Apa Yg Di Maksud Fabel

10 Contoh Narasi Fabel, Kisah Hewan yang Memiliki Banyak Wanti-wanti Moral | Bahasa Indonesia Papan bawah 7

Contoh teks fabel.

Meski termuat narasi fiksi, ternyata fabel punya segudang pesan tata susila, lho! Yuk, simak beberapa kamil cerita fabel singkat berikut ini!

Sejak katai, ia karuan rajin dibacakan narasi atau mengaji sendiri kisahan anak-anak dengan pencetus dabat. Beberapa kisah hewan ini hingga sekarang masih teringat di benakmu, termasuk cerita si Kancil, Labi-labi, Kera yang rakus, alias kisah
Tiga Babi Kecil.
Nah,
tahukah kamu kalau cerita binatang yang kamu tahu itu disebut dengan fabel?

Fabel secara etimologis berasal berpokok bahasa latin
fabulat. Fabel merupakan cerita mengenai hidup hewan yang berkarakter selayaknya khalayak pada lazimnya, sebagai halnya dapat berbicara, berpikir, sebatas berpakaian. Oleh karena itu, fabel termuat kerumahtanggaan cerita fiksi.

Meski demikian, fabel tidak sepenuhnya dikategorikan bak cerita rekaan belaka, loh! Hmm … kenapa, ya? Karena karya sastra sendiri ‘kan kerangka representasi kehidupan manusia.

Jadi, sudah pasti kisahannya pun merupakan implementasi berpangkal kehidupan basyar sehari-hari, baik itu aktivitasnya maupun paradigma pikir khalayak sehingga lain jarang beberapa karakter khalayak cinta kelihatan dalam kisah-kisah fabel.

Baca juga: Memahami Pengertian dan Unsur-Anasir Teks Kisahan Fantasi

Misalnya, induk bala hewan dalam fabel memiliki karakter positif identik digambarkan suka menolong, pelalah, etis, dan andal, sedangkan dedengkot fauna berkarakter negatif pantas tangan, culas, sampai sok. Dengan demikian, boleh disimpulkan sekiranya fabel itu karya fiksi yang menggambarkan kehidupan manusia, hanya tokohnya binatang.

Dengan membaca cerita fabel, kamu dapat belajar memahami rasam dan fiil makhluk-bani adam di sekitarmu. Cerita fabel dapat dijadikan media nan potensial buat menggali nilai-nilai moral dan dipraktikkan n domestik kehidupan karena memiliki segudang pesan moral nan boleh diambil sisi positifnya maka itu pembaca.

Maka dari itu sebab itu, ‘tak heran seandainya fabel pun kerap disebut laksana narasi budi pekerti karena pesan-pesan di dalam ceritanya. Kamu seorang bisa
loh, belajar dan mencontoh karakter yang baik semenjak tokoh-biang kerok dabat yang tergambar dalam narasi fabel ini, tandingan-teman.

Ciri-ciri fabel

Contoh Cerita Fabel Ringkas

Nah,
pasca- mengetahui apa itu fabel dan ciri-cirinya, saatnya sira adv pernah sejumlah contoh cerita fabel singkat dan pesan adab nan dapat diambil.
Yuk,
dibaca kisah para sato berikut ini!

1. Pola kisah fabel adapun Belalang Sembah

Walang Puja

Suatu tahun di sebuah huma berpangku tangan, tinggalah keluarga Semut nan jumlah anggotanya lalu banyak. Semut ini membangun sarangnya berasal daun-daun yang direkatkan menggunakan cairan, seperti lem yang mereka keluarkan terbit mulut. Para Semut melihat bahwa perian gugur akan buru-buru berlalu dan musim dingin yang cukup tataran akan segera nomplok. Detik musim tawar rasa ki gua garba akan sangat sulit didapatkan maka para Semut itu segera mengejar berbagai tembolok cak bagi mereka kumpulkan ibarat sasaran persediaan momen perian dingin tiba.

Berbeda halnya dengan seekor Belalang Sembah, Walang Sembah memiliki mata nan besar dan tangan nan panjang. Mereka selalu hidup di pohon-tumbuhan begitu juga halnya para Semut. Ketika musim campah akan start, Belalang Puja hanya membiasakan ibing saban hari.

Sang Walang tengung-tenging bahwa dia harus mengumpulkan makanan untuk persiapannya menghadapi perian adem.

Baca juga: Kisahan Fabel & Mite: Pengertian, Ciri, dan Eksemplar

Suatu periode sang Belalang Khidmat menari di intim sarang Semut. Beliau goyang pinggul dengan sangat anggun. Kampanye tangan dan badannya nan tanah lapang dan lembut takhlik tariannya terpandang lewat prestisius. Para Semut melihat sang Belalang Hormat meronggeng, tetapi mereka tidak menggubris dansa indahnya itu karena mereka memiliki tugas yang sangat penting.

Si Walang yang menengah goyang badan mengaram para Semut melanglang dengan mengirimkan makanan kerjakan dibawa ke sarangnya. Sang Walang Sembah heran dengan apa nan dilakukan Semut lalu beliau menyoal kepada salah satu Semut tentara yang sedang tanggang di dekat para Semut pekerja.

“Kenapa kalian membawa makanan yang dulu banyak itu masuk ke sarang kalian?” sang Semut menjawab, “Kami melakukannya agar kami enggak kelaparan saat hari dingin tiba.” Suntuk sang Walang terkinjat, “Musim dingin?” kata sang Belalang Sembah dengan kagetnya, “tenang aja masih lama, makin baik kita bersenang-senang saja dulu,” kata sang Belalang. Semut tak menghiraukan Belalang. Semut kukuh tekun mengumpulkan makanan.

Musim dingin start. Belalang belum sempat mengumpulkan makanan karena sibuk menari. Walang kelaparan dan lari ke rumah Semut. Ia meminta nafkah kepada Semut. Semut awalnya lain mau memberikan makanannya karena bersimbah kehabisan. Akan tetapi, melihat walang lemas kelaparan, Semut tidak tega dan memberikan makanannya kepada Belalang. Walang juga lagi sehat dan dia berjanji untuk bisa mengelola tahun dengan baik sehingga tidak berakibat buruk. Kala nanti adalah milik setiap orang. Maka setiap orang perlu menyiagakan musim depannya dengan berusaha. Enggak hanya menikmati kesenangan di musim sekarang sonder ki memenungkan masa depan.

Pesan Moral: Kelola waktu dengan baik cak bagi mempersiapkan waktu depan. Tidak ada yang menjamin kesulitan tidak akan nomplok, jangan menyia-nyiakan waktu hanya untuk bersenang-suka.

2. Contoh cerita fabel tentang Persaudaraan

Sesama Ari-ari Harus Berbagi

Suatu pagi sani dengan matahari nan binar, Pak Gaek Kijang mengunjungi kediaman anak bini Pip si Bajing di sebuah desa.

“Pagi, Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip. “Kemarin, keponakanku mengunjungiku. Anda mendayukan maka dari itu-maka dari itu yang layak banyak. Aku ingin membaginya buat para sahabatku. Ini polong kenari spesifik bagi keluargamu.”

“Terima kasih, Selongsong Tua Rusa,” ujar Ibu Pip.

Sepeninggal Pak Tua Rusa, Ibu Pip turut ke n domestik rumah dan memanggil anak asuh-anaknya. “Anak asuh-anak, tatap kita mempunyai segala? Kalian harus membaginya proporsional rata, ya.”

“Asyiiik,” girang Pip dan adik-adiknya.

“Ibu taruh sini, ya.”

Sehabis itu, Ibu Bajing mencampuri rumah kediamannya. Provisional itu, adik-adik Pip cak hendak mencicipi kacang itu.

“Ini aku bagi,” kata Pip.

Dari sepuluh butir kedelai, sira memberi adiknya per dua butir.

“Ini sisanya untukku, aku ‘teko paling segara.”

“Tapiii … Ibu ‘centung pesan buat membagi rata,” kata Titu, salah satu adik kembar Pip (diiringi tangis Puti) kembar satunya.

Mendengar tangisan Puti, Ibu Pip keluar dan menanya. Sambil terisak, Puti mengobrolkan ketamakan kakaknya. “Tak dapat begitu, Pip. Ibu tadi sudah bilang segala,” tegur ibu Pip.

“Engkau tidak bisa serakah.”

“Tapi Buuu, aku ‘kan lebih besar. Perutku juga lebih besar,” sanggah Pip.

Ibu Pip berpikir sejenak, “Baiklah, Pip. Kamu memang bertambah besar. Kebutuhan makanmu juga makin banyak. Tapi, takdirnya cuma menurutkan kedahagaan dan alat pencernaan, kita akan selalu merasa tidak sepan.”

“Seandainya seperti itu, Ibu saja nan membagi, ya? Memang enggak akan memuaskan semuanya. Ini, Ibu beri empat untukmu, Pip, karena kau lebih besar dan si Kembar kalian saban mendapat tiga.”

“Kalian harus mau berbagi ya, anak-anak walaupun menurut kalian kurang, ini ialah alat pencernaan nan harus disyukuri,” lanjut Ibu Pip.

“Berguna enak dong, Bu, jadi momongan nan makin besar. Cak acap berbahagia lebih banyak,” iri Puti.

“Ya, tapi perbedaannya ‘tidak terlalu banyak, kan? Lagipula kakakmu memiliki tugas yang lebih banyak darimu. Beliau harus menggapil kondominium dan mengejar makan. Apa kau mau bertukar tugas dengan Kak Pip?” soal Ibunya.

Puti dan Titu membayangkan tugas-tugas Pip. Lalu mereka kompak menggeleng.

“Nah, begitu. Sesama saudara harus berbaik ya, harus berbagi. Jangan bertengkar hanya karena masalah sepele,” alas kata Ibu Pip. “Iya, Bu,” angguk Pip.

“Yuk, kita makan kacangnya bersama,” anjing hutan Pip pada kedua adiknya. Ibu Pip tersenyum meluluk anak-anaknya kembali akur.

Pesan Moral: Jangan serakah dan harus mengingat orang tidak. Selain itu, dengan plasenta juga harus damai dan silih berbagi.

Baca Juga: Mempelajari Struktur, Teknik Menulis, dan Paradigma Fabel

3. Acuan cerita fabel tentang Saling Menghargai Perbedaan

Semua Istimewa

Ulu, seekor Katak Bau kencur, menengah berdiri di pinggir tebat. Perian itu langit sangat palsu dan musim seperti itulah nan Ulu sukai. Lain lama kemudian, air tiba menetes perlahan-lahan dari angkasa.

“Hujan angin mutakadim tiba!” Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai meratus sambil meloncat-lompat mengitari empang. Ia melihat Semut yang mungil medium berteduh di balik bunga matahari.

“Wahai Semut, hujan angin telah tiba jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada Semut yang madya berusaha keras menghindari tetesan air hujan angin.

Semut menyentak napas dan menatap Ulu dalam-dalam, “Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Ia tatap betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke bendungan! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh,” sahut Semut.

“Maka dari itu Semut, kau harus belajar berenang! Aku sejak masih berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu suntuk mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke pantat sebagaimana ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.”

Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan Semut.

Semut semata-mata bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak bisa berenang karena ia melanglang. Ulu kembali berseru, “Hujan mutakadim menginjak! Hujan abu telah berangkat! Oh, hai Iwak! Aku terlampau suka dengan hujan abu, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan nan menengah berenang di intern kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berkata kepada Ulu.

“Aku tidak boleh merasakan hujan, Ulu. Lihatlah, aku tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku dapat menikmati hujan angin seperti kamu, Ulu?” Lauk pun kembali bergulunggulung di dalam tebat.

“Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Kalau kamu seperti aku, dapat sukma di privat dua dunia, darat dan air, bisa jadi kamu akan bisa merasakan kegembiraan ini. Nikmati saja air kolammu, sebab beliau tidak akan boleh pernah merasakan rintikan hujan di badanmu!”

Apa yang Ulu katakan suntuk menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke sisi tubuhnya yang bersisik, lalu menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan nan bersedih hati kembali berenang menyingkir Ulu ke sisi kolam yang tidak. Ulu pun sekali lagi melompat-loncat di sekitar tebat dan pula bersenandung.

Saat Ulu mulai di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan tanaman dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung lagi sama seperti mana Semut dan Ikan yang tidak boleh menikmati hujan.

“Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan angin? Apakah engkau takut bulumu basah? Atau apakah kamu ngeri tenggelam ke dalam empang seperti Semut? Ataukah memang engkau tak bisa menikmati indahnya hujan sebagai halnya Ikan?” Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.

Burung menatap ke sisi Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?” Ulu kekhawatiran.

“Apa maksudmu Burung?”

“Apakah kau bisa memanjat menanjak kemari, Ulu?”

“Barang apa yang kau maksud Burung? Tentu sahaja aku tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya. Ulu menyesal memiliki kaki yang ringkas sehingga lain boleh kacau.

“Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Si Penggarap membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak boleh berenang sepertimu dan Ikan, tetapi aku boleh galau mengitari angkasa.

Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah nan kumaksud Ulu, kita masing-masing punya kelebihan sendiri. Semut bukan bisa berenang sepertimu, cuma ia boleh menyusup ke bekas-tempat kecil nan tidak dapat kau lewati. Ikan bukan dapat meloncat-lompat sepertimu, tetapi dia bernapas di pangkal air. Kamu tak hendaknya menghina mereka!”

Ulu berangkat menyadari bahwa tindakannya keseleo. Mengendap-endap Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak etis. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina tampin-temannya.

“Maafkan aku, Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka.

“Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku mutakadim menyinggung perasaanmu.”

Sejak momen itu, Ulu start menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya pula.

Pesan Moral: Tuhan telah menciptakan makhluk dengan kemustajaban dan kekurangannya. Jangan memusnahi hati dengan tuturan nan menyakitkan, pada hasilnya orang-sosok tak akan cak hendak berteman.

4. Contoh cerita fabel adapun Gajah yang Baik Lever

Gajah nan Baik Hati

Siang hari itu suasana di pangan sangat terik. Wadah terlampau si Pelanduk, Gajah, dan hewan lainnya seakan terbakar. Bengkunang kerinduan serempak terus berjalan mencari air.

Di tengah pertualangan anda meluluk kolam air yang sangat jernih. Sonder pikir hierarki dia langsung ki angkat ke dalam tambak. Tindakan Kancil sangat ceroboh, dia enggak nanang bagaimana kaidah ke atas. Beberapa barangkali Bengkunang mencoba lakukan memanjat, tetapi ia tidak bisa setakat ke atas. Si Napuh bukan boleh berbuat segala-barang apa. Ia hanya berteriak mempersunting sokong.

Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh sang Gajah nan kebetulan melewati gelanggang itu. ‘’Hai, boleh jadi yang cak semau di kolam itu?’’

‘’Aku … Si Bengkunang, sahabatmu.’’

Kancil terdiam sesaat, mencari akal bulus agar Gajah mau menolongnya, “Bantu aku menyanggang ikan ini.’’

“Yang benar kau mendapat iwak?’’

“Bener … ter-hormat! Aku mendapatkan ikan yang sangat besar.’’

Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia terban ke asal dengan mudah tetapi bagaimana jika naiknya jemah.

“Kau mau memanfaatkanku ya, Cil? Kau akan menipuku untuk kepentingan dan keselamatanmu?’’ pertanyaan Gajah.

Kancil hanya terdiam, “Sekali-bisa jadi kamu harus diberi cak bimbingan,’’ kata Gajah serempak menyingkir tempat itu. Gajah lain mendengarkan tempik Kancil. Ia mulai terbang semangat.

Semakin lama fertil di tempat itu, Kancil mulai merasa kedinginan. Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.

“Aduh gawat! Aku mendalam akan normatif di ajang ini,” dia nanang apakah ini karma karena engkau burung laut menjaili teman-temannya.

Tidak lama kemudian, mendadak Gajah muncul sekali lagi.. Kancil meminta sokong kembali.

“Bantu aku, aku bertaki tidak akan jail lagi.”

“Janji?” Gajah menekankan.

“Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan bertaki enggak akan menghelah, jahil, iseng dan merugikan binatang lain?’’

“Benar Pak Gajah, saya etis-benar bertaki.’’ Gajah mengulurkan belalainya yang panjang untuk mengait Kancil dan mengangkatnya ke atas.

“Syukur, Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini” sebut kancil saat sudah sebatas di atas.

Sejak itu, Kancil menjadi binatang nan lampau baik. Sira tidak pun berbuat iseng seperti nan pernah ia lakukan sreg binatang enggak. Memang kita harus berhati-hati kalau berlaku. Jikalau tidak hati-hati akan celaka. Seandainya kita hati-hati kita akan selamat. Malar-malar boleh menyelamatkan orang lain.

Pesan Moral: Kita harus kulimat saat berwatak agar selamat, dan bisa menyelamatkan orang lain.


5. Cermin narasi fabel adapun Kejujuran


Kuda Bersisik Harimau

Seekor Kuda sedang melanglang bersumber sebuah tegal garai menuju sebuah jenggala yang lebat. Kuda itu telah puas memakan gandum nan ada di ladang itu. Dia terbantah gembira karena tak cak semau petani gandum yang menjaga ladangnya.

Detik beliau menuju pangan lebat, di tengah kronologi Kuda itu melihat sesuatu, “Itu seperti jangat Harimau,” gumam Jaran itu. Kuda itu lalu mendekatinya dan ternyata memang bermartabat apa yang dilihatnya adalah kulit Macan yang bukan sengaja ditinggalkan maka dari itu para pemburu Harimau. Kuda itu mencoba memakai kulit Harimau itu, “Walah, kebetulan sekali, kulit Harimau ini sangat pas di tubuhku. Apa nan akan kulakukan dengannya, ya?”

Terlintaslah di benak Aswa itu untuk menakuti binatang-binatang wana yang melangkaui dirinya. “Aku harus segera bersembunyi. Tempat itu harus gelap dan sering dilalui oleh binatang hutan. Di mana ya?” pertanyaan Kuda relung hati sambil mengejar tempat nan cocok. Kesannya, dia menemukan semak-semak yang cukup palsu buat bersembunyi, silam masuk ke dalamnya dengan menggunakan kulit Harimau. Tak lama kemudian, beberapa Domba gunung berjalan ke arahnya. Kuda itu menggumam bahwa Biri-biri-kambing arab itu cocok dijadikan alamat empuk kejahilannya.

Ketika Biri-biri-kambing kibas itu melewatinya, Aswa itu melompat ke arah mereka sehingga rompeng Domba-domba itu kalang-kabut culik diri. Mereka berdiri dengan kulit Harimau nan dikenakan Kuda itu. “Tolong, ada Maung! Lari, cepat lari!” teriak salah satu Domba. Kuda itu tertawa terbahak-bercekakan mematamatai Domba-domba itu berhamburan berlari.

Setelah itu, Kuda segera kembali bersembunyi di intern samun-semak. Kamu menunggu hewan lain cak bertengger melintasi semak-semak itu. “Ah, ada Kuda air menentang kemari, tapi lambat betul geraknya. Biarlah, aku makara boleh bertambah lama bersiap-siap melompat!” kata Kuda itu relung hati. Tibalah saat Kuda itu meloncat ke arah Tapir itu, ia terkejut dan lari tunggang-langgang menjauhi Kuda yang memakai alat peraba Harimau itu. Kuda itu kembali ke samun-samun sambil bersorak penuh kemenangan di dalam hatinya.

Kali ini, Kuda itu menunggu lebih lama berpokok galibnya, semata-mata hal itu tidak membuatnya bosan. Tiba-tiba, seekor Kucing Hutan berlari sambil membawa seekor Tikus di mulutnya. Kucing itu enggak melewati belukar-semak, Kucing Rimba itu duduk menyantap Tikus yang beliau tangkap di dekat pohon besar.

“Ah, ternyata Kucing itu tak melewati samun-semak ini. Biarlah aku membuatnya kaget di sana,” alas kata Aswa itu dalam lever. Kuda itu lagi keluar bermula semak-semak dan berjalan pilih-pilih mendekati Kucing Hutan. Saat jaraknya sudah dahulu dekat dengan Kucing Alas, Kuda itu menggeru sebagaimana halnya seekor Harimau, tetapi dia tidak sadar bahwa bukannya mengaum, sira malah meringkik. Mendengar suara itu, Meong Wana menoleh ke birit dan melihat seekor Kuda berjangat Harimau. Sesaat, Kucing Rimba itu siap-siap mengambil persiapan sewu, hanya sira justru tertawa terbahak-terkakah-kakah cak sambil berkata, “Saat aku melihatmu memakai kulit Maung itu, aku karuan akan lari ketakutan, tapi rupanya suaramu itu ringkikan Kuda, jadi aku tidak takut, hahaha!” Meong Hutan itu juga mengomong kepada Kuda bahwa sampai bilamana pun, celaan ringkiknya tidak akan dapat berubah jadi auman.

“Kuda Berkulit Harimau” itu melambangkan bahwa sepandai-pandainya orang berpura-kantung, suatu saat akan terbongkar sekali lagi kepura-puraannya itu. Kejujuran merupakan sikap nan paling indah di dunia ini.

Wanti-wanti Kesusilaan: Sepandai-pandainya orang berpura-jaring-jaring, maka akan terbongkar juga. Keterbukaan merupakan sikap yang utama.

6. Contoh cerita fabel tentang Cici dan Serigala

Cici dan Serigala

Senja itu tiga kelinci kecil, Cici, Pusi, dan Upi bermain bersama di hutan. Menginjak-tiba Cici melihat sesuatu rebahan intern bungkus plastik.

“Hai Jodoh-oponen … lihatlah! Cici berteriak sambil menunjuk ke arah bungkusan plastik. “Walah … kandungan teman-teman.” teriak Upi. “Asyik! sore ini kita makan eco.” Pusi bersorak kegirangan. Cici mencoket kue itu, membuka bungkusnya dan tercium aroma harum dari kue itu. Tiba-tiba muncul niat liciknya.

“Ah … kue ini tentu sedap sekali apalagi jika ku makan sendiri minus berbagi dengan mereka,” gumamnya privat hati.

“Antiwirawan-teman sepertinya kue ini bekal Cangkang Tukang Kayu yang sering ke hutan ini, kelihatannya dia baru saja ke sini  dan belum pergi plus jauh. bagaimana jika kususulkan  kue ini, bukankah menolong orang juga polah sani?” Cici meyakinkan temannya.

Raut tawar hati tergambar di durja Upi dan Pusi, mereka gagal makan kue nan beraroma gurih itu. Cici berlari menjauhi temannya dan memakan kue itu sendiri. Mulai-menginjak … buukk!! “Aaahhgg … tolooong …” Cici menjerit persisten.

Seekor Serigala muncul dari pesong samun dan refleks merangkam tubuh kecil Cici. Cici pun menangis dan terus berteriak mohon tolong. Cici pun mengadon otak berburu cara, bagaimana agar ia bisa independen berpangkal cengkaman Jakal itu. Akhirnya, ia mendapatkan ide.

“Pak ajak, aku punya dua teman di sana. Bagaimana jika mereka kujemput ke sini, supaya beliau boleh makan makin banyak lagi?” Cici berusaha mengelabui Serigala itu.

“Baiklah, taajul panggil mereka, tapi aku harus turut di belakangmu,” jawab Serigala. “Alun-alun-pelan saja ya, jalanmu, kendati mereka tidak mendengar langkah kakimu. Aku sano mereka akan lari ketakutan.”

Cici pun berlari ke arah kebalikan-temannya yang ditinggalkan tadi. Sementara Serigala mengikutinya dengan langkah pelan. Menyadari hal itu, Cici berlari sekuat tenaga sedarun terkadang memanggil temannya.

“Ups …!” suku Cici seketika terasa ada nan menarik. Ia pun menjerit dan lebih-lebih bukan berani menyibakkan mata.

“Jangan Pak Ajak … jangan makan aku, ampuni aku..”

“Sst … ini aku Ci, bukalah matamu, ini Upi dan Pusi.”

“Marilah cepat Ci!” dengan rasa kebersamaan mereka kembali akhirnya selamat. Berasimilasi mereka tersengal-sengal, keringat mereka bercucuran. Cici menangis tersedu-sedu.

“Hik … hik … maafkan aku teman-rival, aku bersalah puas kalian. Aku mutakadim berbohong.” Cici akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Temannya tidak berang malah membencinya. Cici pun berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

“Ambillah Cici,  kami memaafkanmu,” pembukaan Pusi dengan bijak. “Terima anugerah kawan, aku janji tidak akan mengulanginya lagi,” jawab Cici dengan tulus.

Menurutmu, apa pesan moral nan kamu bisa rampas dari cerita fabel “Cici dan Ajak” tersebut? Coba tulis di rubrik komentar,
ya!

7. Konseptual cerita fabel tentang Semut dan Merpati

Persahabatan Semut dan Merpati

Suatu hari, seekor merpati melihat ada seekor semut yang terduduk ke sungai. Semut itu berjuang sangat persisten untuk berenang supaya lain terbenam. Melihat hal itu, Merpati tak hanya sengap saja. Anda segera memetik sehelai daun di atas pohon dan dijatuhkannya ke atas sungai dekat dengan posisi semut yang hampir tenggelam.

“Semut, cepat berenang dan naiklah ke atas daun ini!” teriak Merpati.

Semut lantas berenang mengarah patera dan naik di atasnya. Semut karenanya selamat dan tidak terbenam di sungai.

“Cak dapat karunia, Merpati! Kau telah menyelamatkan nyawaku!” ucap Semut.

“Sama-sama, Semut!” sebut Merpati.

Sejak saat itu, Semut dan Merpati kembali menjadi sahabat.

Bilang hari berikutnya, Semut yang sedang berjalan melihat sahabatnya, Sang Merpati, medium cemas dan hinggap di atas ranting pohon. Mendadak, datang seorang pemburu yang sedarun menodongkan senapannya kepada Merpati. Semut yang ingin menyelamatkan Merpati, langsung menggigit kaki Si Pemburu. Pemburu tersebut kesakitan dan senapannya pun menembak melesat jauh pecah Merpati. Merpati yang terkesiap langsung terbang dan mengaram sahabatnya Semut yang sedang menggigit kaki Pemburu. Merpati pun selamat mulai sejak bidikan pemburu.

Kemudian, Merpati berucap, “Terima kasih ya, Semut! Kau sudah menyelamatkan nyawaku!”

Semut pula menjawab, “Songsong kasih lagi, Merpati!”

Pesan Moral: Berbuat baiklah kepada sesama dan biasakan sikap tolong-menolong antar sesama. Polah yang baik pasti akan mendapat balasan nan baik pula.

8. Abstrak cerita fabel mengenai Rubah dan Gagak

Rubah dan Gaok

Suatu hari, di privat pangan, ada seekor rubah yang melihat seekor burung dandang sedang terbang dengan separuh daging di paruhnya. Sang Gagak lantas bertengger di dahan tanaman. Rubah nan sejak pagi belum makan, ingin sekali mendapatkan daging tersebut. Ia pun berjalan mencecah pangkal pohon yang terkena Burung dandang tadi.

“Selamat siang, Nyonya Dendang yang rupawan,” serunya. “Betapa mempesonanya penampilanmu hari ini. Matamu tampak cerah, paruhmu tulus dan bulumu berkilau.”

Mendengar pujian itu, Gagak berganti ke pangkal. Senang sekali engkau mendapati Rubah semenjana mengaguminya di sana. Melihat reaksi Gagak, Rubah meneruskan rencananya. Ia memuji Gagak lebih jauh lagi.

“Melihat penampilanmu yang luar halal, aku yakin suaramu karuan melebihi suara titit bukan di hutan ini. Biarkanlah aku mendengar satu lagu darimu, Nyonya Gagak. Karuan akan terdengar sangat merdu!” tutur Rubah.

Merasa tersanjung, Gagak mengangkat kepalanya dan bersiap membuka suara. Beliau tengung-tenging, suka-suka daging di paruhnya. Rajangan daging nan jatuh ke tanah lekas diambil makanya rubah, sementara Burung dandang terus sekadar bernyanyi.

Detik engkau radu berkicau dan Rubah sudah jauh pergi, Burung dandang bau kencur menyadari apa nan mutakadim terjadi. Anda menyesal, sudah lalu lengah hanya karena dipuji.

Pesan Kesopansantunan: Kita perlu untuk beraksi waspada dan tidak lengah, karena bisa saja terserah pihak nan ingin menjeput keuntungan atau mencelakai diri kita.

9. Pola cerita fabel tentang Kucing tupai dan Kura-kura

Lomba Lari Kelinci dan Kura-Kura

Zaman kuno, hidup lah seekor terwelu. Kelinci bisa berlari dengan terlampau cepat. Kamu bangga dengan keahliannya itu. Suatu tahun, Kelinci melihat Kura-kura nan berjalan sangat lambat. Melihat betapa lambatnya Kura-Kura bepergian, Kelinci pun menertawakan Kura-Kura dan mengomong, “Kamu berjalan lewat lambat ya, Kura-Kura! Hahaha..”

Mendengar hal itu, Kambar-Kura pula menimpali, “Rupanya sira dulu bangga dengan kecepatanmu, ya, Kelinci. Bagaimana kalau kita berlomba dan kita lihat boleh jadi yang sebenarnya bisa lari lebih cepat?”

“Lomba lari? Denganmu? Tentu saja aku yang akan unggul!” ucap Terwelu dengan sombongnya.

Keesokan harinya, Kelinci dan Kura-Katung lagi berlomba. Seluruh hewan di hutan turut berkumpul cak bagi menonton kompetisi itu.

Kompetisi pun dimulai. Seperti presumsi, Kelinci langsung berlari sangat cepat, meninggalkan Penyu-Kambar nan berjalan lambat di pinggul. Meskipun tersisa jauh, Lelabi patuh berusaha bikin berlari.

Sehabis sejumlah saat, Kelinci berbalik kerjakan mengawasi di mana Kura-Kura berada. Ternyata, Kura-Kura melanglang sangat lambat dan bernas jauh di belakangnya.

“Kura-Kura akan zakar waktu sangat lama bagi mendekatiku,” pikir Kelinci. Kelinci pun mengakhirkan lakukan istirahat sejurus di bawah pokok kayu. Teduhnya pokok kayu nan rindang membuat Kelinci jadi mengantuk. Akhirnya, Kucing tupai sekali lagi tertidur di bawah pohon tersebut.

Beberapa saat kemudian, Lelabi berbuntut setakat di tutul di mana Kelinci terpicing pulas di bawah tumbuhan. Melihat Kelinci yang tertidur pulas, Kura-Kura berusaha berlari sonder menimbulkan suara miring seharusnya Kelinci tidak terbangun. Perlahan tapi tentu, Kura-kura pula berbuntut melalui Kucing tupai yang konsisten terpejamkan pulas.

Momen Terwelu risikonya terbangun, engkau tersentak mengintai Kura-Katung mutakadim sangat erat dengan garis
finish. Kelinci pun segera angot dan berlari dengan kencang.

Doang, usaha Kelinci ternyata batil. Kura-Katung yang telah lebih sanding dengan garis
finish
akhirnya berhasil memenangkan kejuaraan. Kelinci silam tawar hati. Seluruh fauna di hutan pun mengakuri bahwa pemenang lomba lari tersebut yakni Kura-Kura nan taat berusaha dengan gigih sebatas garis pengunci.

Pesan Moral: Kita enggak bisa sombong dan meremehkan orang lain hanya karena kita memiliki kemampuan yang makin baik berusul mereka karena lega jadinya, gerakan keras dan kegigihan lah yang berpunya membawa kita cenderung kesuksesan.

10. Hipotetis cerita fabel tentang Dendang nan Cerdik

Gagak yang Lanjut akal

Di suatu siang yang sukar, seekor burung gagak merasa adv amat kehausan. Sekonyongkonyong, saat ia terbang, ia mematamatai ada sebuah morong yang berisi tekor air di sebuah tegal. Ia pun segera jebluk lakukan meminum air di dalam teko tersebut.

Setelah melihat ke dalam teko, ternyata paruh Gagak tidak bisa menjangkau air di dalamnya. Ia pun berpikir dalam-dalam dan berusaha mengejar cara agar boleh meminum air di intern cerek tersebut.

Setelah berpikir, Dendang pun mendapat ide bagi memasukkan beberapa kelikir ke dalam teko satu demi suatu. Usahanya juga berhasil manis. Air di dalam teko perlahan naik ke permukaan dan Gagak kembali dapat dengan mudah untuk meminum air tersebut. Burung dandang sekali lagi sudah tak kehausan lagi setelah berakibat meminum air di teko tersebut.

Pesan Etik: Kita harus bisa nanang kreatif buat mengejar solusi saat menghadapi kesulitan.

Seru ‘kan cerita fabel singkat yang sudah lalu sira baca tadi? Kisah para hewan tersebut memberikan banyak pesan etik yang bisa diambil lakukan diterapkan dalam spirit sehari-hari. Semoga kisah-kisah fabel nan telah dia baca menginspirasi kamu jadi lebih giat belajar juga,
ya!
Yuk
belajar menyerentakkan

ruangbelajar

buat belajar materi-materi baru!





ruangbelajar


Wacana:

Noktah, Harsiati dkk. 2022. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Diakses 15 Februari 2022.

Kumpulan Khayalan Cerita Fabel Anak Terbaik Bumi Dengan Wanti-wanti Kesusilaan [Daring]. Tautan:
Koleksi Cerita Dongeng Fabel Anak Terbaik Mayapada Dengan Wanti-wanti Tata susila (dongengceritarakyat.com)
Diakses pada 15 Februari 2022.

Sumber foto:

“Si Kancil dan Buaya” – Free stories online. Create books for kids | StoryJumper

Profile

Dinda Silviana Haur

Source: https://www.ruangguru.com/blog/contoh-cerita-fabel

Posted by: gamadelic.com