Benarkah Siksa Kubur Itu Ada
Pertanyaan:
Assalaamu ‘Alaikum, Ustadz. Suka-suka teman yang bertanya, apa bermoral siksa kubur itu ada? Beliau melihat Al Quran Salinan Yasin ayat 52. Di situ terjadwal, “Membangkitkan kami semenjak pembaringan kami.”
Jawaban Ustadz Farid Nu’man Hasan Hafizhahullah:
Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Man waalah wa laa haula wa laa quwwata Illa billah. Wa ba’d:
Semua Imam Ahlus Sunnah sepakat bahwa aniaya kubur adalah benar adanya dan tidak boleh diragukan. Mudahmudahan Sang pencipta Ta’ala melindungi kita semua berpokok azab kubur. Amin ya Rabbal ‘Alamin. Lebih lagi Pendeta Ahmad bin Hambal mengatakan -seperti mana nan dikutip oleh Pendeta Ibnul Qayyim n domestik kitab Ar ruh– bahwa tidak suka-suka yang mengingkari siksa kubur melainkan basyar nan sesat dan melebun. Bahkan para cerdik pandai suka-suka yang mengkafirkan bagi pengingkar lezat dan adzab kubur, sebagaimana nan dikatakan oleh Syaikh ‘Athiyah Shaqr. Berikut ini fatwa beliau:
Setelah menyebutkan plural dalil ayat dan hadits, dia berkata;
هذه بعض الأدلة القوية على ثبوت النعيم والعذاب فى القبر، فذلك ثابت بالسنة وظاهر الآية، وأهل السنة مجمعون عليه ، والإِجماع حجة عند أكثر الأصوليين ، وأنكره جماعة من المعتزلة، ومهما يكن من شىء فإن العقائد لا تثبت إلا بالنص القطعى فى ثبوته ودلالته ، والحديث الصحيح الذى دل على نعيم القبر وعذابه اعتبره بعض العلماء من قطعى الثبوت الذى يفيد العلم اليقينى ، واعتبره آخرون ظنى الثبوت الذى لا يفيد العلم اليقينى، ومن هنا كان الخلاف فى الحكم على من أنكر نعيم القبر- وعذابه ، هل هو كافر أو غير كافر .
“Ini adalah sebagian dalil-dalil yang kuat atas kepastian eco dan adzab kubur. Peristiwa ini dikuatkan makanya sunnah dan zhahir ayat, dan Ahlus Sunnah telah ijma’ [sejadi] atas kejadian ini, dan ijma’ merupakan hujjah menurut mayoritas para ulama ushul, saja kabilah mu’tazilah mengingkarinya dan mengingkari apa cuma yang terjadi di dalamnya. Sepantasnya perkara aqidah tidaklah ditetapkan kecuali maka itu nash [wacana agama] yang qath’iuts tsubut [tentu riwayatnya] dan qath’iud barua [tentu konteksnya], dan hadits shahih yang menunjukkan adanya lemak dan adzab kubur menurut sebagian ulama adalah qath’iuts tsubut nan mengapalkan guna bagi mantra dan keagamaan, dan yang lainnya menganggapnya seumpama zhanniuts tsubut yang bukan berjasa mengirimkan ilmu dan religiositas. Dari sinilah terjadinya perbedaan pendapat mengenai hukumnya orang-orang nan menyangkal legit dan adzab kubur, apakah dia dahriah ataupun bukan dahriah.” (Fatawa Al Azhar, Juz. 8, Hal. 286)
Ghundar mengatakan bahwa adzab kubur yaitu haq [benar adanya]. (Shahih Bukhari, Kitab Al Janaiz Bab Maa Ja’a fi Azabil Qabri, Juz. 5, Hal. 163. No. 1283. Syamilah)
Tidaklah cak semau kitab-kitab matan (teks) hadits dan khotbah (penjelas)nya melainkan pasti ada bab tentang adzab kubur, tidaklah ada kitab-kitab tafsir nan mu’tabar (nan digresi dijadikan rujukan) melainkan suka-suka pembahasan tentang adzab kubur. Begitu pun tentang kitab-kitab aqidah. Maka, meyakini adanya adzab kubur lain sahaja untuk menakut-nakuti, melainkan episode dari konsekuensi dari iman kepada yang ghaib, baik yang telah dijelaskan dalam Al Quran dan As Sunnah secara mendunia (jumlatan) atau rinci (tafshilan).
Ada nan mengingkari adzab kubur karena kebodohannya terhadap literatur dan referensi, dan ditambah maka itu pemikiran nan telah dirasuki guru nafsu sedikit. Mereka mengubah sendiri ayat-ayat Al Alquran dengan pernalaran semata, postulat dan dongeng, tanpa menggunakan kaidah-kaidah alamiah nan mapan; seperti pengetahuan tentang asbabun nuzul ayat (sebab-sebab turunnya ayat), nasikh mansukh, ‘aam, khash, muqayyad, mafhum, manthuq, dan tidak-lain. Mereka namun berbuat permainan kata dan penafsiran serampangan terhadap firman Allah Ta’ala, nan dengannya mampu membentuk terpaut cucu adam-orang masyarakat. Di tambah juga mereka tidak ingin menggunakan As Sunnah ibarat rujukan kerjakan meyakini adanya adzab kubur.
Jadinya, pemikiran mereka melesat bagai anak panah lepas dari busur, tak terkendali. Bersabda tanpa hobatan, dan arahan para ulama penting, serta orang-individu yang masih karib hidupnya dengan masa kenabian dan turunnya tajali.
Tentatif itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Dagangan barangkali nan mengomentari Al Quran dengan sonder ilmu maka disediakan baginya geta di neraka.” (H.R. At Tirmidzi No. 2950, katanya: hasan shahih)
Intern hadits enggak:
مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Dagangan siapa yang mengomentari Al Quran dengan pendapatnya saja, maka disediakan baginya kursi di neraka.” (H.R. At Tirmidzi No. 2951, katanya: hasan)
Demikianlah kecaman bakal orang nan menafsirkan Al Alquran seenak perutnya, tanpa didukung maka dari itu ilmu yang cukup, dan bukti nan abadi, semata-mata asumsi pribadi satu-satunya.
Imam Al Baihaqi Rahimahullah menjelaskan:
الْمُرَادُ رَأْيٌ غَلَبَ مِنْ غَيْرِ دَلِيلٍ قَامَ عَلَيْهِ أَمَّا مَا يَشُدُّهُ بُرْهَانٌ فَلَا مَحْذُورَ فِيهِ ، فَعُلِمَ أَنَّ عِلْمَ التَّفْسِيرِ إِنَّمَا يُتَلَقَّى مِنْ النَّقْلِ أَوْ مِنْ أَقْوَالِ الْأَئِمَّةِ أَوْ مِنْ الْمَقَايِيسِ الْعَرَبِيَّةِ أَوْ الْقَوَاعِدِ الْأُصُولِيَّةِ الْمَبْحُوثِ عَنْهَا فِي عِلْمِ أُصُولِ الْفِقْهِ أَوْ أُصُولِ الدِّينِ .
“Yang dimaksud adalah pendapat nan lazimnya sonder dalil yang mendukungnya. Adapun yang didukung oleh bukti [dalil] maka lain haram. Mutakadim diketahui bahwasanya tafsir itu diperoleh dari riwayat, ataupun perkataan para rohaniwan, atau mengambil analogi dari bahasa Arab, atau kaidah-kaidah ushul yang meributkan tentang ilmu ushul fiqh, atau ushuluddin.” (Tuhfah Al Ahwadzi, 8/224. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut)
Demikianlah perkembangan yang ditempuh para jamhur. Memungkirkan Al Alquran tidak di luar koridor metode ilmiah adverbia.
Adanya Aniaya Kubur adalah Pasti
Dalil-Dalil Al Quran:
1. Surat As Sajadah ayat 21
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan sebenarnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian aniaya yang dekat sebelum adzab yang lebih besar (di darul baka), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang bersusila).”
Berkata Mujahid mengenai maksud ‘adzab nan erat’:
الأدنى في ألقبور وعذاب الدنيا
“Adalah adzab yang dekat di kubur dan di dunia.” (Imam At Thabari, Jami’ al Bayan fi Ta’wil al Quran, 20/191)
BerkataImam Ibnu Katsir tentang ayat ini:
وقال البراء بن عازب، ومجاهد، وأبو عبيدة: يعني به عذاب القبر.
Berkata Al Bara kacang ‘Azib, Mujahid, dan Abuk ‘Ubaidah, maksudnya merupakan adzab kubur. (Rohaniwan Ibnu Katsir, Kata tambahan Al Quran Al ‘Azhim, 6/369)
2. Surat At Taubah ayat 101
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ (101)
“Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, suka-suka orang-hamba allah munafik; dan [juga] di antara warga Madinah. mereka kelewatan kerumahtanggaan kemunafikannya. dia [Muhammad] enggak mengetahui mereka, [namun] kamilah nan mengetahui mereka. lusa mereka akan Kami azab dua barangkali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar.”
Padri Serbuk Ja’far kedelai Jarir Ath Thabari berkata, tentang makna ‘mereka akan Kami siksa dua mana tahu’:
سنعذب هؤلاء المنافقين مرتين، إحداهما في الدنيا، والأخرى في القبر.
“Kami akan mengadzab orang-orang munafik itu dua kali, adzab satunya di dunia, dan yang lainnya di dalam kubur.” (Jami’ al Bayan fi Ta’wil Al Quran, 14/441)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri menafsirkan ayat di atas adalah adzab kubur. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, engkau menceritakan mengenai khuthbah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam puas hari Jum’at, momen itu beliau mengusir mereka berpunca masjid, di adegan akhir ia bersabda:
فقد فضح الله المنافقين اليوم ! فهذا العذاب الأول، حين أخرجهم من المسجد. والعذاب الثاني، عذاب القبر.
“Periode ini Almalik telah menunjukkan kelainan makhluk-turunan munafik! Ini merupakan adzab yang pertama adalah momen mereka diusir dari masjid. Sedangkan adzab yang kedua adalah adzab kubur.” (Ibid, Juz. 14, keadaan. 442)
Dari Duli Malik, dia berkata tentang ayat ‘mereka akan kami adzab dua kali’:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يخطب فيذكر المنافقين، فيعذبهم بلسانه، قال: وعذاب القبر
“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhuthbah dan menyebutkan akan halnya turunan nifak bahwa mereka akan disiksa karena lisannya, beliau bersabda: ‘Adzab Kubur.’ (Ibid)
Semacam itu pun yang dikatakan maka dari itu Qatadah, Al Hasan, dan Ibnu Juraij, bahwa maksud dari ‘mereka akan Kami adzab dua bisa jadi,’ adalah adzab dunia dan azab kubur. (Ibid, Juz. 14, Peristiwa. 443-444)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata tentang makna ayat ‘mereka akan Kami adzab dua mungkin’:
فهذا العذاب الأول حين أخرجهم من المسجد، والعذاب الثاني عذاب القبر
Maka adzab pertamanya adalah detik mereka (orang munafik) diusir dari musala, adzab yang kedua yaitu di kubur. (Pater Anak laki-laki Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/205)
Padahal dalam suatu riwayat disebutkan, bahwa maksud ayat tersebut adalah: “lapar dan adzab kubur.” (Ibid)
Begitu sekali lagi yang dikatakan oleh Mujahid dan Ibnu Ishaq, bahwa maksud ayat tersebut adalah adzab kubur.(Imam Abul Husein bin Mas’ud al Baghawi, Ma’alim At Nubuat, 4/89)
Berbicara Pater Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah:
وَقَالَ الطَّبَرِيُّ بَعْد أَنْ ذَكَرَ اِخْتِلَافًا عَنْ غَيْر هَؤُلَاءِ : وَالْأَغْلَب أَنَّ إِحْدَى الْمَرَّتَيْنِ عَذَاب الْقَبْر ، وَالْأُخْرَى تَحْتَمِل أَحَد مَا تَقَدَّمَ ذِكْره مِنْ الْجُوع أَوْ السَّبْي أَوْ الْقَتْل أَوْ الْإِذْلَال أَوْ غَيْر ذَلِكَ .
Berkata Ath Thabari pasca- dia menyebutkan berbagai perbedaan berasal selain mereka; bahwa umumnya mereka menyangkal makna satu di antara dua adzab itu merupakan adzab kubur, sementara itu yang lainnya bisa riuk satu nan telah disebutkan seperti kelaparan, terbunuh, terhina, dan lainnya. (Pastor Ibnu Hajar, Fathul Bari, 3/233)
3. Surat Ibrahim ayat 27
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27)
“Almalik meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Congor yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Tuhan menjerumuskan bani adam-orang nan zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
Imam Al Bukhari Radhiallahu ‘Anhu berbicara:
نَزَلَتْ فِي عَذَابِ الْقَبْرِ
“Ayat ini drop tentang adzab kubur.” (Shahih Bukhari, Kitab Al Janaiz Bab Maa Ja’a fi Azabil Qabri, No. 1369)
Imam Orang islam Radhiallahu ‘Anhu berkata:
نَزَلَتْ فِي عَذَابِ الْقَبْرِ فَيُقَالُ لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّيَ اللَّهُ وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَل
Ayat ini turun adapun adzab kubur, maka akan dikatakan kepada penghuni kubur; “Bisa jadi Tuhanmu?”, dia menjawab: “Rabi ialah Yang mahakuasa dan Nabiku merupakan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Maka untuk itulah intensi ayat ini.“ (Shahih Muslim, Kitab Al Jannah wa Shifatu Na’imiha wa Ahliha Ki ‘Ardhi Maq’independen mayyit minal jannati aw an nari ‘alaihi wa itsbaati ‘adzaabil qabri wa ta’awudz minhu, No. 2871)
Semacam itu pula yang dikatakan Imam An Nasa’i dan Imam Anak laki-laki Majah bahwa ayat itu anjlok mengenai adzab kubur. Demikian dalil-dalil dari Al Quran.
Adapun dokumen Yasin ayat 52, yang berbunyi:
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا
Mereka berucap: “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang menyalakan Kami dari wadah-tidur Kami (kubur)?”. (Q.S. Yasin [36]: 52)
Ayat ini tidaklah sekali-kali mengingkari adanya adzab kubur, sebab peraduan mereka adalah adzab kubur mereka, dan mereka merasa ketakutan momen adzab itu akan berakhir, karena akan mendapatkan adzab nan semakin segara ialah neraka setelah selesainya mereka di sana, lalu mereka dibangkitkan terbit medan tidur mereka itu bakal mendapatkan adzab yang lebih osean tersebut. Oleh karenanya mereka berkata: “Aduhai celaka kami.”
Pendeta Ibnu Katsir Rahimahullah mengklarifikasi:
{ قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا } ؟ يعنون: من قبورهم التي كانوا يعتقدون في الدار الدنيا أنهم لا يبعثون منها، فلما عاينوا ما كذبوه في محشرهم { قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا } ، وهذا لا ينفي عذابهم في قبورهم؛ لأنه بالنسبة إلى ما بعده في الشدة كالرقاد.
[Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan Kami berbunga ajang-tidur Kami [kubur]?”] ain mereka melihat dibangkitkannya mereka dari kubur mereka nan dulu momen masih di dunia mereka meyakini tidak adanya kebangkitan dari kubur. Ketika mereka menyaksikan apa nan lewat mereka dustakan, di arena mereka dikumpulkan [Mereka merenjeng lidah: “Wahai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan Kami bersumber palagan-tidur Kami [kubur]?”), ayat ini bukan mengingkari adzab mereka di kubur mereka, karena begitu kerasnya barang apa yang mereka dapatkan selepas itu, diumpamakan seperti mana di palagan tidur. (Tafsir Al Alquran Al ‘Azhim, 6/581)
Jadi, adzab yang mereka dapatkan dikubur disamakan dengan pembaringan mereka. Sederhananya yakni jikalau tempat tidurnya adalah adzab, sampai-sampai tempat adzabnya?
Dalil-Dalil As Sunnah
Dalil-dalil syar’i pecah As Sunnah Ash Shahihah tentang adanya adzab kubur suntuk banyak, di antaranya:
1. Semenjak ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha:
أَنَّ يَهُودِيَّةً دَخَلَتْ عَلَيْهَا فَذَكَرَتْ عَذَابَ الْقَبْرِ فَقَالَتْ لَهَا أَعَاذَكِ اللَّهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَسَأَلَتْ عَائِشَةُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَقَالَ نَعَمْ عَذَابُ الْقَبْرِ قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدُ صَلَّى صَلَاةً إِلَّا تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ زَادَ غُنْدَرٌ عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ
Bahwa wanita Yahudi ikut kepada ‘Aisyah, lalu engkau menamakan tentang adzab kubur, maka dia berkata kepadanya: “Berlindunglah sira kepada Halikuljabbar dari adzab kubur.” Maka ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang adzab kubur. Rasulullah menjawab: “Sopan, adzab kubur suka-suka.” ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha berujar: “Maka aku tidaklah pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan melainkan setelah shalat pasti anda meminang pelestarian dari adzab kubur.” Ghundar menambahkan bahwa adzab kubur merupakan bersusila. (H.R. Bukhari , Kitab Al Janaiz Bab Maa Ja’a fi Azabil Qabri, No. 1372)
2. Berasal ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengomong:
أَيُّهَا النَّاسُ اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَإِنَّ عَذَابَ الْقَبْرِ حَقٌّ
“Wahai basyar, berlindunglah kalian dari adzab kubur, sesungguhnya adzab kubur itu etis adanya.” (H.R. Ahmad No. 24520, Rohaniwan Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini sesuai syarat (standar) Imam Bukhari. Tatap Fathul Bari, 3/236, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Shahih sesuai syarat syaikhan (Bukhari-Mukmin).” Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 24520)
3. Dari Asma’ binti Abu bakar Radhiallahu ‘Anha:
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطِيبًا فَذَكَرَ فِتْنَةَ الْقَبْرِ الَّتِي يَفْتَتِنُ فِيهَا الْمَرْءُ فَلَمَّا ذَكَرَ ذَلِكَ ضَجَّ الْمُسْلِمُونَ ضَجَّةً
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhuthbah dan menyebutkan tentang fitnah kubur, yang akan dialami oleh seseorang di internal kubur, sehingga kabilah muslimin merasakan ketakjuban nan sangat. (H.R. Bukhari, Kitab Al Janaiz Bab Maa Ja’a fi Azabil Qabri, No. 1373)
4. Dari Ummu Mubasyir Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berfirman:
اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّهُمْ لَيُعَذَّبُونَ فِي قُبُورِهِمْ قَالَ نَعَمْ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ
“Berlindunglah kalian kepada Almalik bersumber adzab kubur!” Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah, apakah mereka akan di adzab di kubur mereka?” Rasulullah menjawab: “Ya, dengan adzab yang bisa didengar oleh satwa.” (H.R. Ahmad No. 27044. Bani Hibban No. 3125, Ibnu Abi ‘Ashim internal As Sunnah No. 875. Syaikh Al Albany mengatakan shahih sesuai syarat Imam Muslim. Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 1444. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Shahih, isnad hadits ini para perawinya adalah terpercaya pencerita syaikhan, kecuali Abu Sufyan –yaitu Thalhah polong Nafi’ Al Wasithiy- anda perawi Muslim sahaja.” Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 27044)
5. Dari ‘Aisyah Radhilallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي الصَّلَاةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa di dalam shalat: “Ya Almalik, sepatutnya ada aku berlindung kepadaMu berasal adzab kubur, aku berlindung kepadaMu dari hujat Masih ad Dajjal, dan aku berlindung kepadaMu mulai sejak cerca nyawa dan kematian.” (H.R. Bukhari, Kitab Al Adzan Bab Ad Du’a Qabla As Salam, No. 732) masih banyak lagi doa-ratib seperti mana.
6. Dari Anak laki-laki Abbas Radhiallahu ‘Anhu, kamu bersuara:
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jalinan melampaui dua buah kuburan, lalu berkata: “Kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Mereka disiksa tak karena dosa ki akbar, melainkan karena dia lain cebok berusul kencingnya, padahal yang lain karena suka mengadu kambing arab.” Terlampau beliau menjeput pelepah kurma basah, dan membelahnya menjadi dua dan per ditancapkannya di dua kuburan tersebut. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, kok kau lakukan itu?” Beliau bersabda: “Semoga diringankan siksa keduanya, selama kedua pelepah ini belum kering.” (H.R. Bukhari, Kitab Al Wudhu’ Gapura Maa Ja’a fi Ghuslil Baul No. 1378)
Sebenanya masih banyak nan belum saya sampaikan, seperti hadits Bukhari – Muslim akan halnya tanya alam kubur, basyar mu’min berlambak menjawab dan selamat sedangkan bani adam kafir dan orang nan banyak dosanya tidak mampu menjawab dan mendapatkan pukulan dari malaikat, dan hadits-hadits shahih (valid/autenthic text) lainnya. Namun apa yang saya paparkan di atas kiranya mencukupi bagi turunan yang menghendaki kesahihan.
Apa Introduksi Para Imam Ahlus Sunnah tentang Adzab Kubur?
Beginilah penglihatan para imam kaum muslimin nan terpercaya, yang teristiadat dijadikan panduan selanjutnya kerjakan mereka. Bukan buku-buku nan ditulis insan-orang kebingungan dan menafsirkan ayat secara akal bulus-akalan semata.
N domestik Fiqhus Sunnah tertulis:
وقال المروزي: قال أبو عبد الله يعني الامام أحمد -: عذاب القبر حق لا ينكره إلا ضال مضل.
وقال حنبل: قلت لابي عبد الله في عذاب القبر.
فقال: هذه أحاديث صحاح نؤمن بها ونقر بها، وكل ما جاء عن النبي صلى الله عليه وسلم بإسناد جيد أقررنا به، فإنا إذا لم نقر بما جاء به رسول الله صلى الله عليه وسلم.
ودفعناه ورددناه، رددنا على الله أمره قال الله تعالى: (وما آتاكم الرسول فخذوه).
قلت له: وعذاب القبر حق؟ قال: حق.
يعذبون في القبور.
قال: وسمعت أبا عبد الله يقول: نؤمن بعذاب القبر، وبمنكر ونكير، وأن العبد يسأل في قبره: ف (يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة) في القبر.
Berkata Al Marwazi (Al Maruzi); berkata Abu Abdullah merupakan Imam Ahmad: “Adzab kubur adalah etis, tidak ada yang mengingkarinya kecuali bani adam nan sesat dan menyesatkan.” Berkata Hambal: Aku bertanya kepada Tepung Abdillah (Imam Ahmad kacang Hambal) tentang azab kubur, dia menjawab: “Hadits-hadits ini ialah shahih dan kami beriman kepadanya dan menetapkan kebenarannya. Dan semua apa-segala yang datang pecah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sanad yang baik maka kami membenarkannya, sebab jika kami tidak menetapkan kebenaran apa-apa yang datang berpunca Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam maka sama namun kami menolak dan membantah perintah Allah Ta’ala: “Dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka rampas-lah.”
Saya berkata kepadanya: “Apakah adzab kubur moralistis adanya?” Dia menjawab: “Benar, individu disiksa di internal kuburnya.” Dia mengomong; Aku mendengar Abu Abdullah (Imam Ahmad) berbicara: “Kami beriman kepada adzab kubur, Munkar dan Nakir, dan sebenarnya koteng hamba akan ditanya di kuburnya. Maksud ayat “Allah meneguhkan (iman) orang-cucu adam yang beriman dengan bacot yang kukuh itu dalam hayat di dunia dan di akhirat,” yaitu di privat kubur. (Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, 1/572)
Padri Ibnu Hazm Rahimahullah berkata:
وان عذاب القبر حق ومسألة الارواح بعد الموت حق ولا يحيا أحد بعد موته إلى يوم القيامة
“Sebenarnya adzab kubur yakni bermartabat, dan ditanyanya ruh selepas mati yakni moralistis, dan tak seorang pula dihidupkan selepas matinya setakat masa yaumul.” (Imam Ibnu Hazm, Al Muhalla, 1/22)
Pater Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah merenjeng lidah:
وَذَهَبَ اِبْن حَزْم وَابْن هُبَيْرَة إِلَى أَنَّ السُّؤَال يَقَع عَلَى الرُّوح فَقَطْ مِنْ غَيْر عَوْد إِلَى الْجَسَد ، وَخَالَفَهُمْ الْجُمْهُور فَقَالُوا : تُعَاد الرُّوح إِلَى الْجَسَد أَوْ بَعْضه كَمَا ثَبَتَ فِي الْحَدِيث ، وَلَوْ كَانَ عَلَى الرُّوح فَقَطْ لَمْ يَكُنْ لِلْبَدَنِ بِذَلِكَ اِخْتِصَاص ، وَلَا يَمْنَع مِنْ ذَلِكَ كَوْن الْمَيِّت قَدْ تَتَفَرَّق أَجْزَاؤُهُ ، لِأَنَّ اللَّه قَادِر أَنْ يُعِيد الْحَيَاة إِلَى جُزْء مِنْ الْجَسَد وَيَقَع عَلَيْهِ السُّؤَال ، كَمَا هُوَ قَادِر عَلَى أَنْ يَجْمَع أَجْزَاءَهُ
“Ibnu Hazm dan Ibni Hubairah berpendapat bahwa cak bertanya intern kubur tetapi terjadi pada ruh tetapi, ia lain pula kepada jasadnya. Sekadar jumhur (mayoritas) ulama berbeda dengan mereka, jumhur mengatakan: “Ruh akan dikembalikan kepada bodi ataupun sebagiannya sebagaimana telah dikuatkan maka dari itu hadits. Sekiranya saja ruh belaka tanpa dikembalikan ke tubuh, maka hal itu harusnya mencegah terjadinya terbagi-baginya jasmani layon, karena sesungguhnya Allah Maha Mampu bagi menyamai kehidupan kepada sebagian anggota jasad dan menerimakan pertanyaan kepada mereka, sebagaimana Dia pun berkecukupan mengumpulkan lagi bagian-putaran yang telah kutung itu.” (Fathul Bari, 3/235)
Apa yang dipaparkan oleh Imam Bani Hajar ini adalah jawaban nan sangat telak bagi mereka nan mengatakan bahwa siksa kubur adalah majaz atau kiasan saja.
Wallahu A’lam.
Source: https://umma.id/article/share/id/1002/266487#:~:text=Semua%20Imam%20Ahlus%20Sunnah%20sepakat,Amin%20ya%20Rabbal%20’Alamin.
Posted by: gamadelic.com