Alat Musik Angklung Dari Daerah

Angklung
ᮃᮀᮊᮣᮥᮀ

Angklung terdiri dari tiga bagian utama; Tabung suara (tabung sora), Tabung dasar (tabung dasar) dan rangka (raraga)

Angklung terdiri bermula tiga bagian utama; Tabung kritik (tabung sora), Tabung sumber akar (silinder dasar) dan rangka (raraga)

Klasifikasi Alat musik perkusi
Klasifikasi Hornbostel-Sachs 111.232
(Idiofon silinder)
Pencipta Suku Sunda
Instrumen terkait

Arumba

Pereka cipta

Tungkai Sunda

Angklung

Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Angklung (2315119130).jpg

Angklung terdaftar dan diakui sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia yang pecah dari Indonesia oleh UNESCO.


Negara Indonesia
Kriteria Traditional
Referensi 393
Kawasan Asia dan Pasifik
Memori Inskripsi
Inskripsi 2010 (sesi ke-5)
Daftar Representatif
Unesco Cultural Heritage logo.svg

Angklung (bahasa Inggris:


Angklung


dan bahasa Sunda:


ᮃᮀᮊᮣᮥᮀ

) yaitu alat musik Indonesia yang terdiri dari dua sampai empat bumbung bambu nan digantung internal rangka bambu, diikat dengan kerawat. Tabung kemudian dipangkas dan dipotong dengan hati-lever oleh koteng pengrajin ahli untuk menghasilkan irama tertentu ketika rang bambu diguncang atau diketuk.

Angklung
(Aksara Sunda Baku:
ᮃᮀᮊᮣᮥᮀ) yakni perabot nada multitonal (bernada ganda) nan berkembang dari publik Sunda. Perkakas nada ini dibuat berpokok awi, dibunyikan dengan cara digoyangkan (obstulen disebabkan maka itu benturan tubuh pipa awi) sehingga menghasilkan obstulen yang bergetar kerumahtanggaan susunan irama 2, 3, sampai 4 nada kerumahtanggaan setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Dictionary of the Sunda Language
karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung yakni perkakas nada nan terbuat dari pipa-pipa buluh yang dipotong ujung-ujungnya menyerupai pipa-pipa dalam suatu radas, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan kerjakan menghasilkan obstulen.

Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Sosok berusul UNESCO sejak November 2022.[1]

Sumber akar-usul angklung

[sunting
|
sunting sumber]

Anak-anak Sunda bermain angklung di semula abad ke-20.

Lain ada petunjuk akan sejak bilamana angklung digunakan, tetapi diduga kerangka primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.

Catatan mengenai angklung yang mentah unjuk merujuk plong tahun Kekaisaran Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya nada bambu seperti angklung berdasar lega pandangan semangat awam Sunda yang agraris dengan sumber semangat dari gabah (paré) sebagai nafkah pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Peri Padi pemberi hidup (hirup-hurip).[2]
Umum Badui, yang dianggap sebagai serpihan masyarakat Sunda suci, menerapkan angklung sebagai bagian berpokok ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah keseleo satu yang masih semangat sejak lebih terbit 400 waktu lampau. Kemunculannya berawal dari ritus pari. Angklung diciptakan dan dimainkan kerjakan memelet Dewi Sri turun ke marcapada agar tanaman padi rakyat bertaruk subur.

Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai peranti musik tersebut yaitu bambu hitam (awi wulung) dan bambu ater (awi temen), yang takdirnya mengering berwarna kuning jirian. Tiap nada dihasilkan dari obstulen tabung bambunya nan berbentuk bilah tiap ruas bambu berbunga ukuran kecil sampai besar.

Di antara fungsi angklung yang dikenal oleh mahajana Sunda sejak masa kekaisaran Sunda adalah seumpama penggugah roh dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa nyawa rakyat masih terus terasa sampai plong masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda tahu melarang masyarakat menggunakan angklung. Pelarangan itu sempat membentuk popularitas angklung menurun dan belaka dimainkan makanya anak-anak pada masa itu.
[butuh rujukan]

Lebih jauh, lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-layon aur yang dikemas sederhana, dan kemudian lahirlah struktur instrumen musik aur yang kita kenal masa ini bernama angklung. Demikian pula pada saat makan besar panen dan
Seren Endemi
dipersembahkan permainan angklung. Pada penyajian angklung nan berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan, sampai-sampai di sebagian medan menjadi iring-iringan Rengkong, Dongdang, dan Jampana (usungan jenggala) pun sebagainya.

Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan memencar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatra. Pada 1908, tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai dengan penyerahan angklung, lampau permainan musik bambu ini pula sempat menyebar di sana.

Apalagi sejak 1966, Udjo Ngalagena, tokoh angklung yang berekspansi teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda, mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak makhluk bermula majemuk komunitas.

Jenis angklung

[sunting
|
sunting sumber]

Angklung Kanekes

[sunting
|
sunting sumber]

Angklung di daerah Kanekes (belalah disebut orang Baduy) digunakan terutama karena hubungannya dengan ritus padi, tak satu-satunya-indra penglihatan untuk hiburan makhluk-sosok. Angklung digunakan maupun dibunyikan detik mereka menanam pari di huma (tipar). Menabuh angklung ketika menanam antah cak semau nan hanya dibunyikan bebas (dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada yang dengan ritmis tertentu, adalah di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, masih bisa ditampilkan di asing ritus gabah tetapi tetap mempunyai kebiasaan, misalnya belaka boleh ditabuh hingga perian ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga wulan dari sejak ditanamnya gabah. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian enggak dapat dimainkan, dan boleh dimainkan lagi sreg musim menanam padi berikutnya. Menyelimuti angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (memercayakan, menyimpan) angklung setelah dipakai.

Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang wulan dan tidak hujan abu. Mereka memainkan angklung di
buruan
(halaman luas di pedesaan) serempak melantunkan bermacam-varietas lagu, antara lain:
Lutung Kasarung,
Yandu Bibi,
Yandu Sala,
Ceuk Arileu,
Oray-orayan,
Dengdang,
Yari Gandang,
Oyong-oyong Kecebong,
Tubuh Kula,
Kokoloyoran,
Ayun-ayunan,
Pileuleuyan,
Gandrung Manggu,
Rujak Gadung,
Mulung Muncang,
Giler,
Ngaranggeong,
Aceukna,
Marengo,
Salak Sadapur,
Rangda Ngendong,
Celementre,
Keupat Reundang,
Papacangan, dan
Culadi Dengdang. Para juru gendang angklung sebanyak delapan individu dan tiga penabuh bedug ukuran kerdil membuat posisi bersimbah sewaktu berjalan dalam formasi limbung. Padahal nan lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang sudah lalu seremonial cuma keteter. Semuanya dilakukan hanya maka dari itu lanang. Hal ini berbeda dengan mahajana Daduy Dalam, mereka dibatasi oleh rasam dengan beraneka macam aturan pamali (pantangan; tabu), tidak bisa melakukan hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian cuma dilakukan kerjakan keperluan ritual.

Segel-etiket angklung di Kanekes terbit yang terbesar ialah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri berpokok 2 buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-tera bedug dari nan terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Pendayagunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, merupakan di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, sonder ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk.

Di Kanekes yang berhak takhlik angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero). Kajeroan terdiri dari 3 kampung, adalah Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua makhluk dapat membuatnya, hanya yang memiliki keturunan dan berwajib hanya yang mengerjakannya di samping adanya syarat-syarat ritual. Pelaksana angklung di Cikeusik nan terkenal adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Bani adam Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.

anak komidi angklung dari jawa timur saat mengamalkan pertunjukan di jawa barat

Angklung Reyog

[sunting
|
sunting sumber]

Untuk warta kian detail mengenai angklung ini, silakan kunjungi artikel Angklung Reog.

Angklung Reyog merupakan alat musik untuk mengiringi Tarian Reyog Ponorogo di Jawa Timur. angklung Reyog memiliki partikular berpangkal segi suara yang lampau gentur, memiliki dua musik serta bentuk nan lengkungan rotan nan menarik (lain seperti angklung umumnya nan berbentuk kubus) dengan paesan benang berumbai-rumbai warna yang luhur. di kisahkan angklung merupakan sebuah senjata dari kekaisaran bantarangin saat melawan kerajaan lodaya lega abad ke 9, ketika kemenangan maka itu kerajaan bantarangin para prajurit gembira tidak terkecuali pemegang angklung, karena kekuatan yang luar seremonial penguat dari tali tersebut ayunan hingga menghasilkan suara yang partikular yaitu klong- klok dan klung-kluk bila didengar akan merasakan getaran spiritual.

Kerumahtanggaan sejarahnya angklung Reyog ini digunakan sreg film: Jawara Singo Kobra (1982), Tendangan Dari Langit (2011)

Dan penggunaan angklung Reyog pada nada seperti: tahu opo tempe, sumpah palapa, kuto reog, Resik Endah Omber Girang, dan campursari berbau ponorogoan.

Angklung Banyuwangi

[sunting
|
sunting sumber]

Angklung banyuwangi ini memiliki rancangan seperi calung dengan nada budaya banyuwangi.

Angklung Bali

[sunting
|
sunting sumur]

Angklung bali memiliki rancangan dan musik yang khas Bali.

Angklung Gubrag

[sunting
|
sunting perigi]

Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua lontok dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam pari), ngunjal pare (membawa padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke
leuit
(lumbung).

Dalam mitosnya angklung gubrag menginjak ada ketika suatu masa kampung Cipining mengalami masa masa sulit.

Angklung Badeng

[sunting
|
sunting mata air]

Badeng merupakan varietas kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terwalak di Desa Akrab, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan buat kepentingan dakwah Selam. Tetapi diduga badeng telah digunakan mahajana sejak lama dari masa sebelum Selam bakal programa-acara yang berbimbing dengan ritual reboisasi pari. Andai seni bagi dakwah badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau 17. Pada perian itu penduduk Sanding, Arpaen dan Nursaen, berlatih agama Selam ke kerajaan Demak. Setelah pulang dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Riuk satu sarana penyerantaan Selam yang digunakannya ialah dengan kesenian badeng.

Angklung yang digunakan sebanyak sembilan biji zakar, ialah 2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung induk dan angklung bapa, 2 angklung anak; 2 biji pelir dogdog, 2 biji pelir buncah atau gembyung, serta 1 kecrek. Teksnya menunggangi bahasa Sunda nan berganduh dengan bahasa Arab. Dalam perkembangannya saat ini digunakan pula bahasa Indonesia. Isi wacana memuat nilai-poin Islami dan wejangan-selang baik, serta menurut keperluan programa. Privat pertunjukannya selain menyajikan lagu-lagu, disajikan kembali atraksi kesaktian, seperti mengiris raga dengan senjata ekstrem.

Lagu-lagu badeng:
Lailahaileloh,
Ya’ti,
Kasreng,
Yautike,
Lilimbungan,
Solaloh

Angklung Buncis

[sunting
|
sunting sumber]

Buncis adalah seni pertunjukan yang berwatak hiburan, di antaranya terdapat di Baros (Arjasari, Bandung). Pada mulanya buncis digunakan puas acara-programa pertanaman yang berhubungan dengan antah. Tetapi lega musim masa ini buncis digunakan sebagai seni hiburan. Situasi ini bersambung dengan semakin berubahnya pandangan awam yang mulai kurang membenakan hal-situasi berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya kekuatan ritual buncis internal penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu bekas-tempat penyimpanan padi kembali (leuit; terup) mulai menghilang berpokok rumah-kondominium penduduk, diganti dengan wadah-tempat karung yang makin praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Pari lagi waktu ini banyak nan serempak dijual, tidak disimpan di kembung. Dengan demikian kesenian buncis yang semula digunakan cak bagi acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi.

Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang tenar di dok rakyat, yakni
cis kacang buncis nyengcle…, dst. Pustaka tersebut terletak dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.

Instrumen nan digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 biji zakar dogdog, terdiri berbunga 1 talingtit, panembal, dan badublag. Privat perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal boleh berlaras madenda alias degung. Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Peledak Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis sudah lalu menunggangi pun lagu-lagu bersumber gamelan, dengan pendendang yang tadinya suami-laki pemain sandiwara angklung, saat ini oleh wanita partikular untuk menyanyi.

Dari bilang variasi nada bambu di Jawa Barat (Angklung) di atas, ialah sejumlah sempurna hanya tentang seni pertunjukan angklung, nan terdiri atas: Angklung Buncis (Priangan/Bandung), Angklung Badud (Priangan Timur/Ciamis), Angklung Bungko (Indramayu), Angklung Gubrag (Bogor), Angklung Ciusul (Banten), Angklung Dog dog Lojor (Sukabumi), Angklung Badeng (Malangbong, Garut), dan Angklung Padaeng yang identik dengan Angklung Kewarganegaraan dengan strata irama diatonis, yang dikembangkan sejak perian 1938. Angklung individual Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) maka itu Daeng Sutigna alias Si Etjle (1908–1984) diubah nadanya menjadi panjang nada Barat (solmisasi) sehingga bisa memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangannya kemudian diajarkan ke pesuluh-pesuluh sekolah dan dimainkan secara orkestra osean.

Angklung Padaeng

[sunting
|
sunting sumber]

Bakal manifesto lebih detail mengenai angklung ini, silakan kunjungi artikel Angklung Padaeng

Angklung padaeng adalah angklung yang dikenalkan oleh Daeng Soetigna sejak sekitar tahun 1938. Pintasan pada angklung padaeng adalah digunakannya laras nada Diatonik yang sesuai dengan sistem musik barat. Dengan demikian, angklung kini dapat memainkan lagu-lagu internasional, dan pun dapat bermain n domestik Ensembel dengan alat musik internasional lainnya.

Angklung Sarinande

[sunting
|
sunting sendang]

Angklung sarinande yakni istilah untuk angklung padaeng yang hanya memakai irama melingkar semata-mata (tanpa nada kromatis) dengan musik dasar C. Unit katai angklung sarinade berisi 8 angklung (nada Do Kurang sampai Do Hierarki), sementara sarinade plus weduk 13 angklung (nada Sol Cacat hingga Mi Tahapan).

Angklung Toel

[sunting
|
sunting sumber]

Angklung toel diciptakan oleh Kang Yayan Udjo selingkung tahun 2008.[3]
Pada peranti ini, ada rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung dijejer dengan posisi terbalik dan diberi karet. Cak bagi memainkannya, seorang anak tonsil layak men-toel angklung tersebut, dan angklung akan bergetar sejumlah saat karena adanya perca.

Angklung Sri-Murni

[sunting
|
sunting sumber]

Angklung ini merupakan gagasan Eko Mursito Fiil yang khusus diciptakan bagi keperluan robot angklung.[4]
Sesuai namanya, satu angklung ini memakai dua maupun bertambah tabung celaan nan nadanya sekelas, sehingga akan menghasilkan nada putih (mono-tonal). Ini farik dengan angklung padaeng yang multi-tonal. Dengan ide tertinggal ini, robot dengan mudah memainkan interelasi sejumlah angklung secara sekaligus untuk menirukan sekuritas angklung melodi maupun angklung akompanimen.

Ansambel angklung

[sunting
|
sunting sumber]

Hendaknya bertambah kaya suaranya, angklung moga dimainkan dengan perangkat nada lain, mewujudkan ansambel. Sejumlah ansambel angklung yang sudah mapan adalah:

Klasik Padaeng

[sunting
|
sunting sumber]

Ansambel angklung klasik yang dikenalkan maka dari itu Daeng Soetigna ini terdiri atas:

  • Angklung melodi
  • Angklung akompanimen
  • Bas betot

Kombinasi minimal inilah yang paling populer dan umum dijumpai detik konser maupun lomba paduan angklung.

Angklung eksklusif

[sunting
|
sunting sumber]

Angklung solo adalah konfigurasi nan mencangkekan satu unit angklung melodi puas suatu palang sehingga bisa dimainkan satu insan saja. Sesuai dengan konvensi irama diatonis, maka ada dua jajaran sampiran angklung. Yang bawah digdaya musik penuh, sedangkan yang atas berisi nada kromatis. Angklung solo ini digagas makanya Yoes Roesadi tahun 1964, dan dimainkan bersama gawai musik basanova privat grup Aruba (Alunan Rumpun Bambu). Sekitar tahun 1969, segel Aruba ini disesuaikan menjadi Arumba[5]

Arumba

[sunting
|
sunting sumber]

Arumba adalah istilah bagi seperangkat alat musik yang minimal terdiri atas:
[6]

  • Satu unit angklung melodi, digantung sehingga boleh dimainkan oleh suatu turunan
  • Satu unit bass lodong, pun dijejer mudahmudahan boleh dimainkan suatu orang
  • Gambang aur melodi
  • Gambang bambu pendamping
  • Gendang

Teknik permainan angklung

[sunting
|
sunting sendang]

Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang lalu memegang rangkanya puas salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung tergantung independen, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya setakat berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik radiks menggoyang angklung:

  • Kurulung
    (getar), merupakan teknik minimal umum dipakai, di mana tangan kanan memegang torak dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan sering kali selama irama ingin dimainkan.
  • Centok
    (sentak), adalah teknik di mana tabung pangkal ditarik dengan cepat maka dari itu jari ke telapak kepercayaan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).
  • Tengkep, mirip begitu juga kurulung namun salah satu tabung ditahan tidak ikut bergetar. Sreg angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarkan nada sejati (satu irama melodi saja, tak dua seperti mana biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor, teknik ini digunakan bagi memainkan akord mayor (3 irama), sebab bila lain ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 irama).

Angklung interaktif

[sunting
|
sunting sendang]

Angklung interaktif yakni kegiatan di mana seorang konduktor mengajak banyak khalayak, yang biasanya mahajana, untuk bermain angklung berjamaah.[7]
Kegiatan ini bisa dilakukan di arena pariwisata alias acara ramah tamah. Pada para siswa akan dibagikan angklung-angklung yang sudah diberi nomor sesuai nadanya. Lalu, sang konduktor akan memimpin, umumnya dengan cara:

  1. Konduktor mendedahkan satu layar besar bertuliskan lagu dalam not angka, silam mengajak para murid memainkan angklung nan tepat dengan menunjuk nada lega layar.
  2. Konduktor mengajarkan pertanda tangan untuk musik-nada tertentu lega pemirsa, kemudian memimpin suatu lagu dengan menerimakan isyarat yang tepat secara kronologis kerjakan diikuti para peserta. Pertanda tangan ini di-aklimatisasi oleh Mang Udjo, berpedoman isyarat yang dikembangkan oleh John Curwen.
  3. Sebelumnya, Pak Daeng Soetigna memperalat pertanda gambar binatang untuk melatih anak-anak TK.[8]

Taris:Isyarat angklung sarinande.png

Modernisasi angklung

[sunting
|
sunting sumber]

Secara esensial, angklung ialah alat musik bambu nan dimainkan dengan digetar. Hal tersebut tidak dapat diubah. Biar demikian, bervariasi upaya kreatif untuk memodernisasinya terus berlanjut, seperti:

  • Angklung elektrik karya Agus Suhardiman
    [9]
  • Angklung otomatis, Tugas akhir Kadek Kertayasa di STIKOM Surabaya
    [10]
  • Tra-digi, angklung manusia mesin nan dikontrol makanya i-pod, ciptaan Hasim Ghozali.[11]
    [12]
  • Klungbot, manusia mesin angklung yang mula-mula dikreasi oleh Krisna Diastama dan Karismanto Rahmadika,[13]
    kemudian dilanjutkan maka itu Eko Mursito Budi.[14]

Daftar pustaka

[sunting
|
sunting sumber]

  • Ganjar Kurnia. 2003.
    Deskripsi kesenian Jawa Barat. Kantor Kultur & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.

Wacana

[sunting
|
sunting mata air]


  1. ^


    Armandani, Karina (17-11-2014). “Wajah Angklung, Lewat dan Kini”.
    CNN Indonesia
    . Diakses tanggal 24-5-2021.





  2. ^


    “Angklung, Warisan Budaya Sunda Kebesarhatian Indonesia”.
    penalis.com
    . Diakses tanggal
    2021-05-24
    .





  3. ^


    “Yayan Ujo Penemu Angklung Toel”. Diarsipkan mulai sejak versi tulus copot 2012-03-02. Diakses sungkap
    2010-08-22
    .





  4. ^


    “Klungbot FTI ITB”. Diarsipkan dari versi nirmala rontok 2012-10-03. Diakses terlepas
    2010-08-22
    .





  5. ^


    “Sejarah Aruba”. Diakses tanggal
    2010-08-22
    .





  6. ^


    “Arumba”. Diakses tanggal
    2010-08-22
    .





    [
    pranala bebas tugas permanen
    ]



  7. ^


    “Isyarat Angklung Interaktif”. Diarsipkan dari versi asli copot 2012-11-24. Diakses tanggal
    2012-12-29
    .





  8. ^


    “Angklung Sarinande dan TK”. Diarsipkan bersumber versi tulen tanggal 2022-07-25. Diakses sungkap
    2012-12-29
    .





  9. ^


    “Angklung Elektrik”. Diarsipkan bersumber versi sejati rontok 2012-10-03. Diakses sungkap
    2012-03-31
    .





  10. ^


    Burhani, Ruslan (ed.). “Mahasiswa Stikom Surabaya Ciptakan Angklung Otomatis”.
    ANTARA News
    . Diakses tanggal
    2012-03-31
    .





  11. ^


    “Angklung+Apple=Tra-Digi”. Diarsipkan berbunga versi kudus tanggal 2012-07-04. Diakses copot
    2012-03-31
    .





  12. ^


    “Tra-Digi”. Diarsipkan semenjak versi tulus copot 2022-10-14. Diakses tanggal
    2012-03-31
    .





  13. ^


    Wahono, Tri (ed.). “Klungbot, Manusia mesin Pemain Angklung”.
    Kompas.com
    . Diakses tanggal
    2012-03-31
    .





  14. ^


    “Klungbot 2”.
    Tribunnews.com
    . Diakses sungkap
    2012-03-31
    .





    [
    pranala nonaktif permanen
    ]


Pranala luar

[sunting
|
sunting sumber]

  • Keluarga Sintesis Angklung Institut Teknologi Bandung Diarsipkan 2022-11-01 di Wayback Machine.
  • Anak bini Campuran Angklung SMA Negeri 3 Bandung Diarsipkan 2022-12-11 di Wayback Machine.
  • Arumba Angklung Music Edutainment
  • [1] Diarsipkan 2022-08-08 di Wayback Machine.
  • AWI (Angklung Web Institute) di Bandung, Indonesia
  • Jangan Cabut Angklung Kami, Mamanda… Diarsipkan 2007-11-15 di Wayback Machine., Kompas
  • Sejarah Saung Angklung Udjo Diarsipkan 2009-03-29 di Wayback Machine.
  • Klungbot Diarsipkan 2012-09-04 di Wayback Machine.
  • (Inggris)
    Indonesian Angklung – UNESCO: Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity – 2022



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Angklung

Posted by: gamadelic.com