-suratnya kepada kenalan dan sahabatnya orang Belanda di luar negeri, seperti Tuan EC Abendanon, Ny MCE Ovink-Soer, Zeehandelaar, Prof Dr GK Anton dan Ny Tuan HH von Kol, dan Ny HG de Booij-Boissevain. Kopi-inskripsi Kartini diterbitkan di negeri Belanda pada 1911 oleh Mr JH Abendanon dengan kop Door Duisternis tot Licht. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia maka dari itu ahli sastra pujangga baru Armijn Pane pada 1922 dengan tajuk
Tinggal Gelap Terbitlah Terang.[6]

Surat-dokumen

[sunting
|
sunting sendang]

Setelah Kartini wafat, Jacques Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-sahifah yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon ketika itu menjabat sebagai Menteri Kultur, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Resep itu diberi judul
Door Duisternis tot Licht
yang kemustajaban harfiahnya “Dari Kegelapan Menentang Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan lega 1911. Daya ini dicetak sebanyak lima kali dan puas gemblengan buncit terdapat tambahan kopi Kartini.

Pada hari 1922, Balairung Teks menerbitkannya n domestik bahasa Melayu dengan tajuk yang diterjemahkan menjadi
Tinggal Gelap Terbitlah Terang: Boeah Perhatian, yang merupakan terjemahan oleh Catur Saudara. Kemudian perian 1938, keluarlah
Habis Gelap Terbitlah Terang
varian Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Yunior. Armijn menjatah pokok menjadi lima bab pembahasan kerjakan menunjukkan transisi jalan angan-angan Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas mungkin. Surat-surat Kartini n domestik bahasa Inggris pula koneksi diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, sertifikat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.

Terbitnya surat-piagam Kartini, sendiri perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini menginjak mengubah rukyat masyarakat Belanda terhadap perawan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang n domestik pertinggal-suratnya juga menjadi inspirasi bagi pemrakarsa-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul “Ibu Kita Kartini”. Lagu tersebut mencitrakan inti resistansi wanita untuk merdeka.

Pemikiran

[sunting
|
sunting sumber]

Uang kertas pecahan IDR 5 gemblengan tahun 1952 dengan bagan Kartini.

Puas surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya adapun kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi dayang pribumi. Sebagian osean surat-suratnya berisi keluhan dan pengaduan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang andai sekatan keberhasilan perempuan. Dia ingin wanita punya kebebasan menuntut mantra dan berlatih. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis:
Zelf-ontwikkeling
dan
Zelf-onderricht,
Zelf- vertrouwen
dan
Zelf-werkzaamheid
dan pun
Solidariteit. Semua itu atas pangkal
Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid
(yaitu Rabani, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan
Humanitarianisme
(peri kemanusiaan) dan
Semangat kebangsaan
(cinta ibu pertiwi).

Surat-surat Kartini juga berisi harapannya lakukan memperoleh sambung tangan berpangkal luar. Pada taaruf dengan Estelle “Stella” Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan cak bagi menjadi seperti kaum akil balig Eropa. Ia menggambarkan kesengsaraan cewek Jawa akibat kungkungan aturan, adalah lain boleh bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-junjungan yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang rintangan-kendala yang harus dihadapi detik bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang kian berbudaya. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong modern karena telah menyekolahkan anak asuh-anak perempuannya meski namun sampai hayat 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, sahaja ternyata sering rahmat terhadap sang ayah tersebut juga pada jadinya menjadi hambatan besar dalam menciptakan menjadikan cita-cita. Sang ayah dalam surat pula diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Dia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk berlatih menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya enggak mengizinkan Kartini kerjakan melanjutkan investigasi ke Belanda ataupun cak bagi masuk sekolah medis di Betawi.

Kehausan Kartini bagi melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya membuat keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan kehausan yang dempang terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan berpangkal sahabat-sahabat penanya. Kehendak dan kerangka lakukan berlatih ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi namun setelah dinasihati maka dari itu Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.

Pada medio tahun 1903 saat berusia selingkung 24 tahun, karsa kerjakan melanjutkan penyelidikan menjadi guru di Betawi pun pupus. N domestik sebuah akta kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. “…Singkat dan ringkas hanya, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan rangkaian…” Padahal saat itu pihak kementerian pengajaran Belanda sudah lalu menyibakkan pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini kerjakan sparing di Betawi.

Detik menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Kamu menjadi lebih toleran. Dia menganggap akad nikah akan mengapalkan keuntungan tersendiri n domestik mewujudkan keinginan mendirikan sekolah buat para perempuan bumiputra rasi itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang laki bukan saja kondusif keinginannya cak bagi mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, hanya kembali disebutkan agar Kartini dapat batik sebuah buku.

Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia mutakadim lebih menggugurkan egonya dan menjadi bani adam nan mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya bakal bersekolah di Betawi, dia lebih memintal berkorban bagi mengikuti cara patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.

Taktik

[sunting
|
sunting sumber]

  • Habis Ilegal Terbitlah Cuaca

Kelongsong kancing versi Armijn Pane.

Pada 1922, oleh Empat Tali pusar,
Door Duisternis Tot Licht
disajikan kerumahtanggaan bahasa Melayu dengan judul
Habis Palsu Terbitlah Terang; Boeah Ingatan. Pokok ini diterbitkan oleh Balai Referensi. Armijn Pane, salah seorang sastrawan motor Pujangga Plonco, tertulis sebagai salah sendiri penerjemah akta-surat Kartini ke dalam
Sangat Gelap Terbitlah Terang. Ia lagi lagi disebut-tutur sebagai Catur Saudara.
Puas 1938, sendi
Adv amat Terlarang Terbitlah Cahaya
diterbitkan pula privat matra yang berlainan dengan buku-sendi terjemahan dari
Door Duisternis Tot Licht. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kelihatannya. Selain itu, manuskrip-surat Kartini kembali pernah diterjemahkan ke n domestik bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Armijn Pane menyajikan inskripsi-surat Kartini dalam matra berbeda dengan buku-taktik sebelumnya. Ia menjatah kumpulan sahifah-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia untuk bikin menunjukkan adanya hierarki atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi. Puas siasat versi baru tersebut, Armijn Pane pun menciutkan kuantitas kopi Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini kerumahtanggaan “Lampau Ilegal Terbitlah Kirana”. Penyebab lain dimuatnya keseluruhan surat yang terserah kerumahtanggaan sentral acuan Door Duisternis Tot Licht, adalah terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan bukan adalah untuk menjaga urut-urutan kisahan agar menjadi seperti wajah. Menurut Armijn Pane, surat-dokumen Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman hidup perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan kok surat-surat tersebut dia untuk ke dalam panca pintu pembahasan.
  • Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Lakukan Bangsanya
Sahifah-salinan Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno. Pada tadinya Sulastin menerjemahkan
Door Duisternis Tot Licht
di Universitas Leiden, Belanda, momen ia melanjutkan studi di bidang sastra hari 1972. Riuk sendiri dosen instruktur di Leiden mempersunting Sulastin untuk menerjemahkan kunci kumpulan piagam Kartini tersebut. Intensi sang dosen adalah seyogiannya Sulastin bisa menguasai bahasa Belanda dengan sepan konseptual. Kemudian, pada 1979, sebuah sosi berisi terjemahan Sulastin Sutrisno versi lengkap
Door Duisternis Tot Licht
pun berpokok.
Buku kumpulan surat versi Sulastin Sutrisno terbit dengan judul
Surat-surat Kartini, Renungan Akan halnya dan Untuk Bangsanya. Menurut Sulastin, kepala karangan parafrase seharusnya menurut bahasa Belanda yakni: “Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Cak bagi Bangsa Jawa”. Sulastin membiji, meski tertulis Jawa, yang didamba sepantasnya oleh Kartini yaitu kemajuan seluruh bangsa Indonesia.
Pokok terjemahan Sulastin lebih-lebih ingin menyajikan cermin akta-surat Kartini nan ada pada
Door Duisternis Tot Licht. Selain diterbitkan dalam
Surat-surat Kartini, Renungan Adapun dan Bagi Bangsanya, tafsiran Sulastin Sutrisno juga dipakai dalam buku
Kartini, Salinan-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya.

  • Letters from Kartini, An Indonesian Feminist
    1900–1904
Kiat tidak nan kebal terjemahan surat-kopi Kartini adalah
Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904. Penerjemahnya adalah Joost Coté. Ia tidak hanya menerjemahkan tembusan-surat yang ada dalam
Door Duisternis Tot Licht
versi Abendanon. Joost Coté pun pertal seluruh surat tahir Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir. Pada taktik parafrase Joost Coté, boleh ditemukan surat-surat nan tergolong sensitif dan tidak ada dalam
Door Duisternis Tot Licht
versi Abendanon. Menurut Joost Coté, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan plong dirinya mutakadim saatnya untuk diungkap.
Sosi
Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
memuat 108 surat-dokumen Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH Abendanon. Tercatat di dalamnya: 46 pertinggal yang dibuat Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematrie.

  • Panggil Aku Kartini Semata-mata

Selain berupa koleksi surat, bacaan yang lebih memusatkan pada pemikiran Kartini juga diterbitkan. Salah satunya adalah
Panggil Aku Kartini Saja
karya Pramoedya Ananta Toer. Kunci
Panggil Aku Kartini Saja
tertentang merupakan hasil dari pengumpulan data dari berbagai sumber oleh Pramoedya.
  • Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
Akhir tahun 1987, Sulastin Sutrisno memberi paparan yunior akan halnya Kartini dahulu rahasia
Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya. Gambaran sebelumnya makin banyak dibentuk pecah kumpulan akta nan ditulis lakukan Abendanon, diterbitkan dalam
Door Duisternis Tot Licht.
Kartini dihadirkan sebagai pejuang emansipasi yang sangat bertamadun dalam cara berpikir dibanding upik-upik Jawa sreg masanya. Privat manuskrip tanggal 27 Oktober 1902, dikutip bahwa Kartini menggambar pada Nyonya Abendanon bahwa dia mutakadim memulai pantangan makan daging, tambahan pula sejak sejumlah tahun sebelum surat tersebut, nan menunjukkan bahwa Kartini yaitu seorang vegetarian.[7]
Internal kumpulan itu, tindasan-surat Kartini pelahap dipotong bagian awal dan penghabisan. Padahal, bagian itu menunjukkan keselarasan Kartini kepada Abendanon. Banyak hal tak yang dimunculkan kembali maka dari itu Sulastin Sutrisno.
  • Aku Mau … Feminisme dan Semangat kebangsaan. Surat-tembusan Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
Sebuah rahasia kumpulan surat kepada Stella Zeehandelaar periode 1899-1903 diterbitkan buat memperingati 100 musim wafatnya. Isinya memperlihatkan roman enggak Kartini. Koleksi inskripsi Kartini itu dikumpulkan Dr Joost Coté, diterjemahkan dengan judul
Aku Ingin … Feminisme dan Nasionalisme. Tindasan-sertifikat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903.
“Aku Mau …” adalah moto Kartini. Sepenggal idiom itu mewakili sosok yang selama ini tak perhubungan dilihat dan dijadikan bahan perbincangan. Kartini bersabda tentang banyak situasi: sosial, budaya, agama, bahkan penggelapan.

Kontroversi

[sunting
|
sunting sumber]

Peringatan Perian Kartini lega tahun 1953.

Terserah galangan yang meragukan kebenaran surat-sahifah Kartini. Ada postulat J.H. Abendanon, Nayaka Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan momen itu, merekayasa pertinggal-manuskrip Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang trik Kartini terbit detik tadbir kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis. Sebatas saat ini pun sebagian samudra naskah asli surat tak diketahui keberadaannya. Menurut almarhumah Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon sekali lagi sukar lakukan dilacak Pemerintah Belanda.

Penetapan copot kelahiran Kartini sebagai perian besar juga agak diperdebatkan. Pihak nan bukan begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak sekadar merayakan Waktu Kartini sekadar, doang merayakannya sekaligus dengan
Musim Ibu
sreg tanggal 22 Desember. Alasan mereka adalah agar bukan pilih bulu dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya, karena masih ada pahlawan wanita lain nan bukan kalah hebat dengan Kartini seperti Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, Dewi Sartika, dan tidak-lain. Menurut mereka, wilayah tentangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga lain pernah memanggul senjata melawan penjajah. Sikapnya yang pro terhadap poligami juga bertentangan dengan pandangan kaum feminis adapun arti emansipasi wanita. Dan berbagai alasan lainnya. Pihak yang pro mengatakan bahwa Kartini tidak saja seorang tokoh emansipasi wanita nan mengangkat derajat kaum wanita Indonesia namun, melainkan adalah inisiator nasional; artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut beliau sudah lalu berjuang buat kepentingan bangsanya. Pendirian pikirnya mutakadim melingkupi perdurhakaan nasional.

Mortalitas Kartini yang mendadak juga menimbulkan judi negatif bagi sebagian halangan. Seperti diketahui dalam sejarah, Kartini meninggal pascamelahirkan, tepatnya empat hari selepas babaran. Ketika Kartini, mengandung bahkan sampai berputra, dia tampak sehat walafiat. Hal inilah yang mengandung kecurigaan. Efatino Febriana, n domestik bukunya
Kartini Hening Dibunuh, mencoba menggali fakta-fakta yang ada sekitar kematian Kartini. Bahkan, intern akhir bukunya, Efatino Febriana berkesimpulan, kalau kartini pening lengang karena sudah direncanakan. Demikian pula Sitisoemandari dalam buku
Kartini, Sebuah Biografi,
menyengaja bahwa Kartini meninggal akibat permainan jahat dari Belanda. Permainan sadis mulai sejak Belanda ingin seyogiannya Kartini bungkam dari pemikiran-pemikiran majunya yang ternyata berwawasan kebangsaan.

Saat Kartini babaran, dukun yang menolongnya adalah Dr van Ravesten, dan berbuah dengan selamat. Selama 4 hari pascamelahirkan, kesehatan Kartini baik-baik saja. Empat masa kemudian, dr van Ravesten menengok keadaan Kartini, dan dia bukan gagap akan kebugaran Kartini. Ketika Ravesten akan pulang, Kartini dan Ravesten menyempatkan minum anggur sebagai stempel perceraian. Setelah minum anggur itulah, Kartini sekalian gempa bumi dan hilang kesadaran, sampai akhirnya meninggal dunia. Sayangnya, puas detik itu tak ada autopsi. Cak agar demikian, pihak keluarga tidak mempedulikan desas-desus yang muncul terkait kematian Kartini, melainkan mengakui peristiwa itu sebagai takdir Almalik. Sementara pendapat yang berlainan yang dinyatakan maka itu para dokter modern pada era sekarang. Para dokter berpendapat Kartini meninggal karena mengalami preeklampsia atau impitan darah tinggi plong ibu hamil. Cuma, hal ini juga lain bisa dibuktikan karena dokumen dan garitan tentang kematian Kartini tidak ditemukan.[8]
[9]

Peringatan

[sunting
|
sunting sumber]

Hari Kartini

[sunting
|
sunting sumber]

Presiden Soekarno membedakan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, terlepas 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan tahun lahir Kartini, terlepas 21 April, lakukan diperingati setiap hari sebagai hari besar yang kemudian dikenal bak
Hari Kartini.

Pemerintahan Orde Lama Soekarno mendeklarasikan 21 April ibarat Waktu Kartini untuk mengingatkan cewek bahwa mereka harus berpartisipasi dalam “wacana negara hegemonik pembangunan”.[10]
Sekadar, setelah periode 1965, pemerintahan Orde Baru Soeharto mengubah citra Kartini bersumber emansipator wanita radikal menjadi citra yang menggambarkannya sebagai istri yang patuh dan putri yang ki ajek, “sebagai belaka sendiri wanita berpakaian kebaya yang bisa memantek.”[11]
Pada kesempatan itu, yang dikenal umpama Hari Ibu Kartini, “gadis-gadis cukup umur harus melingkarkan jaket ketat yang pas, kemeja batik, kecondongan rambut yang sukar, dan perhiasan berornamen ke sekolah, yang semoga meniru pakaian Kartini tetapi dalam kenyataannya, mengenakan rok ciptaan, dan ansambel nan bertambah hati-hati tinimbang yang afiliasi dia lakukan.”[12]

Melodi “Ibu Kita Kartini” maka dari itu W. R. Supratman:


X:173
L:1/4
M:4/4
K:C
Q:1/4=120
C3/2D/2EF|G3/2E/2C2|A3/2c/2BA|G3|\
F3/2A/2GF|E2C2|D3/2F/2ED|C3|\
F3/2E/2FA|G/2A/2G/2E/2CE|DEFG|E3|\
F3/2E/2FA|G/2A/2G/2E/2CE|DFB,D|C3|

Perangko

[sunting
|
sunting sendang]

Peringatan 100 musim Kartini plong hari 1979 diabadikan melalui seri perangko Republik Indonesia

Etiket jalan di Belanda

[sunting
|
sunting sumur]

  • Utrecht: Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau
    Kartinistraat
    merupakan riuk satu urut-urutan penting, berbentuk ‘U’ yang ukurannya makin besar dibanding urut-urutan-jalan yang memperalat nama tokoh perjuangan lainnya seperti mana Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, Agostinho Neto.
    [penis rujukan]
  • Venlo: Di Venlo Belanda Selatan,
    R.A. Kartinistraat
    berbentuk ‘Ozon’ di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terletak jenama-cap urut-urutan tokoh wanita Anne Frank dan Mathilde Wibaut.
    [butuh rujukan]
  • Amsterdam: Di area Amsterdam Zuidoost atau yang makin dikenal dengan Bijlmer, kronologi
    Raden Adjeng Kartini
    ditulis arketipe. Di sekitarnya adalah jenama-nama wanita berpokok seluruh marcapada yang punya kontribusi internal sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
    [butuh rujukan]
  • Haarlem: Di Haarlem perkembangan Kartini berhimpit dengan jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir dan langsung tembus ke jalan Chris Soumokil kepala negara kedua Republik Maluku Selatan.
    [zakar rujukan]

Dalam budaya tenar

[sunting
|
sunting sumber]

  • Gambar hidup
    R.A. Kartini
    (1982)
  • Film
    Tindasan Burung laut untuk Kartini
    (2016) — film fiksi berlatar memori. Kartini diperankan makanya Rania Pemudi Bibit.
  • Film
    Kartini
    (2017) — Kartini diperankan oleh Dian Sastrowardoyo.

Galeri foto

[sunting
|
sunting sumber]

Gubahan

[sunting
|
sunting sumber]


  1. ^

    Raden Ayu adalah gelar untuk wanita bangsawan nan menikah dengan pria bangsawan dari keturunan generasi kedua hingga ke delapan pecah koteng yamtuan Jawa nan afiliasi memerintah, madya penggunaan gelar R.A. (Raden Ajeng) hanya berlaku ketika belum menikah.

Teks

[sunting
|
sunting sumber]


  1. ^


    Latifah, Lanny (2021-04-20). Widyastuti, Pravitri Retno, ed. “Diperingati Setiap 21 April, Ini Biografi Pendek RA Kartini dan Memori Ditetapkannya Perian Kartini”.
    Tribunnews.com
    . Diakses rontok
    2021-05-26
    .





  2. ^

    Indonesia 1800–1950 Beck
  3. ^


    a




    b




    c





    On feminism and nationalism: Kartini’s letters to Stella Zeehandelaar 1899-1903. Monash University Press. 2005. hlm. 2. ISBN 1876924357.





  4. ^


    Interview with Kathryn Robinson: Secularization of Family Law in Indonesia, Harvard Asia Quarterly, diakses 21 April 2022

  5. ^


    Safwan, Mardanas (2001).
    R.A. Kartini: riwayat hidup dan perjuangannya. Mutiara Sumber Widya. ISBN 978-979-9331-17-5.





  6. ^


    Pria, Mohammad (2015-04-21). Adam, Mohammad, ed. “Arti Kartini di Masa Saat ini”.
    Medcom.id
    . Diakses sungkap
    2020-05-10
    .





  7. ^

    Prasetya, L.A. “Siapa Mengasa R.A. Kartini Vegetarian” – Kompas Daring Rabu, 21 April 2022]

  8. ^

    TribunNews: Mirakel Kematian Kartini, Benarkah Dia Dibunuh?

  9. ^


    “Tabloid Posmo: Misteri Mortalitas Kartini, Benarkah Anda Dibunuh?”. Diarsipkan berpangkal versi ceria sungkap 2022-06-02. Diakses tanggal
    2016-05-02
    .





  10. ^


    Bulbeck, Chilla (2009).
    Sex, love and feminism in the Asia Pacific: a cross-cultural study of young people’s attitudes. ASAA women in Asia. London New York: Routledge. ISBN 9780415470063.




    Preview.

  11. ^


    Yulianto, Vissia Ita (21 April 2022). “Is celebrating Kartini’s Day still relevant today?”.
    The Jakarta Post. Diarsipkan berpunca varian sejati copot 7 August 2022. Diakses tanggal
    15 March
    2022
    .





  12. ^


    Ramusack, Barbara Cakrawala. (2005). “Women and Gender in South and Southeast Asia”. Privat Bonnie G. Smith.
    Women’s History in Global Perspective. University of Illinois Press. hlm. 101–138 [129]. ISBN 978-0-252-02997-4. Diakses tanggal
    15 March
    2022
    .




Pranala luar

[sunting
|
sunting mata air]

  • Trik-Ki akal yang Dibaca Kartini, Dari Karya Multatuli Hingga Perempuan dan Sosialisme
  • Kartini, Pejuang Kemenangan Wanita
  • Letters of a Javanese Princess
  • Stichting Kartini



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini

Posted by: gamadelic.com