Arti It’s Okay Not To Be Okay

Ilustrasi Dongeng Finding The Real Face by Jamsan_art. https://www.instagram.com/p/CDzJ9CzHlu9/


Drama Korea it’s okay to not be okay nan dibintangi oleh Kim Soo Hyun sebagai Moon Gang Tae dan Seo Ye Ji seumpama Ko Mun Yeong yaitu drama keluarga yang romantis, dengan sedikit unsur slasher didalamnya. Dagelan korea memang identik dengan alur cerita yang khas dan sering tak dapat ditebak. Kadang membuat para penonton tertawa terpingkal, murka, bingung, bahkan menangis sesegukan. Drama ini memiliki alur yang habis unik karena diselingi dengan cerita dongeng nan berbeda setiap episodenya.


Dikisahkan n domestik film, Ko Mun Yeong adalah koteng pengarang dan penulis cerita dongeng dengan kisah dan ilustrasi yang sadis saja punya makna yang sangat internal. Panitera aslinya Jo Yong, mengeluarkan panca pusat khayalan yang setimpal persis seperti mana dalam drama ini dengan pelukis dari Jamsan Art. Takhayul-khayalan ini singkat saja pintar cak bimbingan yang dapat membuat sidang pembaca kagum ketika selesai membacanya. Berikut sudah lalu dirangkum 5 buku khayalan karya Jo Yong dengan pelajaran berharganya:


1. “Ingatlah dan hadapi. Jika bukan dihadapi, kau cuma akan bosor makan menjadi anak kecil dengan jiwa yang lain bertumbuh.”

Ilustrasi Dongeng The Boy Who Fed on Nightmares by Jamsan_art. https://www.instagram.com/p/CByUJT7HbbY/


Kutipan diatas merupakan kuplet penutup dari buku dongengnya yang berjudul “The Boy Who Fed on Nightmares (Anak Lelaki yang Mumbung Kengerian)”. Kisahan ini mengisahkan anak laki-laki yang meminang penyihir menghapus semua kenangan buruknya dari masa lepas. Namun detik tumbuh semakin besar, anak maskulin ini sama sekali tidak bahagia, dia kemudian menyoal kepada penyihir mengapa kenangan buruknya hilang namun engkau bukan bahagia? Sang penyihir menjawab “Kenangan yang menyakitkan, kenangan akan penyesalan, kenangan saat melukai dan dilukai, kenangan saat dibuang dan kembali. Hamba allah yang bisa tumbuh bersama kenangan itu, akan menjadi lebih kuat, bersemangat, dan mudah menyamakan diri. Turunan seperti itu nan bisa mendapatkan kegembiraan. Jangan lupakan semua itu.”


2. “Ibu. Kau pesam sekali.”

Ilustrasi Dongeng Zombie Kid by Jamsan_art. https://www.instagram.com/p/CChvGkynnmf/


Kalimat itu suka-suka pada bait bungsu sendi dongeng dengan judul “Zombie Kid”. Cerita ini mengisahkan seorang ibu yang membesarkan anaknya nan ia pikir adalah zombie, sang ibu maling ternak untuk memberi anaknya makan hingga akhirnya sira harus mengorbankan tubuhnya sendiri untuk dimakan oleh anaknya. Momen sang anak memanjat jasmani ibunya, ia memeluk ibunya dan bertutur buat pertama kali dengan mengatakan sang ibu adv amat hangat.


Makna berpunca dongeng ini ialah rangkaian keluarga terlebih orang wreda dan anak sangat utama cak bagi dijaga, jangan berbicara ketika sudah tertinggal. Sejumlah orang tua bangka berpikir anaknya belaka butuh material tembolok dan kebutuhan bukan, padahal sang anak tetapi perlu kehangatan. Begitupun anak yang rakus kadang tidak memahami penolakan orang tua membahagiakannya.


3. “Karena sudah lama terikat, aku lalai cara melepaskannya”

Ilustrasi Takhayul The Cheerful Dog by Jamsan_art. https://www.instagram.com/p/CFG6P2VnpZG/


Kutipan ini cak semau pada kuplet intiha dongeng berjudul “The Cheerful Dog”. Mengisahkan seekor anjing riang yang terikat dibawah pohon rindang, dia adv amat disukai penduduk desa. Setiap siang ia dolan-main dengan semua hamba allah nan lewat, namun pada lilin lebah musim ia kesenyapan dan menangis karena tertambat dan tidak bisa melepaskan ikatannya. Satu ketika suara hati anjing itu bertanya “Kenapa lain melepaskan pertalian lehermu dan melarikan diri?” si cigak menjawab bahwa anda lupa caranya.


Kadang sifat yang mengikat diri kita membentuk kita tidak bebas dan bahagia mengamalkan sesuatu, cuma karena kita lama terikat dengan kebiasaan itu, kita histeris bagaimana mandu melepaskannya.


4. “Kau adalah kekesalan yang hanya bisa diterima dan bukan bisa berikan apapun.”

Ilustrasi Khayalan The Hand The Monkfish by Jamsan_art. https://www.instagram.com/p/CDCTTrFHsd5/


Kisah ini ada pada buku yang keempat berjudul “The Hand The Monkfish (Tangan dan Si Iwak Monkfish)”. Sebanding seperti plong buku kedua, sentral ini pula menceritakan kisah ibu dan anak. Si ibu habis mengasihi anaknya nan cantik, dia selalu menyuapi bersantap anaknya dan menyuruh anaknya sepan menyibakkan bacot saja. Ketika anaknya belajar melanglang, sang ibu berlari dan menggendongnya karena kamu plus mengasihi anaknya. Ketika sang ibu sudah lalu sepuh dan tidak kuat, ia berkata “Anakku nan kucintai, Start masa ini, tolong sediakan aku makanan.” Saja mirisnya sang anak menjawab “Ibu, aku tak punya tangan. Tanganku memasap karena tak pernah digunakan”. habis ia berkata lagi “Ibu, aku juga tidak punya kaki. Aku tak pernah berangkat tanah karena kau terus menggendongku. Belaka aku memiliki mulut yang sangat besar.” Sang ibu jadinya membuang anaknya kelaut sama dengan ikan monkfish dengan mulut besar.


Narasi ini menggambarkan anak yang bersisa gelimbir pada ayah bunda sampai tidak tau berbuat apa-barang apa detik ia dewasa. Terkadang ayah bunda yang katanya ‘mengasihi’ anaknya, keliru mengajarkan aji-aji kehidupan nan berharga cak bagi bekal anak itu di hari depannya.


5. Melihat kedua temannya menemukan jati diri, anak lelaki yang melepas kotaknya bersabda,“Aku bahagia.”

Ilustrasi Dongeng Finding The Betulan Face by Jamsan_art. https://www.instagram.com/p/CDJK1Hjni_g/


Khayalan sreg babak ragil drama ini berjudul “Finding The Real Face (Berburu Jati Diri Sebenarnya)”. Mengisahkan tiga anak; anak pertama selalu memakai masker dengan senyum palsu, anak kedua memiliki badan berbentuk jurang nihil sonder emosi, dan anak yang kepalanya terjebak internal kotak. Mereka tak bisa menunjukan ekspresi sesungguhnya karena jati diri mereka diambil oleh penyihir. Dalam perjalanan mencari jati diri yang hilang, mereka berlawan sosok-makhluk yang menambah pelajaran dalam atma mereka. Hingga akhirnya si pemakai topeng dan si tong kosong diculik oleh penyihir kedalam gaung yang sempit. Anak dengan kotak dikepala berusaha mengetanahkan dua temannya sekadar beliau harus melepaskan kotaknya agar bisa muat dalam gaung. Ketika ia melepaskan kotaknya, kedua temannya tertawa setakat topeng dan leger dibadan mereka masing-masing terlepas. Merekapun menemukan ekspresi mereka masing-masing karena terlepas dari komoditas-komoditas itu.


Pelajaran semenjak takhayul ini adalah kita terkadang plus takut untuk keluar terbit zona nyaman kita. Penulis menggambarkan barang-barang milik ketiga anak asuh itu adalah halangan yang menutupi siapa diri kita sebenarnya takhlik kita merasa tidak punya jati diri. Sementara itu selayaknya “Apa yang dirampas oleh Penyihir Jahat bukan steril diri mereka yang sesungguhnya. tapi keberanian untuk mengejar kesenangan itu.”



Pelajaran atma akan terus suka-suka tak peduli berapapun hayat kita. Meskipun semata-mata cerita dongeng, sepatutnya makna berpangkal cerita-cerita ini menjadi amanat yang berarti baik bagi semua nan membacanya.


Jika masih penasaran, sandiwara tradisional It’s Okay To Not To Be Okay dapat menjadi referensi tontonan karena masih sangat banyak pelajaran hidup yang dapat diambil. Rahasia dongeng diatas baru dijual dalam versi bahasa korea namun, jadi nonton film adalah sortiran tepat bagi fans internasional!

Source: https://kumparan.com/viane-panusi/5-makna-mengagumkan-dari-dongeng-dalam-drama-korea-its-okay-to-not-be-okay-1v07YChYvJn